Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 9 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fatahillah Putra Kustiawan
Abstrak :
Stainless Steel merupakan logam yang banyak digunakan untuk keperluan industri karena stainless steel memiliki ketahanan korosi yang baik dan tahan terhadap temperatur tinggi. Pada umumnya, penggunaan stainless steel membutuhkan teknik penyambungan yang salah satunya adalah pengelasan. Pemilihan parameter yang tepat sangat dibutuhkan untuk mendapatkan hasil pengelasan yang optimal. Pada penelitian ini dilakukan percobaan untuk mengetahui hubungan kuat arus, heat time, dan hold time terhadap kekuatan tarik yang dihasilkan dengan menggunakan teknik pengelasan RSW. Mesin las yang digunakan adalah WIMTOUCH 1800 tipe JPC 35. Kuat arus yang digunakan adalah 7000 A, 7700 A, dan 8400 A; heat time yang digunakan adalah 5 cycle, 10 cycle, dan 15 cycle; dan hold time yang digunakan adalah 5 cycle, 10 cycle, dan 15 cycle. Karakterisasi hasil las dilakukan melalui analisis diameter weld nugget dengan menggunakan mikroskop digital dan pengujian kekuatan tarik. Dari hasil penelitian yang didapatkan, diketahui bahwa semakin besar kuat arus dan heat time maka diameter weld nugget yang dihasilkan akan semakin besar sedangkan trendline dari hold time pada penelitian ini tidak dapat terlihat. Nilai kekuatan tarik maksimum yang didapatkan adalah 11,3 kN dengan parameter pengelasan arus 7700 A, heat time 15 cycle, dan hold time 10 cycle.
Stainless Steel is a metal that is widely used for industrial purposes because stainless steel has good corrosion resistance and resistance to high temperatures. In general, the use of stainless steel requires a technique of connection one of which is welding. Selection of appropriate parameters is needed to obtain optimal welding results. In this experiment, the experiment was conducted to find out the relationship of current strength, heat time, and hold time to the tensile strength produced by using RSW welding technique. The welding machine used is WIMTOUCH 1800 type JPC 35. The current strength used is 7000 A, 7700 A, and 8400 A the heat time used is 5 cycles, 10 cycles, and 15 cycles and hold time used is 5 cycles, 10 cycles, and 15 cycles. The characterization of the welding results is done by analyzing the diameter of the weld nugget by using digital microscope and tensile strength test. From the results obtained, it is known that the greater the current strength and heat time then the diameter of the weld nugget generated will be greater while the trendline of hold time in this study can not be seen. The maximum tensile strength value obtained is 11.3 kN with welding parameters 7700 A, heat time 15 cycles, and hold time 10 cycles.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Subowo
Abstrak :
ABSTRAK
Dalam industry perakitan bodi kendaraan (Otomotif), Las Tahanan Titik (Resistance Spot Welding) banyak dipakai untuk penyambungan komponen bodi, yaitu dengan cara pemanasan disertai penekanan. Demikian pula yang dilakukan di PT Toyota Astra Motor, dimana pengambilan specimen dan pengelasan dari penelitian ini dilakukan.

Bahkan komponen yang banyak dipakai pada bodi kendaraan Kijang adalah plat baja karbon rendah SPCD (Cold Rolled Steel Sheet) dengan ketebalan 0,8mm, sedang peralatan las yang dipakai adalah model Portebel Type YR-500 SAZ-1 DY 9. Spesimen di las dengan parameter pengelasan dibuat sama atau konstan seperti yang dilakukan dalam perakitan bodi kijang. Pengelasan dilakukan pada satu titik dan dua titik, untuk yang dua titik jarak antar titik las dibuat variasi.

Pengaruh siklus termal akibat laku panas dari proses las, secara metalurgi daerah hasil sambungan las mengalami perubahan, makin dekat dengan Manik Las Nugget, butiran semakin besar, begitu pula dengan kekerasannya semakin tinggi.

Pengaruh jarak antar nugget terhadap uji tarik, terjadi peningkatan seiring dengan semakin lebar jarak antar nugget.

