Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rosita Nur Hasanah
Abstrak :
Kulit yang sehat dan bersih dapat dirawat dengan menggunakan produk perawatan kulit (skincare). Salah satu kandungan pada produk perawatan kulit yang banyak digunakan ialah niasinamida. Niasinamida dapat lebih efektif ketika dienkapsulasi oleh niosom yang mengandung vitamin E (tokoferol asetat). Tujuan dari penelitian ini adalah membuat niasinamida terenkapsulasi niosom yang mengandung vitamin E untuk uji antimikroba terhadap bakteri Cutibacterium acnes. Niosom dibuat menggunakan Span® 60 dan tokoferol asetat dengan metode thin film hydration. Niosom yang dibuat di penelitian ini menggunakan tiga variasi konsentrasi tokoferol asetat, yaitu 0, 5, dan 10%. Niosom ditentukan efisiensi enkapsulasi, potensial zeta, dan ukuran partikelnya. Aktivitas antimikroba niosom terhadap bakteri C. acnes dilakukan dengan menggunakan metode broth dilution. Efisiensi enkapsulasi niosom niasinamida tanpa tokoferol asetat (72%) lebih rendah dibandingkan niosom niasinamida yang mengandung tokoferol asetat (99%). Niosom yang diperoleh memiliki ukuran partikel ≥ 1000 nm dan potensial zeta -3 sampai -0,8. Niosom niasinamida yang mengandung tokoferol asetat 10% memiliki aktivitas antimikroba terhadap C. Acnes dengan nilai OD600 sebesar 1,598. ......Healthy and clean skin can be maintained using skin care products. One of the ingredients in skin care products that is widely used is niacinamide. Niacinamide can be more effective when encapsulated by niosomes containing vitamin E (tocopherol acetate). In this research, antimicrobial activity of Niosome-encapsulated niacinamide was determined against Cutibacterium acnes. Niosomes were prepared using Span® 60 and tocopherol acetate by thin film hydration method. The different concentration of tocopherol acetat were used in this research, i.e. 0, 5, and 10%. Niosomes were determined for their encapsulation efficiency, zeta potential, and particle size. The antimicrobial activity of niosomes against C. acnes bacteria was carried out using broth dilution method. The encapsulation efficiency of noisome-encapsulated niacinammide without tocopherol acetate (72%) was lower than that of niacinamide niosomes containing tocopherol acetate (99%). Niosomes obtained had a particle size of ≥1000 nm and a zeta potential of -3 until -0,8. Niosome-encapsulated niacinamide containing 10% tocopherol acetate had antimicrobial activity against C. acnes with a OD600 value of 1,598.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Marco Mawira Salim
Abstrak :
Kafein merupakan obat yang telah banyak digunakan untuk aplikasi topikal dan telah digunakan dalam sediaan farmasi dan kosmetik karena mempunyai aktivitas yang menguntungkan pada kulit, misalnya, sebagai anti-selulit, dan perlindungan terhadap paparan sinar UV matahari. Penggunaan niosom sebagai alternatif penghantaran kafein melalui kulit, telah dibahas dalam beberapa penelitian terdahulu. Belum ada tinjauan yang mengumpulkan dan membandingkan artikel-artikel mengenai topik tersebut. Maka, tinjauan akan membahas secara umum tentang niosom sebagai pembawa obat, sebagai penghantaran untuk kafein melalui kulit, dan bertujuan untuk memberikan rekomendasi setelah melakukan perbandingan dari penelitian- penelitian terdahulu. Artikel-artikel mengenai topik yang berkaitan dikumpulkan, lalu dilakukan analisa dan pengumpulan data mulai dari preparasi niosom, karakterisasi dari niosom, dan kemampuan penetrasi niosom kafein melalui membran simulasi kulit. Berdasarkan analisa data dari artikel-artikel yang dikumpulkan, didapatkan bahwa sebagian besar pembuatan niosom menggunakan teknik hidrasi lapis dan surfaktan non-ionik seperti tween dan span. Rangkuman data dari hasil penelitian-penelitian tersebut juga memperlihatkan bahwa ukuran vesikel niosom kafein dari surfaktan tween (hidrofilik) relatif lebih besar dibandingkan niosom dari span (hidrofobik). Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa penggunaan surfaktan hidrofobik seperti span menghasilkan niosom dengan ukuran vesikel yang relatif lebih kecil, dan dapat meningkatkan jumlah dan kecepatan penetrasi niosom melalui membran. Selain itu, rasio 1:1 antara surfaktan dan kolestrol menunjukkan encapsulation efficiency yang lebih besar dibanding rasio lain.
