Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 34 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Bauman, Richard
Cambridge, UK: Cambridge University Press, 1989
398 BAU s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, 2009
R 378.3 IND p
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Dien Novita Aprijarni
Abstrak :
Penelitian  ini  mengkaji  tradisi  lisan  Pidato  Tagak  sebagai  salah  satu  tradisi  lisan  yang masih bertahan hingga saat ini di Minangkabau. Rumusan masalah penelitian ini adalah bagaimana struktur, fungsi dan perubahan yang terjadi dalam tradisi lisan Pidato Tagak. Tujuan  penelitian  ini  adalah  memaparkan  struktur,  fungsi,  dan  perubahan  yang  terjadi dalam tradisi lisan dalam Pidato Tagak sebagai salah satu tradisi lisan di Minangkabau. Metode  yang  digunakan  dalam  penelitian  ini  adalah  metode  kualitatif,  menggunakan teknik  penelitian  studi  pustaka  dan  wawancara.  Pendekatan  yang  digunakan  dalam penelitian  ini  adalah  pendekatan  etnografi.  Pidato  Tagak  memiliki  karakteristik kelisanan.  Di  dalamnya,  terdapat  formula  yang  berfungsi  sebagai  sarana  memudahkan ingatan  seorang  penutur  dalam  menyampaikan  Pidato  Tagak.  Fungsi  Pidato  Tagak adalah sarana penyampai pesan ajaran religius, Undang-undang Adat Minangkabau, dan urutan  sosial  secara  adat.  Pidato  Tagak  mengalami  transformasi  sesuai  situasi  dan kondisi.  ......This  research  examines  the  oral  tradition  of  Pidato  Tagak  as  one  of  the  oral  traditions that  still  survives  today  in  Minangkabau.  The  problem  in  this  research  is  how  the structure, fungsion, and transformation in Pidato Tagak. The The purpose of this study is  to  describe  the  structure,  function,  and  changes  that  occur  in  the  oral  tradition  in Pidato  Tagak  as  one  of  the  oral  traditions  in  Minangkabau.  The  method  used  in  this research  is  literature  study  and  interviews.  The  approach  used  in  this  study  is  an ethnographic approach. Pidato Tagak has orality characteristics. In it, there is a formula that  functions  as  a  means  of  facilitating  a  speaker's  memory  in  delivering  a  Pidato Tagak.  The  function  of  Pidato  Tagak  is  a  means  of  conveying  messages  of  religious teachings,  Minangkabau  Customary  Laws,  and  customary  social  order.  Pidato  Tagak underwent a transformation according to the situation and conditions. 
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta : Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan , 1985
398.209 598 STR (1)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Arsyah Aditya Saputra
Abstrak :
Penelitian ini mengkaji tradisi lisan asli Betawi, ngerahul, yang dilakukan masyarakat Betawi Mampang melalui memori kolektif yang mereka miliki. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan memperoleh dan mengungkapkan upaya yang nyata untuk mengembalikan peranan ingatan masyarakat Betawi Mampang terhadap tradisinya. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan dengan pendekatan deskriptif analitis karena menjelaskan, memberikan ilustrasi, dan simpulan terhadap permasalahan yang telah didapatkan dan diteliti sekaligus cukup adaptif dan peka terhadap pola-pola atau yang diterapkan masyarakat dalam tradisi ini. Metode pengumpulan data yang digunakan untuk penelitian ini adalah wawancara dengan beberapa narasumber terverifikasi, termasuk budayawan Betawi dan pelaku budaya tersebut. Penelitian ini memperoleh temuan bahwa ngerahul pada era modern di kawasan tersebut dijalankan atas dasar kebutuhan pelakunya dengan modal ingatan masa lalu. Di satu sisi, dengan ngerahul, mereka memperoleh timbal balik dan nilai-nilai yang bermanfaat untuk kehidupan mereka. ......This research examines the indigenous oral tradition of Betawi called ngerahul, which is practiced by the Betawi community in Mampang, through their collective memory. The purpose of this study is to obtain and reveal the genuine efforts to restore the role of Betawi Mampang community's memory in relation to their tradition. This research utilizes a qualitative method with an analytical descriptive approach, as it seeks to explain, illustrate, or draw conclusions regarding the identified and researched issues, while also being adaptable and sensitive to the patterns or practices implemented by the community in this tradition. The data collection method employed for this research is interviews with several verified sources, including Betawi cultural experts and practitioners. The study findings indicate that ngerahul, in the modern era of the area, is carried out based on the needs of its participants with the aid of past memories. With ngerahul, they gain reciprocity and values that are beneficial to their lives.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Novia Nur Haerika
Abstrak :
Bajidoran merupakan sebuah tradisi lisan yang dimiliki oleh masyarakat Karawang yang eksistensinya masih bertahan hingga kini. Tradisi lisan ini berpusat pada penyajian tarian yang diiringi dengan saweran. Bajidoran umum dikenal sebagai kesenian yang memiliki citra kurang baik dari masyarakat awam di Karawang maupun luar Karawang. Meskipun demikian, bajidoran memiliki pakem-pakem dan nilai tertentu yang diyakini oleh seniman bajidoran. Atas dasar ini, penulis ingin mengkaji bagaimana struktur berupa pakem dan makna nilai-nilai kandungan dalam kesenian bajidoran asli Karawang. Penelitian bajidoran sebagai kajian tradisi lisan ini dilakukan untuk menginventarisasikan tradisi lisan yang terdapat di Indonesia. Data penelitian dikumpulkan dengan menggunakan metode studi pustaka dan metode penelitian lapangan. Melalui studi pustaka, penulis mengumpulkan pustaka-pustaka dan penelitian-penelitian terkait dengan bajidoran. Selain itu, penulis melakukan observasi dan wawancara dengan seniman-seniman dan masyarakat di Karawang sebagai data. Kemudian, penulis menganalisis struktur bajidoran Karawang dan makna tradisi lisan ini bagi seniman tradisi Karawang. Sebagai hasil, kesenian bajidoran mengalami pergeseran akibat teknologi dan masuknya budaya lain.
