Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Illa Annisa
"Ikan Sidat (Anguilla spp.) menjadi salah satu jenis ikan konsumsi dengan kandungan gizi yang tinggi dan tingkat konsumsi yang tinggi di pasar lokal maupun internasional. Kelimpahan ikan sidat bersifat fluktuatif yang tergantung dengan kondisi habitatnya. Salah satu habitat penting bagi ikan sidat karena berhadapan langsung dengan Samudera Hindia. Faktor oseanografis yang mempengaruhi migrasi larva sidat menuju muara sungai adalah salinitas, suhu permukaan laut, klorofil-a, dan faktor oseanografis lainnya. Untuk mendukung kegiatan perikanan yang berdampak pada pendapatan masyarakat Kabupaten Sukabumi, perlu diketahui habitat optimal bagi larva sidat untuk kemudian didapatkan informasi kelimpahan larva sidat. Penelitian menggunakan metode penginderaan jauh dengan Algoritma Cilamaya (Kaffah, 2019) untuk menduga nilai salinitas, dan Algoritma Wibowo (1994) untuk menduga nilai klorofil-a. Penelitian dilakukan di muara Ci Letuh dan muara Ci Marinjung yang termasuk dalam Perairan Teluk Ciletuh berdasarkan bulan basah, bulan kering, dan bulan peralihan pada tahun 2019 dan 2020. Habitat larva sidat berdasarkan faktor oseanografis berada di sekitar muara Ci Letuh dan Ci Marinjung pada kedalaman 0 – 5 m. sebaran wilayah potensial terbentuk pada muara sungai pada bulan basah, pada muara dan tepi pantai pada bulan kering dan bulan peralihan I, dan cenderung menyebar pada bulan peralihan II. Terdapat keterkaitan antara wilayah potensial habitat larva sidat dengan aktivitas penangkapan larva sidat yang mana kegiatan tangkapan larva sidat oleh nelayan setempat dilakukan di muara Ci Letuh yang termasuk pada wilayah potensial pada bulan basah dan bulan peralihan I dengan hasil yang lebih banyak pada bulan basah dan berkurang pada bulan peralihan I.Hasil tangkapan paling banyak pada bulan basah, menurun pada bulan peralihan I, dan tidak ada aktivitas penangkapan pada bulan kering dan bulan peralihan II. Adanya pengaruh kearifan lokal nelayan sehingga tidak melakukan perluasan wilayah dan waktu tangkapan larva sidat pada wilayah potensial habitat larva sidat berdasarkan faktor oseanografis

Eel fish (Anguilla spp.) is one type of fish consumption with high nutritional content and a high level of consumption in the local and international markets. The abundance of eel fish is volatile depending on the conditions of their habitat. One of the important habitats for eel fish because it is directly facing the Indian Ocean. Oceanographic factors that influence the migration of eel larvae to the estuary are salinity, sea surface temperature, chlorophyll-a, and other oceanographic factors. To support fishery activities that have an impact on the income of the people of Sukabumi Regency, it is necessary to know the optimal habitat for eel larvae to be obtained information on the abundance of eel larvae. The research used the remote sensing method with the Cilamaya Algorithm (Kaffah, 2019) to guess salinity value, and Wibowo Algorithm (1994) to guess chlorophyll-a value. The research was conducted in Ci Letuh estuary and Ci Marinjung estuary which is included in Ciletuh Bay Waters based on the wet month, dry month, and transition month in 2019 and 2020. Habitat of eel larvae based on oceanographic factors is located around the estuaries Ci Letuh and Ci Marinjung at a depth of 0-5 m. Potential distribution of areas formed in the estuary in wet months, on estuaries and shores in dry months and transitional months I, and tends to spread in the second transition month. There is a link between the potential habitat area of eel larvae with the activity of catching eel larvae where the catch activities of eel larvae by local fishermen are carried out in the estuary of Ci Letuh which is included in the potential area in the wet month and transition month I with more results in the wet month and reduced in the transition month I. The catch is most in the wet month, decreasing in the transition month I, and no arrest activity in dry months and transitional months II. The influence of local wisdom of fishermen so as not to expand the area and time of catchment of eel larvae in the potential habitat of eel larvae based on oceanographic factors.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"The Oceanographic characteristics of Klabat Bay in Bangka Island of Indonesia were investigated by using a series of temperature,salinity,turbidity,TSS (total suspended slid),transparency,DIN (Dissolved Inorganic Nitrogen),DIP (Dissolved Inorganic Phosporus),DO (Dissolved Oxygen) and Chlorophyll-a data in the wet season (Northwest Monsoon) and dry season (Southeast Monsoon) of 2003,respectively...."
