Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Toruan, Denis Pejl
"Tujuan dari Tesis ini adalah untuk mengetahui bagaimana kontribusi G-20 dalam proses penanganan krisis finansial global 2008-2009 dan dominasi peran negara terhadap sektor perekonomian (sektor finansial). Proses penanganan krisis finansial global pada periode itu diwarnai oleh berbagai aktivitas ekonomi-politik internasional dan melibatkan institusi internasional lain di luar negara.
Respons negara-negara perekonomian utama dunia terhadap ancaman krisis finansial global ini melibatkan lembaga-lembaga keuangan internasional seperti International Monetary Fund, World Bank, Financial Stability Board, dan lain-lain. Hal itu tercermin dari tiga komunike KTT G-20 yang diadakan secara terpisah, tapi dengan agenda yang berkesinambungan dan saling menunjang. Dalam prosesnya, beberapa implementasi komitmen G-20 tercermin, mulai dari ekspansi kebijakan ekonomi negara-negara G-20, framework-framework baru, penguatan dan/atau penciptaan rezim / institusi keuangan internasional baru, hingga peniadaan praktik tax havens. Dengan menempatkan pola dari perspektif neorealisme, penelitian ini membuktikan munculnya variabel-variabel dalam regime as intervening variable, yakni Egoistic self-interest, Political power, Norms and Principles, Usage and Custom, dan Knowledge dalam mencapai tujuan pemulihan dan pertumbuhan ekonomi global, seperti yang digambarkan melalui indikator makroekonomi global.
Penelitian ini menggunakan metode eksplanasi dengan berkaca pada sistem moneter internasional, kebijakan ekonomi domestik, dan interkoneksitas kapital global. Selain itu, penggunaan Historical Persepective-Research juga digunakan untuk membantu melakukan analisis dan kritik, serta menyatukan urutan kejadian atau proses respons negara terhadap ancaman krisis finansial global.

The aim of this Theses is to find-out how the G-20 tackle the financial crisis that took place within 2008-2009 period and the dominant role of the state(s) within economic sector (financial sector). The process to tackle the crisis within the given period was marked by various international economic-politic activities and involved other international actors beside states.
The response of world's major economies on how to tackle the crisis involved various financial international financial institutions such as the International Monetary Fund, World Bank, Financial Stability Board et cetera, as reflected by three separate yet supporting each others, the G-20 Summit communiqués. In the process, the G-20 commitments were reflected and implemented on various issues such as the concerted G-20 economic expansion policies, new frameworks, efforts in enforcing/strengthening existing IFIs and creating new ones, up to eliminating the so-called tax-havens. Through the pattern of neorealism perspective, this research proved five variables in 'regime as intervening variable', Egoistic self-interest, Political power, Norms and Principles, Usage and Custom, and Knowledge in efforts to restore global economic recovery, as indicated by global macroeconomic indicators.
This research used explanation method which captured the international monetary system, domestic economy policies and the global capital interconnectivity issues. This Theses is also using Historical Perspective-Research to conduct its analysis and critics, as well as to unite the puzzle of historical background and chronological events on the financial crisis threats."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2010
T27885
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ali Akbar Muhammad
"Artikel ini membahas mengenai implementasi neorealisme Italia oleh Usmar Ismail terhadap karya filmnya yang berjudul Darah dan Doa tahun 1950. Sejak pertama kali sinema hadir di Indonesia di tahun 1900, aspek komersial menjadi pondasi utama sinema Indonesia sehingga pembuat film memiliki daya kreativitas yang terbatas. Usmar Ismail bertekad untuk membuat film yang realistis sebagai upaya untuk membebaskan diri dari pengaruh komersial melalui penggambaran Long March Divisi Siliwangi. Oleh karenanya, muncullah pola baru dalam dunia sinema Indonesia, pola yang mengedepankan film agar tidak berfokus pada aspek dagang. Usmar Ismail dalam film ini menggunakan aliran neorealisme yang datang dari Italia, Usmar mengaplikasikannya dari sisi teknis dan naratif. Artikel ini ditulis menggunakan metode sejarah. Sumber yang digunakan adalah film, majalah, transkripsi, dan sumber-sumber sekunder seperti buku, artikel jurnal, artikel online, video YouTube yang diperoleh melalui Sinematek, Perpustakaan Nasional, Perpustakaan Pusat UI, dan secara daring.

