Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1995
S8301
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Azalia Maritza
"Fenomena nongkrong pada convenience store adalah sebuah gambaran ketika ruang komersial bertemu dengan budaya nongkrong yang diminati oleh anak muda. Convenience store merupakan ruang komersial yang tertuju pada jenis transaksi jual beli yang berlangsung dengan cepat. Namun, penyediaan area duduk pada convenience store memberikan peluang terjadinya kegiatan nongkrong yang semakin dominan sehingga orang tidak lagi datang untuk bertransaksi dengan cepat. Pada dasarnya, ruang komersial tidak tertuju sebagai ruang publik karena pada ruang komersial diberlakukan syarat yang menjadikan ruang tersebut lebih privat. Pada kasus di atas ruang komersial dan ruang publik tidak lagi dapat dilihat secara terpisah.
Kegiatan nongkrong yang terjadi pada ruang komersial menyebabkan keduanya memiliki suatu irisan. Kegiatan nongkrong pada ruang komersial merupakan sebuah bentuk pemaknaan yang menjadikan ruang tersebut sebagai tempat atau placemaking. Placemaking pada ruang komersial tidak hanya menjadikannya sebatas ruang yang lebih publik, namun menjadikannya sebagai destinasi nongkrong itu sendiri. Dengan adanya kegiatan nongkrong pada ruang komersial, maka akan diperoleh kemungkinan ruang komersial dengan derajat kepublikan yang lebih tinggi.
The hang out phenomenon that occurs in convenience stores is a description of how commercial space meet the so-called ?hang-out? culture, which interested the young generation. A convenience store itself is a commercial space that fixed to sales transaction that moves quickly. However, the provision of seating areas in convenience stores provides for increasingly dominant hangout activities so that people no longer come to transact quickly. Basically, commercial space is not fixed as a public space because the requirements imposed on commercial space makes the space more private. On that case, the commercial space and public space can no longer be viewed separately. The hangout activities that occur in commercial space yield an intersection between the two spaces, the commercial space and public space. The hangout activities in commercial space is a form of meaning that makes the space as a place or placemaking. Placemaking in the commercial space not only will make the space more public, but also will make it as a destination for the hangout activities itself. Therefore, the occurrence of hangout activities in commercial space will obtain itself the possibility to become a commercial place with higher degree of publicness."
Lengkap +
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S760
UI - Skripsi Open Universitas Indonesia Library
Nadia Rizky Fadilla
"
ABSTRAKNongkrong sebagai aktifitas untuk memanfaatkan waktu luang menjadi fenomena bagi masyarakat ibukota, khususnya para remaja. Skripsi ini membahas tentang nongkrong sebagai gaya hidup remaja di Jakarta dengan studi kasus pada beberapa remaja yang nongkrong di 7-Eleven atau Starbucks Coffee. Penelitian ini bertujuan untuk melihat proses terciptanya gaya hidup nongkrong pada remaja, melihat hal yang menjadi alasan remaja untuk melakukan gaya hidup nongkrong, dan menganalisis dengan teori tindakan sosial.Berawal dari mencoba mengunjungi tempat nongkrong yang dianggap ramai, mudah dijangkau, dan ternama lalu lama kelamaan intensitas berkunjung untuk nongkrong menjadi sering dan kemudian menjadi gaya hidup para remaja. Teman sebaya adalah aktor yang berperan besar dalam terbentuknya gaya hidup nongkrong pada remaja. Para remaja memaknai nongkrong sebagai kegiatan santai mengisi waktu luang sambil berinteraksi bersama teman. Dari sisi alasan, remaja yang nongkrong di 7-Eleven ingin memperluas pergaulan. Alasan lain terlihat pada remaja yang nongkrong di Starbucks Coffee yang memperhatikan aspek tempat dan konsumsi barang untuk menunjukkan posisi mereka yang berbeda dengan remaja yang nongkrong di tempat lain. Namun, tindakan sosial mereka semua masuk ke dalam tindakan sosial rasional berbasis nilai.
ABSTRACTNongkrong or so called hangout is a leisure activity that comes as a phenomenon in Jakarta, especially for teenagers. This thesis is trying to describe nongkrong as the teenagers rsquo lifestyle in Jakarta with case studies on some teens that hanging out at 7 Eleven or Starbucks Coffee. This study is intended to see the process of creating hangouts lifestyle in adolescents, see the teenage reason to do lifestyle hangout, and analysis with social action theory.Starting from trying a crowded and famous hangout place that easy to reach and nongkrong become a habit and then become the lifestyle of teenagers. Peers are actors who play a major role in the formation of lifestyle hanging out in adolescents. The teenagers interpreted nongkrong as a relaxed leisure time while interacting with friends. Teenagers who hangout at 7 Eleven want to widen their social circle. Another reason is seen in teenagers who nongkrong at Starbucks Coffee who pay attention to the aspect of place and consumption of goods to show their different position with teenagers who hang out elsewhere. So, we can see the things that matters to the teenagers to do nongkrong and identify nongkrong as a lifestyle based on social action theory. Peer group have a big impact on creating nongkrong as teenagers rsquo lifestyle. Based on Weber rsquo s four type of social action, their social action is counted as value rational action because they have their own value to do nongkrong as their lifestyle."