Terhadap uji fatik terjadi peningkatan siklus seiring dengan penurunan tegangan dan terjadi batas limit pada pembebanan.
1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fathnan Fat-Ham Mubiina
Abstrak :
Resistance spot welding (RSW) merupakan metode pengelasan yang sudah banyak digunakan dalam dunia industri terutama industri otomotif. RSW menggabungkan dua pelat metal menggunakan panas yang berasal dari arus elektrik. Untuk mengurangi biaya yang digunakan untuk melakukan eksperimen secara langsung, simulasi RSW mulai dikembangkan. Simulasi RSW membutuhkan Initial Value dari electric contact resistance yang terdapat pada RSW. Penelitian ini bertujuan untuk mencari Initial Value tersebut agar simulasi dapat dilaksanakan. Initial value yang ditemukan akan digunakan untuk simulasi selanjutnya. Penelitian dilakukan menggunakan eksperimen dan juga simulasi untuk dapat membandingkan hasil dari dua metode tersebut. Pada eksperimen RSW, parameter yang divariasikan adalah cycle time. Cycle Time divariasikan sebanyak 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, dan 10 . Pada simulasi RSW, parameter yang divariasikan adalah waktu pengelasan yaitu selama 20ms, 40ms, 60ms, 80ms, 100ms, 120ms, 140ms, 160ms, 180ms, dan 200ms. Hasil las berupa ukuran nugget dari dua metode tersebut akan dibandingkan. Perbandingan hasil menunjukkan bahwa simulasi dengan initial value 200 memiliki ukuran nugget yang paling mendekati rata-rata ukuran nugget eksperimen. ......Resistance spot welding (RSW) is a commonly used welding method in industry, especially in automotive industry. RSW joins two metal plates using heat generated from electric current. To reduce the experiment cost, RSW simulation developed. RSW simulation needs Initial Value from electric contact resistance that consists on RSW. This research is conducted to find the initial value needed for RSW simulation. The initial value will be used for the next simulation Both experiments and simulations will be conducted in this research to compare the results. In RSW experiment, the variated parameter is cycle Time. The cycle time is variated as 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, dan 10. In RSW simulation, the variated parameter is welding Time as 20ms, 40ms, 60ms, 80ms, 100ms, 120ms, 140ms, 160ms, 180ms, and 200ms. The welding result of the nugget size of the two methods above will be compared. Comparison results show that simulation with initial value of 200 has the closest nugget diameter result with experiment.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andreas Edyanto
Abstrak :
ABSTRAK
Resistance spot welding (RSW) merupakan proses pengelasan yang sering digunakan untuk menyambung pelat logam umumnya pada industri otomotif dan penerbangan. Proses pengelasan RSW (Resistance Spot Welding) melibatkan fenomena kelistrikan, termal-mekanik, metalurgi, dan permukaan yang kompleks. Tidak seperti proses pengelasan lainnya, peristiwa terbentuknya sambungan las pada proses RSW terjadi sangat cepat (dalam mili-detik) dan mengambil tempat diantara benda kerja yang tumpang tindih satu sama lain. Simulasi pengelasan memungkinkan pemeriksaan visual terhadap sambungan las tanpa harus melakukan eksperimen yang mahal. Ukuran nugget las merupakan parameter yang paling penting dalam menentukan perilaku mekanik dari sambungan las RSW karena kualitas dan kekuatan sambungan las RSW secara dominan ditentukan oleh bentuk dan ukuran dari nugget las. Simulasi pemodelan proses pengelasan RSW dilakukan menggunakan modul ANSYS Parametric Design Language (APDL) berbasis metode elemen hingga (finite element method) yang tersedia, dalam ANSYS. Interaksi elektrikal dan termal dikembangkan untuk mempelajari pertumbuhan nugget pada pengelasan pelat aluminium A1100 dengan ketebalan masing-masing 0.4 mm. Dengan menggunakan pendekatan model simulasi ini, ukuran diameter nugget dapat diprediksi dengan baik melalui distribusi temperatur yang terbentuk selama proses pengelasan berlangsung. Pengelasan dilakukan dengan membuat variasi pada pemberian kuat arus (1kA dan 2kA) dan waktu pengelasan untuk masing-masing kuat arus yaitu 0.5, 1.0, dan 1.5 CT (cycle time). Diamater nugget untuk masing-masing parameter pengelasan yang didapat melalui simulasi pemodelan adalah, 4.276 mm, 4.372 mm, 4.668 mm, 5.616 mm, dan 5.896 mm. Pada spesimen dengan kuat arus 2 kA dan waktu pengelasan 1.5 CT, weld expulsion terjadi dan ditandai dengan menurunnya kekuatan tarik-geser dari spesimen tersebut dalam eksperimen.
