Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 8 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sirait, Sinta Ria
"ABSTRAK
Penentuan akrosom utuh pada spermatozoa morfologi normal hasil swim-up pada pria oligozoospermia pasangan infertil dan fertil dilakukan dengan pewarnaan Pisum sativum agglutinin-fluorescein isothiocyanate (PSA-FITC).
Sebanyak 30 sampel semen pria oligozoospermia pasangan infertil diperoleh dari Bagian Biologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, sedangkan 30 sampel semen pria oligozoospermia pasangan fertil diperoleh dari Poliklinik Kebidanan RSCM.
Pada masing-masing sampel dilakukan proses swim-up untuk memperoleh suatu populasi spermatozoa dengan kualitas terbaik. Pada spermatozoa-spermatozoa hasil. swim-up ini diberikan pewarnaan dengan PSA-FITC yang selanjutnya diamati di bawah mikrosokop fluoresen dan ditentukan keadaan akrosomnya.
Dengan uji beda Mann-Whitney terbukti bahwa persentase akrosom utuh dari spermatozoa morfologi normal hasil swim-up pada pria oligozoospermia pasangan infertile berbeda nyata dibandingkan dengan pasangan fertil.
Dalam penelitian ini dilakukan pula analisis persentase morfologi normal spermatozoa sebagai data penunjang. Dengan uji beda Mann-Whitney terbukti bahwa
persentase morfologi normal spermatozoa sebelum swim-up berbeda nyata dibandingkan dengan sesudah swim-up pada pria oligozoospermia pasangan infertil maupun fertil.
Sedangkan persentase morfologi normal spermatozoa pada pria oligozoospermia pasangan infertil berbeda nyata dibandingkan dengan pasangan fertil, sebelum swim-up maupun sesudah swim-up. Dengan uji korelasi jenjang Spearman terbukti terdapat korelasi positif antara jumlah spermatozoa/ml ejakulat dengan persentase morfologi normal spermatozoa dalam ejakulat pria oligozoospermia pasangan infertil. Sedangkan tidak terdapat korelasi positif pada pasangan fertil.
ABSTRACT
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 1991
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Naida Faustina
"Methylenetetrahydrofolat-reductase (MTHFR) adalah gen yang berperan penting dalam pembentukan folat dan methionin. MTHFR sangat dibutuhkan untuk sintesis dan metilasi DNA. Deregulasi MTHFR bisa menyebabkan infertilitas pada pria. Mutasi pada titik A1298C bisa menyebabkan penurunan level plasma folat dan spermatogenic arrest. Penelitian ini bertujuan menganalisis polimorfisme gen MTHFR A1298C pada pria normal dan pria oligozoospermia di Indonesia.
Penelitian ini merupakan penelitian cross sectional dengan mengambil darah 3mL dari pria normal dan oligozoospermia di Indonesia dengan jumlah total 104 pria. Gen MTHFR diamplifikasi menggunakan teknik PCR dengan primer spesifik, sedangkan analisis PCR-RFLP pada MTHFR gen menggunakan enzim restriksi MboII dimana teknik ini dapat menentukan genotip dan alotip A1298C pada pria normal dan pria oligozoospermia di Indonesia. Analisis data dilakukan dengan menggunakan tes Chi Square.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pada pria normal, 66.7% memiliki genotip AA, 23.8% memiliki genotip AC, dan 9.5% memiliki genotip CC. Sedangkan 15.7% pria oligozoospermia memiliki genotip AA, 79.5% memiliki genotip AC, dan 4.8% memiliki genotip CC. Selain itu, ada asosiasi yang signifikan antara polimorfisme gen MTHFR A1298C dengan pria oligozoospermia (p=0.000) dan juga antara alotip A dengan pria oligozoospermia (p=0.006). Polimorfisme gen MTHFR A1298C berhubungan dengan infertilitas pria di Indonesia, terutama pada pria oligozoospermia (p<0.05).

Methylenetetrahydrofolate-reductase (MTHFR) is a gene that plays a critical role in the metabolism of folate and methionine. MTHFR is very important in the synthesis and methylation of DNA. Deregulation of MTHFR may lead to infertility in male. Mutation in point 1298 may result in the reduction of plasma folate levels and spermatogenic arrest. This study aims to analyze MTHFR gene polymorphism A1298C in normal and oligozoospermic Indonesian men.