This article discusses the implementation of Italian neorealism by Usmar Ismail in his film entitled Darah dan Doa in 1950. Since cinema first appeared in Indonesia in 1900, the commercial aspect was still very strong so that filmmakers had limited creative power. Usmar Ismail was determined to make a realistic film in an effort to free himself from commercial influences through his depiction of the Siliwangi Division's Long March. Therefore, a new pattern has emerged in the world of Indonesian cinema which prioritizes films that do not focus on commercial aspects. Usmar Ismail in this film uses neorealism which came from Italy, he applies it to the film techniques and narratives. This article was written using historical methods. The sources used are films, magazines, transcriptions, and secondary sources such as books, journal articles, online articles, YouTube videos obtained through Sinematek, the National Library, UI Central Library, and the internet."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
"Pada dekade 1940an dan 1950an, film-film neorealis Italia dianggap sebagai salah satu
dari gerakan dan pencapaian Film terbaik di dunia hingga saat ini. Tetapi, membincangkannya
lagi, apakah sudah kadaluwarsa? atau masihkah relevan saat ini, mengingat banyak sekali
pencapaian, kemajuan, dan perkembangan dalam dunia perfilman internasional? Artikel ini
mencoba mendiskusikan pendapat bahwa madzhab neorealisme Italia masih relevan untuk
sinema dunia saat ini,khususnya di Asia dan Indonesia. Misalnya, film-film awal Usmar
Ismail, Bapak Film Indonesia, diwarnai oleh gaya dan elemen aliran ini, dan banyak yang
tidak tahu hal ini. Baaimana Neorealisme Italia mempengaruhi Sinema dunia ketiga,
khususnya sineas Asia dan Indonesia? Tulisan ini akan menjawabnya. Tetapi, diskusi itu
menjadi lebih luas ketika kita menganalisis pengaruhnya pada satu film mutakhir. "Apakah
ia film neorealis?", "apakah film ini bagian dari neorealisrne? Artikel ini menyatakan bahwa
tidak ada yang namanya film neorealis murni, dan hal itu dimulai sejak dari awal mula
gerakan. Argumen ini akan mengubalh banyak hal, misalnya kemungkinan bahwa seorang
akademisi untuk nrelakukan pembacaan dari dekat terhadap satu film terkini lewal element-
elemen neorealis.
"
Jurnal Kajian Wilayah Eropa Vol. 4 No. 3 2008: 57-66, 2008
JKWE-4-3-2008-57
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Aisyah
"Kebijakan luar negeri pada dasarnya merupakan interaksi antara sistem internasional dengan faktor domestik. Berbeda dari teori kebijakan luar negeri konvensional lainnya, seperti neorealisme dan liberalisme, neorealisme klasik neoclassical realism menawarkan pendekatan integratif yang melihat bahwa sistem internasional tidak langsung menghasilkan kebijakan luar negeri melainkan difilter oleh faktor domestik. Sebagai negara dengan letak geopolitik yang strategis, Ukraina melihat Rusia dan Uni Eropa dapat memberikan ancaman atau peluang dalam waktu bersamaan. Berbeda dari presiden sebelumnya yang cenderung mendekatkan diri dengan Rusia, Viktor Yushchenko justru menjalankan kebijakan luar negeri yang pro-Barat, yaitu terintegrasi dengan Uni Eropa dan NATO. Tulisan ini lebih lanjut berargumen bahwa terdapat tiga 3 faktor domestik yang membentuk kebijakan pro-Barat Ukraina tersebut, yaitu: 1 persepsi Yushchenko sebagai elite liberal dan reformis, 2 kebangkitan masyarakat pada Revolusi Oranye dan peran LSM negara Barat, dan 3 dukungan oligarki serta elite politik pro-Barat terhadap Yushchenko. Penemuan dari tulisan ini menunjukkan bahwa kebijakan luar negeri perlu mengindahkan analisis pada tingkat domestik.

Foreign policy is the result of interaction between international system and domestic factors. Unlike other conventional foreign policy theories, such as neorealism and liberalism, neoclassical realism offers an integrative approach in which international system does not directly produce foreign policy but is filtered through domestic factors. As a country with strategic geopolitical position, Ukraine sees both Russia and European Union as actors who can provide threats or opportunities at the same time. When the previous presidents tended to get closer to Russia, Yushchenko decided to pursue a Western foreign policy which aim to integrate Ukraine in European Union and NATO. This paper further argues that there are three 3 domestic factors that contribute to Ukraine rsquo s Western foreign policy 1 Yushchenko 39 s perception as a liberal and reformist elite, 2 the rise of civil society in Orange Revolution and the role of Western NGOs, and 3 the support of pro Western oligarchs and political elite during Yushchenko. The finding of this paper indicates that foreign policy needs to incriminate the analysis of domestic level.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2017
S67066
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library