ABSTRAK
Resistance spot welding (RSW), generally which is one of the most often used to joint metal plate in the automotive and aviation industries. RSW welding process involves electrical, thermal-mechanical, metallurgy, and complex surface phenomenon. Unlike the other welding processes, weld joint formation in RSW process occurs very quick (in milli-seconds) and took place between the workpieces overlap each other. Welding simulation allows visual examination of the weld joint without having to perform an expensive experiment. Weld nugget size is the most important parameter in determining the mechanical behavior of welded joints in RSW process. The quality and strength of the weld joint in RSW process is predominantly determined by the shape and size of the weld nugget. Simulation modeling of RSW process performed using ANSYS Parametric Design Language (APDL) module based on the finite element method (FEM), embedded in ANSYS Workbench. Electrical and transient-thermal interaction was developed to study the weld nugget growth on resistance spot welding of aluminum A1100 metal plate with a thickness of 0.4 mm respectively. Weld nugget diameter can be well predicted by using this simulation model from the temperature distribution during the welding process. Welding is performed by varying the weld current (1 kA and 2 kA) and the welding time for each electric current which are start from 0.5, 1.0, and 1.5 cycle time. Nugget diameter for each of the welding parameters from the simulation modelling were 4,276 mm, 4,372 mm, 4,668 mm, 5,616 mm and 5,896 mm. Weld expulsion occurred for the specimen with welding current 2 kA and welding time 1.5 cycle time, characterized by the decreasing of the tensile-shear strength of the specimen.
2016
S63626
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Barly Joshua Djaja
Abstrak :

Resistance Spot Welding (RSW) adalah salah satu metode pengelasan yang meleburkan metal itu sendiri menggunakan arus listrik serta tekanan pneumatik. RSW sangat sering dijumpai di berbagai industri terutama industri otomotif dan industri dirgantara dimana diperlukan kecepatan untuk las titik serta temperatur yang terpusat. Elektroda dari tembaga biasanya adalah pilihan utama sebagai sumber penyalur arus listrik dan penekan. Bentuk dari elektroda itu sendiri berpengaruh atas ukuran nugget yang tercipta. Investigasi kali ini mencari dampak perubahan sudut elektroda terhadap besar nugget dengan memvariasikan bentuk elektroda dengan sudut kemiringan 30°, 45â?°, 60° terhadap benda kerja, serta bentuk Lab DTM. Nilai dari initial value contact resitance adalah 230 dengan menggunakan simulasi dari perangkat lunak ANSYS. Ditemukan hubungan bahwa semakin besar sudut elektroda terhadap benda kerja (semakin lancip elektroda) maka semakin besar juga diameter nugget yang tercipta. Hal ini dikarenakan ukuran elektroda yang mengecil sehingga current density dapat menjadi lebih terpusat. Hasil ini secara konsisten ditunjukan dengan berbagai variasi initial value. Didapati juga bahwa semakin besar initial value contact resistance, maka semakin besar juga diameter nugget.