This was a cross sectional study conducted with a laboratory approach. Three mL of blood was drawn from a total of 104 normal and oligozoospermic men. MTHFR gene is analyzed by using PCR with specific primers, whereas the PCR-RFLP analysis of the MTHFR gene uses restriction enzyme MboII where it determines the allotypes of A1298C in normal and oligozoospermia Indonesian men.
The result of this study shows that in normal male 66.7% has AA genotype, 23.8% has AC genotype, and 9.5% has CC genotype. Whereas, in oligozoospermic male 15.7% has AA genotype, 79.5% has AC genotype, and 4.8% has CC genotype. Futhermore, there is an association between MTHFR gene polymorphism A1298C with oligozoospermia (p=0.000) and also between allotype A with oligozoospermia (p=0.006). In conclusion, MTHFR gene polymorphism of A1298C is associated with male infertility in Indonesian men especially men with severe oligozoospermia (p<0.05).
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuni Ahda
"Ruang Lingkup dan Cara Penelitian : Protoonkogen c-mos merupakan gen seluler yang homolog dengan onkogen v-mos dan virus sarkoma murin Moloney dan termasuk kelompok gen yang mengkode protein serine/threonine kinase. Protein Mos yang dibentuk pada awal fase maturasi terlibat dalam proses maturasi spermatosit dan oosit dengan cara reaktivasi dini maturation promoting factor (MPF) pada fase perakitan meiosis I (MI) ke meiosis II (MID untuk mempertahankan kondensasi kromosom, mencegah replikasi DNA dan mencegah pembentukan inti sehingga dia ikat sel garnet haploid. Adanya variasi (polimorfisme) atau mutasi pada urutan DNA c-mos kemungkinan akan menyebabkan tidak dibentuknya protein Mos atau protein Mos yang dihasilkan berbeda dengan yang normal sehingga mengganggu proses maturasi garnet (spermatosit) dan hal ini diduga ada hubungannya dengan kasus azoospermia dan oligozoospermia pada pria. Untuk mengetahui adanya polimorbisme pada gen c-mos pria azoospermia dan oligozoospermia, digunakan prosedur hibridisasi blot Southern dan polymerase chain reaction-restriction fragment length polymorphisms (PCR-RFLP) dengan melibatkan tiga macam enzim restriksi yaitu Tagl, Pstl dan Bgill.
Hasil dan Kesimpulan: Hasil pengamatan terhadap masing-masing 20 sampel pria azoospermia, oligozoospermia dan pria normal menunjukkan tidak terdapat RFLP pada protoonkogen c-mos setelah didigesti dengan tiga macam enzim restriksi. Hibridisasi blot Southern fragmen DNA hasil digesti menggunakan enzim Tagl dengan pelacak DNA c-mos sepanjang 610 pb menghasilkan fragmen tunggal sebesar 4,7 kb. Digesti DNA c-mos basil amplifikasi PCR dengan enzim restriksi Pstl menghasilkan dua fragmen berukuran 554 pb dan 56 pb. Digesti DNA c-mos hash amplifikasi PCR dengan enzim restriksi Bgll menghasilkan dua fragmen berukuran 546 pb dan 64 pb. Untuk memastikan apakah terdapat polimorfisme pada DNA c-mos yang mempengaruhi ekspresi protoonkogen c-mos dan selanjutnya menyebabkan gangguan spermatogenesis perlu dilakukan penelitian lanjutan seperti melakukan deteksi RFLP dengan enzim restriksi lain yang lebih banyak atau melakukan sekuensing pada DNA c-mos. Di samping itu pelacakan perlu dilakukan pada sampel yang lebih besar."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
David Andi Wijaya
"Sebanyak 15% persen pasangan mengalami kemandulan. Sebanyak 30% di antaranya disebabkan oleh faktor pria. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kekerapan mikrodelesi kromosom Y dan mengetahui mikrodelesi kandidat gen mana pada kromosom Y yang paling sering dijumpai pada pria penderita oligozoospermia di Jakarta 2007 ? 2008. Penelitian ini menggunakan desain penelitian bentuk deskriptif molekuler cross sectional. Besarnya sampel pria infertil dengan kriteria oligozoospermia berat yang akan diteliti sebanyak 50 orang. Dari penelitian ini didapatkan gen yang paling sering mengalami mikrodelesi pada pria penderita oligozoospermia di Jakarta 2007 ? 2008 adalah gen pada regio sY254 dan sY255 kromosom Y.