Caffeine is a drug that has been widely used for topical applications and has been used in pharmaceutical and cosmetic preparations because of having beneficial activities on the skin, for example, as anti-cellulite and UV ray protection. The use of niosomes as an alternative to the delivery of caffeine through the skin, has been discussed in several previous studies. No one has collected and compared articles on this topic yet. Therefore, this review will discuss generally about niosomes as a drug carrier, as a delivery for caffeine through the skin, and be supported to provide recommendations after conducting research from studies. Articles on topics are collected and then analyzed and collected data ranging from the preparation of niosomes, the characterization of niosomes, and the ability of caffeine niosome penetration through simulation membranes as skin. Based on data analysis from the articles collected, it was found that most niosomes were made using layered hydration techniques and non-ionic surfactants such as tween and span. Summarized data showed that tween (hydrophilic) surfactants have relatively larger niosome vesicle size than that of span (hydrophobic). Then, can be concluded that the use of hydrophobic surfactants such as span produces niosomes with relatively smaller vesicle sizes, which can increase the number and speed of acquisition of niosomes through the membrane. In addition, the 1: 1 ratio between surfactants and cholesterol shows greater encapsulation efficiency than other ratios.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Fachrunnisa Malik
Abstrak :
Kosmesetika merupakan segmen paling berkembang dalam industri produk perawatan pribadi. Perawatan dengan kosmesetika topikal digunakan untuk kondisi seperti photoaging, hiperpigmentasi, kerutan, kerusakan rambut dan lainnya. Dalam ranah kosmesetika, nanoteknologi memiliki peran penting. Nanoteknologi diterapkan untuk meningkatkan stabilitas bahan dalam formula kosmesetika, memperoleh produk yang secara aestetik menyenangkan dalam penggunaan, memungkinkan penargetan bahan aktif ke lokasi aksi dan memungkinkan pelepasan terkontrol untuk efek yang diperpanjang. Pengaplikasian nanoteknologi dalam kosmesetika telah meningkatkan perhatian tentang kemungkinan penetrasi nanopartikel melalui kulit dan potensi bahaya bagi kesehatan manusia. Review ini akan membahas beberapa pembawa nano yang digunakan dalam kosmesetika, jenis-jenis kosmesetika, kosmesetika dengan nanoteknologi yang sudah ada dipasaran, dan potensi risiko yang disebabkan oleh nanopartikel.
Cosmeceuticals is the most developed segment in the personal care industry. Treatment with topical cosmeceuticals is used to treat conditions such as photoaging, hyperpigmentation, wrinkles, and hair damage. In the field of cosmeceuticals, nanotechnology has an important role. Nanotechnology is applied to improve the stability of the ingredients in cosmeceuticals formulas, to improve products that are aesthetically pleasing to apply, enable the targeting of active ingredients to the site of action and allow controlled release for prolonged effects. The application of nanotechnology in cosmeceuticals has raised concerns about the increase of penetration of nanoparticles through the skin and potential hazards to human health. This review will discuss some of the nanocarriers used in cosmeceuticals, the types of cosmeceuticals, cosmetics with nanotechnology that are already on the market, and the potential risks that caused by nanoparticles.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Astrid Permatasari Isnan
Abstrak :
ABSTRAK
Teh hijau dikenal sebagai sumber antioksidan. (-)-epigalokatekingalat (EGCG) merupakan antioksidan terbanyak yang terkandung dalam teh hijau yang telah terbukti memodulasi jalur biokimia kulit. Niosom merupakan sistem pembawa alternatif pengganti liposom yang memiliki kekurangan dari segi biaya dan stabilitas. Formulasi niosom dilakukan untuk menstabilkan zat aktif yang tidak stabil. Formulasi niosom yang dibuat terdiri dari empat formulasi dengan perbandingan molar surfaktan-kolesterol berbeda-beda, yaitu 3:1, 2:1, 1:1, dan 0,5:1. Formulasi niosom dilakukan menggunakan metode hidrasi lapis tipis. Suspensi niosom yang dihasilkan kemudian dilakukan