Resistance spot welding (RSW) is one of a few method of welding which melt its own metal using electric current and pneumatic pressure. RSW often found in various industry especially in otomotif industry and aeroplane industry where speed and temperatur distribution is really needed. Electrode made from copper usually is the main option for source of electric conductor and pressure. Shape of electrode itself affect the nugget size of the weld. This investigation will found the effect of changing the angle of attack of electrode for the weld nugget size with varying the angle from 30â?°, 45°, 60â?°, and DTM lab electrode. Value from initial value contact resistance will also be 230 using simulation with ANSYS APDL software. It was found that the bigger the angle (more pointed) electrode will produce a bigger weld nugget diameter. This is because of the electrode size getting smaller therefore creating a more focused current density resulting in bigger nugget weld. This result is consistent eventhough the initial value was changed. It was also found that the higher the inital value contact resistance, the nugget diameter would also got bigger.

Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rianita Pramitasari
Abstrak :
Abstrak
Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Terbuka Kelas IIB Jakarta mengelola jamur tiram sebagai sumber makanan potensial. Jamur ini dibudidayakan oleh tahanan di penjara. Namun, belum dimanfaatkan secara optimal sebagai peluang bisnis yang efektif. Tujuan dari pengabdian masyarakat ini ada tiga, yaitu i) untuk memanfaatkan potensi jamur tiram di Lapas Terbuka Kelas IIB Jakarta untuk diolah menjadi nugget sebagai produk makanan dengan nilai jual lebih tinggi; ii) untuk mendorong semangat kewirausahaan tahanan; dan iii) untuk menghasilkan nugget berbasis jamur tiram secara terus menerus untuk meningkatkan produktivitas penjara. Metode yang digunakan dalam program ini adalah pelatihan nugget berbasis napi dan pengolahan jamur tiram menggunakan teknologi kemasan vakum, kewirausahaan dan strategi pemasaran, serta akuntansi keuangan. Setelah itu, pemrosesan nugget, pengemasan, dan praktik akuntansi keuangan sederhana dilakukan. Evaluasi dilakukan setelah dua bulan pelatihan untuk mengevaluasi implementasi kegiatan kewirausahaan nugget di penjara. Program ini dihadiri oleh narapidana dan anggota staf penjara. Melalui program pengabdian masyarakat ini, kami berharap budidaya jamur tiram di penjara dapat dimanfaatkan secara lebih efektif sehingga produktivitas dapat ditingkatkan. Pembinaan berkelanjutan diperlukan untuk menjaga kegiatan produksi, pemasaran, dan catatan keuangan bekerja lebih baik.
Jakarta: Pusat Pemberdayaan Masyarakat - Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya, 2018
300 JPM 2:1 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Kusfiat Fitriani
Abstrak :
[ABSTRAK Material Bake Hardening merupakan material yang memiliki sifat mudah dideformasi sebelum diberi perlakuan panas dan sulit dideformasi setelah diberi perlakuan panas. Material ini merupakan material baru yang digunakan pada industri otomotif untuk digunakan pada kerangka mobil dan badan mobil. Material ini akan disambungkan menggunakan mesin Resistance Spot Welding. Resistance Spot Welding merupakan salah satu jenis pengelasan yang banyak digunakan di industri otomotif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari parameter kuat arus dari mesin resistance spot welding pada material bake hardening. Penyambungan material bake hardening ini dilakukan dengan menggunakan mesin resistance spot welding dengan pemberian kuat arus 8kA, 9kA, 10kA, 11kA dan 12kA. Pengujian yang dilakukan antara lain pengujian kekerasan, geser, pengamatan SEM, dan metalografi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kekuatan optimum yaitu 5,68kN dan kekerasan optimum yaitu 237,34 VHN didapat pada sampel yang diberi kuat arus sebesar 11kA. Pemberian kuat arus diatas 11kA akan menyebabkan penurunan pada kekuatan dan kekerasan. Pola penjejakan kekerasan menunjukkan bahwa daerah nugget memiliki kekerasan yang lebih tinggi dibandingkan base metal. Struktur mikro juga menunjukkan bahwa semakin ke daerah nugget, butir semakin membesar dan fasa bainite bertambah banyak.