As many as15% couples have an infertility problem. 30% problems among them are caused by male factor. This research is objected to measure the Y chromosome microdeletion frequency and to know the gen candidate of Y chromosome with the highest frequency among oligozoospermia patient in Jakarta from 2007 until 2008. This research uses cross sectional molecular descriptive design. From this research, we can conclude that the genes with the highest microdeletion frequency in oligozoospermia patient in Jakarta from 2007 until 2008 are genes in sY254 and sY255 region of Y chromosome."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2009
S-pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Titta Novianti
"Abstrak
Ruang Ingkup dan cara penelitian Kasus infertuhtas pada pasangan infertil 50% penyebabnya adalah pua Penyebab infertilitas pada pria sekatar 30 40 % belum dıketahun penyebabnya Faktor genetik berupa mikrodeles, kromosom Y merupakan salah satu penyebab infertilitas pada pera Hilangnya beberapa gen pada Azoosperma Factor (AZF) kromosom Y diduga berkaitan erat dengan gangguan pada proses spermatogenesis Hampir 80% kasus mikrodelest pada pria infertil terjadi pada region AZFc terutama pada gen DAZ Frekuensi pra oligozoospermia berat yang mengalami mikrodelesi pada region um berkisar 7 10% Penelitian mikrodelesı kromosom Yuu penting untuk menganalısıs kandidat gen yang bertanggung jawab pada proses spermatogenesis serta membantu analısıs klinis secara genetik terutama bagi peserta program teknik reproduksi berbantuan Pada penelitian ini dilakukan PCR hasd isolası DNA menggunakan 6 uji STS (sequence tagged site) pada 70 pria oligozoospermia berat di Indonesia, 10 pra normal (sebagai kontrol positif) dan 8 orang wanita (sebaga kontrol negatif) Elektroforesas hasıl PCR pada gel agarose 2% dalam larutan dapar TAE IX d gunakan untuk meliha ada tidaknya pita spesifik Un STS (STS) 3Y 14 BY 254 SY 255 BY 157 SY 159 dan y DAZ 3). Deles: pada uu STS ditunjukan dengan udek adanya pita spestik DNA Kontrol positif ke 6 ua STS disekuensing untuk melihat ketepatan fokus urutan basa DNA yang diamplifikasi"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alfianto Widiono
"Latar belakang: Infertilitas dapat berasal dari pihak perempuan maupun laki-laki, termasuk di antaranya akibat jumlah spermatozoa yang kurang (oligozoospermia) ataupun gabungan dari gangguan pada jumlah, motilitas, dan morfologi spermatozoa (oligoastenoteratozoospermia/ OAT). Infertilitas sendiri biasanya dapat dideteksi menggunakan analisis semen konvensional, namun ternyata didapatkan bahwa 15% laki-laki yang infertil memiliki hasil analisis semen yang normal, sehingga perlu pula dilakukan analisis fragmentasi DNA dan maturasi kromatin spermatozoa untuk mengetahui kualitas spermatozoa lebih lanjut. Metode: Penelitian bersifat cross sectional, dilakukan terhadap 34 sampel (15 sampel oligozoospermia, 10 sampel OAT, dan 9 sampel fertil normozoospermia) yang diperoleh dari pasien dan petugas Klinik Infertilitas Yasmin Rumah Sakit Pusat Nasional Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta. Sampel kemudian dianalisis menggunakan SpermFunc® DNA-f kit untuk mengetahui indeks fragmentasi DNA (IFD)-nya serta SpermFunc® Histone kit untuk tingkat maturasi kromatinnya.Hasil: Untuk IFD spermatozoa, hasil uji ANOVA didapatkan bermakna (p: 0,003), dengan uji Post Hoc menunjukkan kelompok yang berbeda secara bermakna yaitu IFD OAT dan fertil (p: 0,003) serta IFD oligozoospermia dan OAT (p: 0,021). Sementara itu, uji Kruskal-Wallis menunjukkan perbandingan antara tingkat maturasi spermatozoa pada kelompok infertil dan fertil yang tidak bermakna (p: 0,289). Korelasi antara IFD maupun tingkat maturasi kromatin spermatozoa pada ketiga kelompok sangat lemah juga tidak bermakna, sehingga dapat diabaikan (r: -0,014; p: 0,936). Kesimpulan: Terdapat hubungan yang bermakna antara IFD OAT dibandingkan dengan kelompok fertil normozoospermia, namun sebaliknya pada hubungan IFD oligozoospermia dengan kelompok fertil. Adapun perbandingan tingkat maturasi kromatin spermatozoa kelompok infertil oligozoospermia dan OAT dengan kelompok fertil serta korelasi antara IFD dan tingkat maturasi kromatin spermatozoa pada kelompok yang diujicobakan bersifat tidak signifikan.

