Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nur Afany
"Latar belakang. Karakteristik nyeri kepala sangat penting diketahui untuk penegakan diagnosis dan tata laksananya. International headache society (IHS) merekomendasikan headache diary (HD) untuk memantau nyeri kepala serta respons terhadap pengobatan. Headache diary dipercaya sebagai tools untuk pemantauan keberhasilan terapi melalui items pertanyaan dalam HD untuk menilai intensitas, durasi, frekuensi nyeri kepala serta perubahan terapi. HD terdiri dari dua jenis, yaitu media cetak dan elektronik. Namun sejauh ini belum ada perbandingan kegunaan pada kedua jenis HD di Indonesia. Penelitian ini dibuat dengan tujuan untuk melihat perbandingan electronic headache diary (EHD) dan paper headache diary (PHD) sebagai instrumen pemantauan nyeri kepala primer. Metode. Studi kohort dengan data sekunder yang diperoleh pada Januari 2023-April 2024 di RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo. Kriteria inklusi pada penelitian ini meliputi pasien nyeri kepala primer yang terindikasi HD. Subjek tidak diberikan pilihan untuk penggunaan jenis media HD. Dilakukan evaluasi HD untuk melihat karakteristik nyeri kepala pada bulan pertama dan bulan kedua. Kemudian dilakukan analisis untuk membandingkan perubahan karakteristik nyeri kepala pada kedua jenis HD. Hasil. Dari 196 subjek (98 menggunakan EHD dan 98 subjek menggunakan PHD), mayoritas adalah perempuan (82,7 % pada EHD dan 90,8% pada PHD), median usia EHD 33 (19-68) tahun dan median usia PHD, yaitu 40 (18-79) tahun, mayoritas memiliki onset kronis (94,9% pada EHD dan 98% pada PHD). Jenis nyeri kepala terbanyak yang terdeteksi di awal pemantauan adalah migren (72,4% pada EHD dan 80,6% pada PHD). Terdapat perbedaan signifikan pada frekuensi dan durasi nyeri kepala pada EHD dan PHD dengan nilai p < 0,01. Sebagian besar subjek pada EHD dan PHD sudah mendapatkan abortif dan sebanyak 32,7% pada EHD dan 45,9% pada PHD sudah mendapatkan terapi profilaksis. Nilai median intensitas nyeri kepala baik pada EHD dan PHD adalah 7. Pada awal dan akhir pemantauan, terdapat perubahan signifikan yang terdeteksi pada EHD dan PHD, yaitu dalam hal intensitas, frekuensi, durasi nyeri kepala serta perubahan terapi profilaksis dengan nilai p < 0,01. Setelah pemantauan dua bulan, didapatkan jumlah subjek EHD yang mengalami perubahan terapi profilaksis lebih sedikit, yaitu 68,4% dibandingkan subjek PHD, yaitu 46,9%. Selisih durasi nyeri kepala yang terdeteksi pada EHD lebih panjang dan detail, yaitu median 4,5 (0-68) jam dibandingkan PHD, yaitu median 2 (0-67) jam. Kesimpulan. Baik EHD maupun PHD dapat mendeteksi perubahan intensitas, frekuensi, durasi nyeri kepala serta perubahan terapi profilaksis secara bermakna. EHD dapat mendeteksi durasi nyeri kepala lebih panjang dan lebih detail dibandingkan PHD. EHD lebih disarankan untuk pemantauan nyeri kepala dengan pola, episode serangan dan faktor pencetus yang bervariasi seperti migren.