ABSTRACT Bake Hardening material is a material that is easily deformed before being given a heat treatment and become a hard deformed after being heat-treated. This material is a new material used in the automotive industry for car frame and car body. This material will be welded using Resistance Spot Welding machine. Resistance Spot Welding is one type of welding that is widely used in the automotive industry. This study aims to determine the effect of the current welding parameters of resistance spot welding to bake hardening material. The joining of bake hardening material is performed using resistance spot welding machine with current 8kA, 9kA, 10kA, 11kA and 12kA. Tests performed include hardness testing, shear, SEM and metallography. The results showed that the optimum tensile strength is 5,68kN and optimum Vickers hardness is 237.34 VHN samples were obtained at a current of 11kA. Giving current 11kA above will cause a decrease in tensile strength and Vickers hardness. Hardness distribution of Vickers hardness shows that nugget area has a higher hardness than the base metal. Microstructure also shows that the area to the nugget, grain growing and increasing bainite phase.;Bake Hardening material is a material that is easily deformed before being given a heat treatment and become a hard deformed after being heat-treated. This material is a new material used in the automotive industry for car frame and car body. This material will be welded using Resistance Spot Welding machine. Resistance Spot Welding is one type of welding that is widely used in the automotive industry. This study aims to determine the effect of the current welding parameters of resistance spot welding to bake hardening material. The joining of bake hardening material is performed using resistance spot welding machine with current 8kA, 9kA, 10kA, 11kA and 12kA. Tests performed include hardness testing, shear, SEM and metallography. The results showed that the optimum tensile strength is 5,68kN and optimum Vickers hardness is 237.34 VHN samples were obtained at a current of 11kA. Giving current 11kA above will cause a decrease in tensile strength and Vickers hardness. Hardness distribution of Vickers hardness shows that nugget area has a higher hardness than the base metal. Microstructure also shows that the area to the nugget, grain growing and increasing bainite phase., Bake Hardening material is a material that is easily deformed before being given a heat treatment and become a hard deformed after being heat-treated. This material is a new material used in the automotive industry for car frame and car body. This material will be welded using Resistance Spot Welding machine. Resistance Spot Welding is one type of welding that is widely used in the automotive industry. This study aims to determine the effect of the current welding parameters of resistance spot welding to bake hardening material. The joining of bake hardening material is performed using resistance spot welding machine with current 8kA, 9kA, 10kA, 11kA and 12kA. Tests performed include hardness testing, shear, SEM and metallography. The results showed that the optimum tensile strength is 5,68kN and optimum Vickers hardness is 237.34 VHN samples were obtained at a current of 11kA. Giving current 11kA above will cause a decrease in tensile strength and Vickers hardness. Hardness distribution of Vickers hardness shows that nugget area has a higher hardness than the base metal. Microstructure also shows that the area to the nugget, grain growing and increasing bainite phase.]
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S61921
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pranaya Ganendra Putra
Abstrak :
Baja adalah salah satu aspek yang paling penting dalam kehidupan manusia. Baja digunakan dalam berbagai aplikasi seperti, otomotif, gadget elektronik, bahan struktural, dll. Dengan demikian, dibutuhkan bijih besi dalam jumlah yang besar untuk diolah demi kebutuhan-kebutuhan tersebut. Bijih besi kadar tinggi menjadi langka karena produk mereka menghasilkan produk besi bermutu tinggi. Salah satu solusi untuk masalah ini adalah dengan memanfaatkan bijih besi kadar rendah. (Fe total <60% massa). Dalam penelitian ini, bijih besi kadar rendah dari Lampung, Indonesia direduksi menggunakan batubara subbituminous dari Kalimantan, Indonesia. Dengan memanfaatkan reduksi langsung, pig iron nugget berhasil diproduksi. Terak pig iron nugget kemudian diperiksa lebih lanjut dengan XRD, XRF, SEM-EDAX. Dalam penelitian ini, variabel yang digunakan terdiri dari dua