sejumlah karakterisasi meliputi ukuran dan distribusi partikel, lamelaritas, efisiensi enkapsulasi, dan potensial zeta. Niosom yang telah diuji kemudian dibuat sediaan gel menggunakan HPMC sebagai gelling agent. Gel niosom yang dihasilkan kemudian dilakukan sejumlah evaluasi meliputi uji organoleptis, uji pH, uji viskositas, uji stabilitas, dan uji aktivitas antioksidan dengan DPPH. Karakterisasi niosom menunjukkan perbandingan molar surfaktan-kolesterol 3:1 memiliki efisiensi enkapsulasi yang terbaik namun mengalami pemisahan setelah 7 hari. Evaluasi sediaan gel niosom menggunakan formula F3 menunjukkan gel stabil, tidak menunjukkan perubahan fisik
ABSTRACT
Green tea has been known as a source of antioxidant. (-)-epigallocatechin gallate (EGCG), which is the most abundant antioxidant contained in green tea, has been shown to modulate biochemical pathways of skin. Niosom is an alternative to liposome drug vehicle systems which has disadvantages including cost and stability. Niosome was prepared for enhance stability of drug. Niosomal formulations were prepared in four different molar ratios of surfactant-cholesterol, i.e. 3:1 (F1), 2:1 (F2), 1:1 (F3), and 0.5:1 (F4). Niosomal formulations were prepared using thin layer method. Niosomal suspensions were evaluated including particle size and distribution, lamellarity, encapsulation efficiency, and zeta potential. Niosomal suspension, which had been evaluated, then incorporated into gel using HPMC as gelling agent. Niosomal gel was evaluated including organoleptic, pH, viscosity, stability, and antioxidant activity using DPPH. Evaluation of niosomal suspensions showed that F1 has best encapsulation efficiency but experienced separation after 7 days. Evaluation of niosomal gel (using F3) showed stable formulation without changes
2016
S65106
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zakiyah Azzahra
Abstrak :
Jerawat (acne vulgaris) adalah penyakit pada kulit yang dapat disebabkan oleh bakteri patogen Cutibacterium acnes. Asam glikolat diketahui memiliki aktivitas antibakteri terhadap C. acnes. Untuk meningkatkan efektivitasnya, asam glikolat dapat dienkapsulasi oleh niosom dengan menggunakan surfaktan Span® 60 dan tokoferol asetat. Membran bilayer yang mengandung tokoferol asetat diketahui dapat digunakan untuk aplikasi penyembuhan luka. Pada penelitian ini, niosom dibuat dengan metode hidrasi lapis tipis dengan berbagai variasi formula. Efisiensi enkapsulasi untuk niosom asam glikolat tanpa tokoferol asetat sebesar 66,41%, niosom dengan 5%mmol tokoferol asetat sebesar 44,13%, dan niosom dengan 10%mmol tokoferol asetat sebesar 43,86%. Hasil karakterisasi dengan particle size analyzer (PSA) menunjukkan bahwa niosom pada penelitian ini memiliki ukuran ³ 1000 nm dengan nilai potensial zeta pada kisaran -3 mV hingga -0,8 mV. Uji aktivitas antimikroba niosom terhadap C. acnes dilakukan dengan menggunakan metode broth dilution. Niosom yang memiliki aktivitas antimikroba terbaik adalah niosom tanpa tokoferol asetat dengan nilai %inhibisi 96,3%. ......Acne vulgaris or simply acne is a skin disease that can be caused by pathogenic bacteria, Cutibacterium acnes. Glycolic acid is known to have antibacterial activity against C. acnes. To enhance its activity, glycolic acid can be encapsulated by niosome using surfactant Span® 60 and tocopherol acetate. It is known that bilayer membrane containing tocopherol acetate can be used for wound healing application. In this research, niosomes were prepared using the thin-film hydration method with several variations of the formula. Results of the encapsulation efficiency of glycolic acid niosome without tocopherol acetate is 66,41%, niosome with 5%mmol tocopherol acetate is 44,13%, and niosome with 10%mmol tocopherol acetate is 43,86%. Results of the characterization using particle size analyzer (PSA) in this research shows that the particle size of the niosome is ³ 1000 nm with the zeta potential value range from -3 mV to -0,8 mV. The antimicrobial activity of niosomes against C. acnes was tested using the broth dilution method. Niosome with the best antimicrobial activity is glycolic acid niosome without tocopherol acetate with 96,3% %inhibition value.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library