Background. The characteristics of headaches are crucial to understand for diagnosis and management. The International Headache Society (IHS) recommends a headache diary (HD) to monitor headaches and the response to treatment. A headache diary is believed to be a tool for monitoring the success of therapy through questions in the HD that assess the intensity, duration, frequency of headaches, and changes in therapy. There are two types of HD, namely printed and electronic. However, so far there has been no comparison of the utility of these two types of HD in Indonesia. This study aims to compare the electronic headache diary (EHD) and the paper headache diary (PHD) as instruments for monitoring primary headaches. Method. A cohort study with secondary data obtained from January 2023 to April 2024 at RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo. The inclusion criteria in this study included primary headache patients who were indicated for HD. Subjects were not given a choice regarding the type of HD media used. HD evaluations were conducted to observe the characteristics of headaches in the first and second months. Then, an analysis was carried out to compare changes in headache characteristics between the two types of HD. Results. Out of 196 subjects (98 using EHD and 98 using PHD), the majority were female (82.7% in EHD and 90.8% in PHD), with a median age of 33 (19-68) years for EHD and 40 (18-79) years for PHD. The majority had a chronic onset (94.9% in EHD and 98% in PHD). The most common type of headache detected at the beginning of monitoring was migraine (72.4% in EHD and 80.6% in PHD). There were significant differences in the frequency and duration of headaches between EHD and PHD, with a p-value < 0.01. Most subjects in both EHD and PHD had received abortive therapy, and 32.7% in EHD and 45.9% in PHD had received prophylactic therapy. The median headache intensity score for both EHD and PHD was 7. At the beginning and end of monitoring, significant changes were detected in both EHD and PHD in terms of intensity, frequency, duration of headaches, and changes in prophylactic therapy, with a p-value < 0.01. After two months of monitoring, the number of EHD subjects who experienced changes in prophylactic therapy was less, at 68.4%, compared to PHD subjects, at 46.9%. The duration of headaches detected in EHD was longer and more detailed, with a median of 4.5 (0-68) hours compared to PHD, with a median of 2 (0-67) hours. Conclusion: Both EHD and PHD can detect significant changes in the intensity, frequency, duration of headaches, and changes in prophylactic therapy. EHD can detect the duration of headaches more extensively and in more detail compared to PHD. EHD is more recommended for monitoring headaches with varied patterns, attack episodes, and triggering factors such as migraines."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizky Amelia Maulidyani
"Perawat merupakan populasi yang banyak mengeluhkan nyeri kepala primer. Stres kerja menjadi faktor yang erat dikaitkan sebagai pemicu nyeri kepala primer pada perawat. Nyeri kepala primer dapat menimbulkan dampak negatif, seperti penurunan kualitas hidup hingga peningkatan intensi perawat untuk meninggalkan pekerjaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan stres kerja dengan kejadian nyeri kepala primer pada perawat rumah sakit. Jenis penelitian yang dilakukan berupa studi cross-sectional terhadap 95 orang perawat rumah sakit yang dipilih menggunakan metode purposive sampling. Instrumen yang digunakan diantaranya Expanded Nursing Stress Scale (ENSS) untuk mengukur tingkat stres kerja serta Headache Screening Questionnaire (HSQ) untuk mengidentifikasi jenis nyeri kepala primer. Data yang telah didapatkan lalu dilakukan analisis secara statistik menggunakan uji Chi-Square. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara stres kerja dengan kejadian nyeri kepala primer pada perawat (p = 0,033; α = 0,05). Berdasarkan hasil tersebut, rumah sakit dapat berperan untuk menciptakan lingkungan kerja yang positif dan minim stres serta diharapkan perawat mampu memanajemen stres dan memanfaatkan fasilitas klinik pegawai untuk mendapatkan perawatan.

Nurses are a population that often complains of primary headaches. Work stress is a factor that is closely linked as a trigger for primary headache in nurses. Primary headaches can have negative impacts, such as reducing quality of life and increasing nurses' intention to leave work. This study aims to identify the relationship between work stress and the incidence of primary headaches in hospital nurses. The type of research carried out was a cross-sectional study of 95 hospital nurses who were selected using the purposive sampling method. The instruments used include the Expanded Nursing Stress Scale (ENSS) to measure work stress levels and the Headache Screening Questionnaire (HSQ) to identify primary headache types. The data that has been obtained is then analyzed statistically using the Chi-Square test. The results of the study showed that there was a significant relationship between work stress and the incidence of primary headaches in nurses (p = 0,033; α = 0,05). Based on these results, hospitals can play a role in creating a positive and minimally stressful work environment and it is hoped that nurses will be able to manage stress and use of employee clinic facilities to receive treatment."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Djarot Sudjatmoko
"Nyeri kepala merupakan keluhan yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Sebagian besar merupakan nyeri kepala primer. Seringkali nyeri kepala primer berkomorbiditas dengan gangguan mental, oleh karena itu perlu dilakukan penelitian untuk mendapatkan gambaran mengenai komorbiditas gangguan mental pada penderita nyeri kepala primer. Penelitian ini merupakan studi potong lintang, yang dilakukan di poliklinik departemen saraf RSCM, _Tull 2004 sampai Januari 2005 terhadap 95 penderita nyeri kepala primer secara consecutive sampling. Penderita nyeri kepala primer dilakukan wawancara terstruktur- dengan menggunakan instrumen MIN (Mini International Neuropsychiatric Interview) 1CD 10 untuk mengetahui apakah menderita gangguan mental atau tidak, serta untuk mengetahui jenis gangguan mentalnya. Dan penelitian ini didapatkan adanya komorbiditas antara penderita nyeri kepala primer dengan gangguan mental. Hasil penelitian menunjukkan 61 penderita nyeri kepala primer (64.2%) mengalami gangguan mental baik tunggal ataupun lebih dari satu gangguan mental, selain itu didapatkan 3 jenis gangguan mental yang terbanyak dialami penderita nyeri kepala primer yaitu episode depresi 29 orang (30.9%), gangguan panil. 20 orang (21.4%), dan gangguan anxietas menyeluruh 17 orang (17.9%)."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library