elemen, suhu dan waktu. Variabel yang disebutkan adalah: 1450 & 1400 ° C untuk variabel suhu dan 40 & 30 menit untuk waktu holding. Dari penelitian ini, ditemukan bahwa terak yang telah dihasilkan cukup mirip dari segi morfologi dan mikro, tetapi hanya sample1.400°C / 30 menit yang memiliki perbedaan. Sample tersebut memiliki pori-pori di dalamnya dan memiliki jumlah tertinggi karbon dan Fe (wt%) di dalamnya. Fase dalam terak juga sebagian besar amorphous kecuali sample 1450°C / 30 menit yang menyatakan bahwa slag memiliki fase SiO2 dan memiliki carbon didalamnya. ...... Steel is one of the most important aspects in the human lives. Steel is used in many applications such as, automotive, electronic gadgets, structural materials, etc. Thus, needing large amounts of iron ores to be processed for that demands. High-grade iron ores has become scarce due to its high-grade iron products. One of the solution for this problem is by utilizing low-grade iron ores (total Fe < 60 mass%). In this research, a low grade iron ore from Lampung, Indonesia was reduced using a subbituminous coal from Kalimantan, Indonesia. By utilizing direct reduction, pig iron nugget was successfully produced. The pig iron nuggets slag was then further examined using XRD, XRF, and SEM-EDAX. In this research, the controlled variables which are used consists of two elements, temperature and time. The variables mentioned are: 1450 & 1400°C for the temperature variable and 40 & 30 minutes for the holding time variable. From this research, it was found that the slags which has been produced are quite similar in morphology and microstructure, besides the 1400°C/30 minutes which has pores in it and has the highest amount of carbon and Fe wt% in it. The phases in the resulted slags are also mostly amorphous except the 1450°C/30 minutes which states that the slag has a SiO2 phase and also has carbon reside in it.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S66446
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adrian Rajendra
Abstrak :
Micro Resistance Spot Welding mRSW merupakan metode pengelasan yang banyak digunakan di industri manufaktur dikarenakan prosesnya yang cepat, efisien secara ekonomi, dapat diotomasi, dan dapat digunakan untuk pelat dengan ketebalan rendah. Pelat paduan aluminium, khususnya AA 1100 dengan ketebalan rendah merupakan salah satu bahan yang dewasa ini banyak digunakan dalam industri manufaktur dikarenakan sifatnya yang ringan dengan kekuatan mekanis yang baik. Belum terdapat penelitian yang membahas mengenai parameter optimum dari mRSW untuk pengelasan AA 1100. Dalam penelitian ini, dilakukan pengelasan terhadap pelat AA 1100 dengan dimensi 19 mm x 76 mm x 0,4 mm menggunakan instrumen pengelasan mRSW otomatis dengan variabel yaitu diameter tip elektroda dan cycle time pengelasan secara berturut-turut sebesar 2, 4, 6 mm dan 5, 7,5, 10 siklus. Karakterisasi hasil las dilakukan lewat analisis makrostruktur dan pengujian tarik. Hasil observasi makrostruktur menunjukkan adanya peningkatan diameter weld nugget seiring dengan penggunaan tip dengan diameter lebih besar. Pengujian tarik menunjukkan bahwa diameter tip berbanding lurus dengan tensile load yang terjadi pada hasil las, sementara terjadi penurunan nilai tensile load pada siklus/cycle time yang lebih besar.
Micro Resistance Spot Welding mRSW is commonly used in the manufacturing industry due to its time and economic efficiency, easily automated, and its ability to be used in welding of thin plates. Al alloy plates, such as AA 1100 alloy plates with low thickness are currently utilized in manufacture industries considering its lightweight and good mechanical properties. However, there are no sufficient studies that investigate the optimum mRSW parameters in AA1100 welding. In this reserach, AA1100 alloys specimens in 19 mm x 76 mm x 0.4 mm dimension were welded using automatic mRSW method with variations on the electrode tip diameter and welding cycle time. Diameters of the electrode tip were 2, 4, and 6 mm, respectively, while welding cycle time were varied for 5, 7.5, and 10 cycles. Characterizations of welded plates were done through macrography observation and tensile testing. Results of macrography shows that diameter of weld nuggest increase along with bigger electrode tip diameter. Tensile testing results, indicates that larger tip diameter resulted in higher tensile load. On the other hand, more cycle time applied during welding procedure resulted in lower tensile load of produced weld.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library