Lengkap +
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Muhamad Arief Kurniawan
"Dewasa ini tidak dipungkiri bahwa media sosial menjadi perantara untuk menghubungkan penggunanya dengan segala bentuk penyampaian informasi yang diberikan. Begitu juga dengan pencarian digital untuk tempat bersua atau yang kerap disebut tempat nongkrong dalam platform TikTok. Pencarian akan tempat ini bertujuan untuk menemukan lokasi yang tepat, baik untuk menikmati kesendirian ataupun berbincang dengan kerabat yang diinginkan. Pencarian yang dihasilkan menghadirkan berbagai tayangan yang memengaruhi persepsi penggunanya. Semakin lama menggali informasi terhadap tempat tersebut, maka semakin jelas juga bayangan akan tempat yang dituju. Akibatnya, tercipta sebuah karakteristik spasial dari elemen visual yang tanpa disadari mampu untuk memikat audiens berdasarkan apa yang ditangkap dan ditayangkan.
Social media has undoubtedly evolved into a conduit for connecting consumers with all information sources in the current day and age. The same goes for digital searches for meeting spots or what are often called as hangout on TikTok. The aim of this location search is to find a suitable spot where you may spend a considerable amount of time alone or interacting with preferred relatives. A wide range of impressions are shown in the resulting search, influencing the user's perspective. The more you research the location, the more precise your personal perception of it will be. This leads to the creation of a spatial characteristic in visual elements which, depending on what is caught and presented, can unintentionally attract the audience."
Lengkap +
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Mirna Desira
"Penelitian ini merupakan studi yang bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan gaya hidup nongkrong remaja di 7-Eleven, yang diantaranya adalah faktor sosialisasi keluarga dan konformitas terhadap peer group. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan teknik pengumpulan data survey terhadap 100 responden. Penelitian ini dilakukan di 6 gerai 7-Eleven yang berlokasi di Jakarta Selatan dengan teknik penarikan sampel purposive sampling.
Hasil dari penelitian ini adalah kebiasaan nongkrong yang dimiliki remaja Jakarta di 7-Eleven dapat terbentuk menjadi gaya hidup dengan dipengaruhi oleh sosialisasi yang tinggi dari keluarga mengenai kebiasaan nongkrong serta konformitas yang tinggi terhadap peer group mereka yang memiliki kebiasaan nongkrong. Berdasarkan status sosial ekonomi, mereka pada kelompok SSE rendah cenderung lebih signifikan untuk memiliki gaya hidup nongkrong di 7-Eleven disbanding dengan kelompok menengah dan atas.
This research aimed to find out the factors that influence the formation of teenagers hangout lifestyle in 7-Eleven, which include family socialization factors and conformity to peer group. This research uses quantitative approach with survey data collection method to 100 respondents. This research take place at six 7-Eleven stores, which is located in South Jakarta with purposive sampling technique. The research findings show that the teenagers’ habit of hanging out at 7-Eleven can be formed into a lifestyle, influenced by high family socialization regarding their habits to hang out, and conformity high against their peer group who have a habit of hanging out. Based on socio-economic status, those who belong to low status group tend to be more significant to have a lifestyle of hanging out at the 7-Eleven compared with the middle and upper status group."
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2013
S53329
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Herman Nurcahyadi Suparman
"
ABSTRAKTesis ini membahas modal sosial dan kekerasan kolektif geng nongkrong anak muda di permukiman kumuh perkotaan. Dengan menggunakan metode penelitian kualitatif melalui pendekatan studi kasus pada geng nongkrong Kota Paris dan Caplin di Kecamatan Johar Baru, Jakarta Pusat, penelitian ini menemukan bahwa geng nongkrong dan kekerasan kolektif merupakan modal sosial geng nongkrong di permukiman kumuh. Kenyataan ini disebabkan oleh persoalan struktur dan kultur sosial masyarakat di permukiman kumuh Johar Baru. Oleh karena itu, penelitian ini merekomendasikan pemerintah dan organisasi kemasyarakatan (LSM/NGO) perlu merancang sebuah kebijakan pembangunan inklusif dimana ada sebuah intervensi sosial terhadap sebuah komunitas atau masyarakat, khususnya kelompok anak muda.
ABSTRACTThis thesis discusses social capital and collective violent street gangs in the urban slums. By using the method of qualitative research through case study approach in the Kota Paris and Caplin street gangs in District Johar Baru, the study found that the street gang and collective violence is social capital street gang in a slum. This fact is due to the problems of social structure and culture of the people in the slums, Johar Baru. Therefore, this study recommends that the government and civil society organizations need to design a policy of inclusive development where there is a social intervention to a community or society, especially the young people."
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
T43229
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library