MAREIND
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Gilang Buditama
"Fitoplankton adalah tumbuhan mikroskopis yang berfungsi sebagai penghasil oksigen dan bahan organik, serta memiliki peran sebagai produsen utama dalam rantai makanan di suatu ekosistem perairan. Klorofil-a merupakan pigmen yang paling umum terdapat pada fitoplankton sehingga konsentrasi klorofil-a dapat digunakan sebagai representasi kelimpahan fitoplankton. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pola sebaran klorofil-a secara temporal dan spasial di perairan laut Cirebon, Jawa Barat. Selanjutnya dalam penelitian ini juga membahas hubungan antara konsentrasi klorofil-a dengan kondisi oseanografis yaitu salinitas, Suhu Permukaan Laut SPL, Total Suspended Solid TSS, dan arus laut. Konsentrasi klorofil-a, salinitas, SPL, dan TSS diidentifikasi menggunakan data penginderaan jauh yaitu citra Landsat 8 OLI multitemporal berdasarkan bulan basah dan bulan kering pada tahun 2014-2015 yang sudah divalidasi. Arus laut diidentifikasi menggunakan data Ocean Surface Current Analysis Realtime OSCAR. Analisis yang digunakan yaitu analisis deskriptif dan statistik dengan pendekatan keruangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara temporal konsentrasi klorofil-a cenderung lebih tinggi pada bulan basah dibandingkan pada bulan kering, sedangkan secara spasial konsentrasi klorofil-a lebih tinggi pada wilayah dekat garis pantai dibandingkan ke arah laut lepas. Persebaran klorofil-a memiliki hubungan kuat dengan salinitas dan TSS pada kedua musim, sedangkan SPL berhubungan kuat hanya pada bulan basah, serta arus laut tidak secara langsung mempengaruhi klorofil-a. Salinitas dan SPL yang tinggi menyebabkan konsentrasi klorofil-a semakin rendah, sedangkan TSS yang tinggi akan menyebabkan konsentrasi klorofil-a semakin tinggi.

Phytoplankton is a microscopic plant which has a function to produce oxygen and organic materials. It also used as primary producer in marine food chain. It has chlorophyll which is used as one of substances to make a food. The chlorophyll a is the most common type of chlorophyll which phytoplankton has. Therefore, chlorophyll a concentration can be used to represent the abudance of phytoplankton. The purpose of this research is to identifying the temporal and spatial distribution of chlorophyll a concentration in the sea waters area around Cirebon Region, West Java. Furthermore, this research discusses about the correlation between chlorophyll a with salinity, Sea Surface Temperature SST, Total Suspended Solid TSS, and sea current. This research analyzed the distribution temporally during years of 2014 2015 based on wet and dry month which determined by rainfall of the study area. Clorophyll a concentration, Salinity, SST, and TSS obtained from the Landsat 8 OLI data using the algorithm that can be used to estimate chlorophyll a concentration which has been validated. Sea current is obtained from Ocean Surface Current Analysis Realtime OSCAR data. This research used descriptive and statistics analysis with spatial approach. The results of the research show that temporally, chlorophyll a concentration have a tendency to be higher in wet months compared to dry months, while chlorophyll a is higher on areas near the coastline compared to open sea areas. The distribution of chlorophyll a concentration has high relationship with salinity and TSS distribution on both season, while SST just affected on wet month, and sea current is not affecting chlorophyll a directly. The higher value of Salinity and SST will make lower chlorophyll a, while the higher TSS value will make higher chlorophyll a."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Prasetiawan
"Zonasi estuari belum bisa dipastikan karena air laut yang berubah secara dinamis seiring dengan perubahan musim. Musim yang berubah-ubah dapat mempengaruhi nilai salinitas karena nilai salinitas rentan terpengaruh oleh curah hujan dan aliran sungai. (Supriatna et al., (2016). Wilayah estuari memiliki tingkat produktivitas yang tinggi, sekaligus sebagai tempat berkembang biak nya habitat ikan, maka perlu pengetahuan mengenai batas estuari. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis zona Estuari di Jawa bagian barat meliputi Estuari Cisadane, Estuari Ciujung, Estuari Tegalpapak, Estuari Binuangeun, dan Estuari Cimandiri berdasarkan salinitas permukaan perairan dan menganalisis perbedaan zona estuari berdasarkan aspek oseanografis dan aspek Daerah Aliran Sungai. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah salinitas, curah hujan, arus permukaan air laut, Total Suspended Solid (TSS), batimetri, gelombang laut, luas DAS dan tutupan lahan. Metode penelitian menggunakan Algoritma Cimandiri dengan mengolah Citra Landsat 8 OLI tahun 2022, 2023, dan 2024. Analisis data yang digunakan ialah analisis spasial untuk mendapatkan zonasi estuari berdasarkan bulan basah dan bulan kering, serta analisis statistik deskriptif untuk menganalisis sebaran salinitas berdasarkan aspek oseanografis yang terdiri dari arus laut, TSS, batimetri dan gelombang laut. Sedangkan aspek Daerah Aliran Sungai (DAS) terdiri dari luas DAS dan tutupan lahan DAS. Hasil dari penelitian ini adalah zonasi estuari berdasarkan salinitas permukaan perairan yang diamati berdasarkan bulan basah dan bulan kering terbagi menjadi 2 kelas zona estuari yaitu zona Mexo-mesohaline dan Mexo-polyhaline. Luas Estuari di Jawa bagian barat mendapat pengaruh dari aspek oseanografis dan aspek Daerah Aliran Sungai. Aspek oseanografis memiliki pengaruh yang kuat dibandingkan dengan aspek Daerah Aliran Sungai.

The zonation of the estuary is uncertain because seawater changes dynamically with seasonal changes. Changing seasons can affect salinity values because salinity values are susceptible to being affected by rainfall and river flow. (Supriatna et al., 2016). The estuary area has a high level of productivity, as well as a breeding ground for fish habitat, so knowledge of the estuary boundaries is needed. This study aims to analyse Estuary zones in western Java including the Cisadane Estuary, Ciujung Estuary, Tegalpapak Estuary, Binuangeun Estuary, and Cimandiri Estuary based on the salinity of surface waters and analyse the differences in estuary zones based on oceanographic aspects and watershed aspects. The variables used in this study were salinity, rainfall, sea surface currents, Total Suspended Solid (TSS), bathymetry, sea waves, watershed area and land cover. The research method used Cimandiri Algorithm by processing Landsat 8 OLI images in 2022, 2023, and 2024. The data analysis used was spatial analysis to obtain estuary zoning based on wet months and dry months, and descriptive statistical analysis to analyse salinity distribution based on oceanographic aspects consisting of ocean currents, TSS, bathymetry and ocean waves. While the watershed aspect consists of watershed area and watershed land cover. The results of this study are the estuary zoning based on surface water salinity observed during wet and dry months, divided into 2 estuary zone classes, namely the Mexo-mesohaline zone and the Mexo-polyhaline zone. Estuary area in western Java is influenced by oceanographic aspects and watershed aspects. Oceanographic aspects have a strong relationship compared to watershed aspects."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Ghifari Shafa
"Laut Flores memiliki dinamika oseanografi secara historis yang disebabkan oleh pergerakan massa air di dalamnya. Pergerakan massa air laut ini dikenal sebagai fenomena upwelling, dimana air bersuhu dingin dan kaya nutrisi dari kedalaman lautan bergerak menuju permukaan laut. Air laut yang bergerak ke permukaan ini membawa nutrien, yang terukur melalui kadar klorofil-a yang dihasilkan oleh fitoplankton di permukaan laut. Upwelling disebabkan oleh transpor Ekman, yakni transpor arus laut yang terbentuk oleh angin yang bertiup di atas permukaan air laut. Dalam penelitian ini, digunakan data anomali suhu permukaan laut (SSTa) dari NOAA AVHRR Pathfinder Version 5.3 Collated Global, data vektor angin permukaan laut (u dan v) dari ERA5 Copernicus, serta data konsentrasi klorofil (chlor-a) dari Ocean Color SMI dengan rentang tahun 1998 – 2023. Analisis spasial dilakukan dengan melihat variasi spasiotemporal klorofil-a, SSTa dan indeks upwelling. Analisis temporal dilakukan secara time series, dekomposisi dan rerata bulanan tiap variabel. Hasil penelitian menunjukkan fenomena upwelling di Laut Flores utamanya disebabkan oleh pergerakan angin arah barat laut pada musim angin muson timur (April-Oktober), ditandai dengan indeks upwelling positif. Pada periode tersebut, upwelling terjadi di Laut Flores bagian utara dekat Sulawesi Selatan. Upwelling kuat tercatat terjadi pada tahun 2004, 2014, 2015, 2019 dan 2020, dimana perisitwa ini dipengaruhi oleh El Niño.