Introduction: Infertility can be attributed to both female and male factors, included in male infertility causes are decreased sperm number (oligoozoospermia) as well as combination of defect in sperm quantity, motility, and morphology (oligoasthenoteratozoospermia/OAT). Male infertility usually can be detected through conventional semen analysis, however it is known that 15% of infertile males have normal semen analysis result, therefore it has become essential to do sperm DNA fragmentation and chromatin maturation analysis to know more about sperm quality. Method: This is a cross sectional study done to 34 samples (15 oligozoospermic samples, 10 OAT samples, and 9 fertile normozoospermic samples) that were collected from patients and staff of Yasmin Infertility Clinic at Rumah Sakit Pusat Nasional Cipto Mangunkusumo (RSCM) Kencana Jakarta. Those samples were then analyzed using SpermFunc® DNA-f kit to measure its DNA fragmentation index (DFI) and also using SpermFunc® Histone kit to measure its chromatin maturation percentage.Result: For sperm DFI, ANOVA test showed significance (p: 0,003), in which Post Hoc test confirmed that the groups with significancy in difference were the DFI of OAT and fertile group (p: 0,003) as well as oligozoospermic and OAT group (p: 0,021). On the other hand, Kruskal-Wallis test showed no signficance in the difference of sperm chromatin maturation percentage between infertile and fertile group (p: 0,289). The correlation between DFI and sperm chromatin maturation percentage of those groups was very weak and insignificant, thus negligible (Pearson correlation coeficient: -0,014; p value: 0,936). Conclusion: There is a significant relationship between the DFI difference of OAT and fertile normozoospermic group, but not between the DFI difference of oligozoopsermic and fertile group. On the other hand, sperm chromatin maturation difference between infertile oligozoospermic and OAT group and fertile group as well as the correlation of DFI and sperm chromatin maturation percentage on the groups that are being observed are not significant."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohan Kinsky
"Gen-gen yang penting dalam spermatogenesis telah dipetakan pada beberapa regio kromosom Y dan dinamakan AZF. Mikrodelesi AZF menghilangkan kandidat gen yang berperan pada spermatogenesis, menyebabkan kondisi oligozoospermia. Penelitian pada beberapa negara menunjukkan kecenderungan mikrodelesi AZF dipengaruhi faktor ras dan lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui frekuensi serta kandidat gen yang paling sering mengalami mikrodelesi pada pria oligozoospermia di Jakarta. Desain penelitian ini deskriptif potong lintang molekuler, memeriksa beberapa regio AZF dengan PCR menggunakan STS spesifik. Dari penelitian ini, frekuensi mikrodelesi AZF pria oligozoospermia sebesar 4,3%. Sementara kandidat gen yang paling sering mengalami mikrodelesi dideteksi oleh STS sY239 dan sY1196.

Genes important to spermatogenesis on Y chromosome have been mapped and named AZF. Microdeletion in these regions remove genes candidate, causing oligozoospermic state. Studies in many countries showing tendencies that AZF microdeletions affected by race and environmental factors. The objective of this study is to know AZF regions microdeletions frequentation and genes candidate experiencing most microdeletion in oligozoospermic male in Jakarta. This study uses molecular descriptive cross sectional design, examining AZF using PCR with some specific STS. The result of this study reveals AZF microdeletions frequentation in oligozoospermic male is 4,3%. Genes candidates most often experiencing microdeletion are sY239 and sY1196 in oligozoospermic men and sY1196 in azoospermic men."
Depok: Universitas Indonesia, 2009
S09133fk
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Lisa Yunita
"Pendahuluan : Infertilitas laki-laki dapat disebabkan adanya gangguan penurunan konsentrasi spermatozoa (oligozoospermia), penurunan motilitas (astenozoospermia) dan bentuk (morfologi) yang abnormal (teratozoospermia). Selain itu juga dapat berasal dari multifaktor termasuk Radical Oxidative Stress (ROS) dimana terjadi ketidakseimbangan antara sistem pro dan antioksidan dalam semen. Tatalaksana saat ini adalah terapi konvensional berupa terapi hormonal dan non-hormonal micronutrient setiap hari selama 72-90 hari dengan analisis spermatozoa setiap 1 bulan sekali, serta tekhnik reproduksi berbantu. Elektroakupunktur dapat dipertimbangkan menjadi salah satu terapi oligozoospermia.Tujuan dari penelitian ini membuktikan elektroakupunktur dengan terapi standar mampu mempengaruhi oligozoospermia dan mempengaruhi kadar SOD plasma semen dan spermatozoa.
Metode : Uji klinis acak tersamar ganda dengan kontrol terapi standar. Diikuti 48 pasien oligozoospermia yang dilakukan secara acak ke dalam kelompok perlakuan (n=24) dan kontrol (n=24). Kelompok perlakuan mendapatkan elektroakupunktur dan terapi standar serta kelompok kontrol mendapatkan terapi standar. Elektroakupunktur dilakukan 2 kali seminggu selama 6 minggu dengan total sebanyak 1 seri terapi (12 kali).
Hasil : Konsentrasi spermatozoa dan volume total ejakulat pada kelompok perlakuan memiliki hasil yang lebih baik (p > 0,005). Penurunan rata rata SOD plasma semen dan SOD spermatozoa yang lebih besar pada kelompok perlakuan. (p > 0,005)
Kesimpulan : Kombinasi elektroakupunktur dan terapi standar dapat memperbaiki konsentrasi spermatozoa, volume total ejakulat berdasarkan hasil analisis spermatozoa serta menurunkan SOD pada plasma semen dan spermatozoa namun tidak signifikan secara statistik.

Introduction: Male infertility can be caused by the decrease of sperm concentration (oligozoospermia), motility (asthenozoospermia) and abnormal morphology (teratozoospermia). The etiologi comes from multiple factors such as Radical Oxidative Stress (ROS) where there is an imbalance level of Free Radical and Antioxidant in the semen. Current treatment consists of daily hormonal therapy and micronutrient therapy for 72-90 days, and Assisted Reproductive Technology (ART). The goal is to improve the value of Semen Analysis each month. Electroacupuncture is considered as Adjuvant Therapy for oligozoospermia. The aim of this study is to prove that electroacupuncture can help current treatment to improve the result for patients with oligozoospermia and their SOD level in semen and sperm.
Methods: Randomized double-blind clinical trial with standard therapy control. 48 oligozoospermia patients were followed who were randomized into treatment (n=24) and control (n=24) groups. The treatment group received electroacupuncture and standard therapy and the control group received standard therapy. Electroacupuncture is performed 2 times a week for 6 weeks for a total of 1 series of therapy (12 treatments).
Results: Spermatozoa concentration and total ejaculate volume in the treatment group had better results (p > 0.005). The average decrease in semen plasma SOD and spermatozoa SOD was greater in the treatment group. (p > 0.005)
Conclusion: The combination of electroacupuncture and standard therapy can improve sperm concentration and reduce SOD in sperm and seminal plasma unsignificantly statistically.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library