The historical of Flores Sea was driven by oceanographic dynamics caused by the movement of water masses within it. This movement of seawater masses is known as the upwelling phenomenon, where cold-temperature, nutrient-rich water from the ocean depths moves towards the sea surface. This surface-moving seawater carries nutrients, which are measured through chlorophyll-a levels produced by phytoplankton at the ocean surface. Upwelling is caused by Ekman transport, which is the transport of water mass formed by wind blowing over the sea surface. This study use the data of sea surface temperature (SSTa) anomaly data from NOAA AVHRR Pathfinder Version 5.3 Collated Global, sea surface wind vector data (u and v) from ERA5 Copernicus, and chlorophyll concentration data (chlor-a) from Ocean Color SMI with time range in 1998 – 2023. Spatial analysis was conducted by analyzing spatiotemporal variations in chlorophyll-a, SSTa and upwelling index. Temporal analysis was done by time series analysis, decomposition and monthly average of each variable. The results showed that the upwelling phenomenon in the Flores Sea is mainly caused by northwest wind movements during the east monsoon season (April – October), characterized by a positive upwelling index. During this period, upwelling occurs in the northern Flores Sea near South Sulawesi. Strong upwelling was recorded in 2004, 2014, 2015, 2019 and 2020, where this event was influenced by El Niño."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Haura Ikrimah
"Jenis alat tangkap bagan yang digunakan nelayan di Teluk Palabuhanratu terus meningkat dari waktu ke waktu, dari alat tangkap bagan rakit hingga perahu. Jumlah alat tangkap bagan di Teluk Palabuhanratu berjumlah sekitar 500 unit pada tahun 2019. Tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan distribusi temporal alat tangkap bagan di Teluk Pelabuhan Ratu pada bulan basah dan bulan kering tahun 2019 dan mengetahui distribusi spasial alat tangkap bagan pada kondisi Oseanografis di Teluk Pelabuhan Ratu. Parameter Oseanografis yang digunakan dalam penelitian ini adalah salinitas, klorofil-a, suhu permukaan laut, arus laut, dan kedalaman. Penelitian ini menggunakan aplikasi Google Earth untuk menandai lokasi alat tangkap bagan. Citra satelit tambahan dari sensor Landsat 8 OLI-TIRS diterapkan untuk menghasilkan peta salinitas permukaan laut, SST, dan klorofil-a. Alat tangkap bagan sebagian besar tersebar di perairan dangkal (kedalaman air antara 40 hingga 100 meter). Konsentrasi klorofil-a, salinitas permukaan laut, SPL, dan kedalaman air merupakan ciri oseanografi yang paling signifikan mempengaruhi jumlah alat tangkap bagan selama dua periode (bulan basah dan bulan kering).

The types of charting gear being utilized by fisher in Palabuhanratu Bay are improving over time. From the raft lift-nets to the boat charting equipment. According to local authorization in fish gathering or PPI, the number of chart fishing gear in Palabuhanratu Bay is around 500 pieces in 2019. The goals of this study are to analyze the spatial distribution of lift net fishing devices during the dry and rainy months and determine the oceanographic features that are might influencing the spread. Some oceanographic parameters being employed include sea surface salinity, sea surface temperature (SST), water current, water depth, and chlorophyll-a concentration. This study uses images from the Google Earth application to mark the location of the lift net fishing devices. Additional satellite imageries from Landsat 8 OLI-TIRS sensors applied to generate sea surface salinity, SST, and chlorophyll-a maps. The lift net fishing devices are mostly distributed in shallow water (water depth between 40 to 100 meters). The chlorophyll-a concentration, sea surface salinity, SST, and water depth the most significant oceanographic features influencing the number of lift net fishing devices during both seasons (dry and rainy months)."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library