ABSTRACT
Bajidoran is an oral tradition that is owned by the Karawang people which existence still persists today. This oral tradition is centered on the presentation of dance accompanied by giving money or also called saweran. In general, bajidoran is known as an art that has a poor image from common people. Nonetheless, bajidoran has certain norms and values that are believed by the bajidoran artists. Based on this, this study discusses how the structure and meaning of Karawang Bajidoran. The research of bajidoran as a study of oral tradition is conducted to inventory oral traditions found in Indonesia.collected using literature study methods and field research methods. Through the literature study method, the author collects libraries and studies related to bajidoran. In the field research, the author conducted observations and interviews with artists and communities in Karawang as data. As a result, Bajidoran arts experienced a shift due to technology and the entry of other cultures.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2019
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Juniator Tulius
Abstrak :
In this paper, I examine the stories about the origins of the first inhabitants of the Mentawai Islands. My aim is to understand the perspective of the local community in seeing themselves in the particular place and space where they live in the Mentawai Islands. In my opinion, a set of narrative as a story about the origin of a group of people has a significant value for the development of local communities and their culture. A collection of narratives is an important source of information to understand the ideas of local communities in perceiving their past, especially people who do not have a written tradition. Many of these stories have not been studied thoroughly and on this occasion, I explore it in more depth.
University of Indonesia, Faculty of Humanities, 2012
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Alvi Puspita
Abstrak :
Each community has a inherited mite from generation to generation, as well as MambangTawuong Asam myth. As a form of oral tradition, myth Mambang Tawuong Asam into thescheme of the analysis the state of society in forest utilization around Teluk Meranti. Theanalysis is used to connect fragments of myth in which actors in the myths associated withthe presence of forests as did William R Bascom against the myth. The results obtained thatthe youngest daughter represent the image of a simple Malay people who later married theMambang.Meanwhile the brothers of the youngest daughter anxiously awaited for a rich,handsome, and smart prince; in this episode is referred to as a happy simple, greedy vain.While in the second part, the youngest daughter and Mambang was separated because of thedeath Mambang (loss of Mambang's faith value), while the youngest daughter's brothers metwith the idol prince from across the country who intends to dominate the forest; The secondepisode is called simple that miserable, greedy prosperous.
2014
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Wewen Efendi
Abstrak :
ABSTRAK
Ulu ambek merupakan salah satu tradisi lisan yang berkembang di daerah Pariaman, Sumatera Barat. Ulu ambek adalah sejenis silat dimana terdapat dua orang laki-laki yang berdiri saling berhadap-hadapan dan mempertunjukan gerakan serang (ulu) dan hambat (ambek). Dalam pertunjukannya, kedua pesilat tidak saling melakukan kontak fisik, oleh karena itu silat jenis ini disebut juga dengan silat gaib atau silat bayang. Pertunjukan tersebut dilakukan diatas arena yang disebut dengan laga-laga dan dipimpin oleh janang serta diawasi oleh niniak mamak. Sebagai sebuah tradisi lisan, salah satu penentu eksistensi dan keberlanjutan tradisi ulu ambek adalah bagaimana tradisi ini dikelola. Hal demikian dibahas dalam penelitian ini dengan tujuan untuk mengungkap strategi pengelolaan ulu ambek di Pariaman agar tetap bertahan. Selain itu juga untuk mengungkap keterlibatan pemerintah dan perguruan tinggi dalam pengelolaan tradisi ulu ambek di Pariaman. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan metode etnografi. Pengumpulan data dilakukan dengan cara studi pustaka, observasi, dan wawancara. Hasil penelitian menunjukan bahwa sistem pengelolaan pertunjukan ulu ambek adalah sistem pengelolaan bersifat adat. Dalam mempertahankan keberlangsungan tradisi ulu ambek terdapat sinergi yang baik antara pihak internal, yaitu komunitas pemilik tradisi ulu ambek dengan pihak eksternal, dalam hal ini adalah pemerintah dan perguruan tinggi. Pengelolaan ulu ambek dilakukan oleh struktur kepemimpinan adat, yaitu tungku tigo sajarangan yang terdiri dari niniak mamak, cadiak pandai, dan alim ulamo. Pemerintah mendukung dengan menciptakan ekosistem yang baik demi keberlangsungan tradisi ulu ambek, misalnya dengan mengeluarkan Peraturan Daerah yang mengatur tentang nagari sebagai basis wilayah pelaksanaan tradisi ulu ambek. Selain itu pemerintah juga dapat memberikan bantuan langsung dalam hal pendanaan alek nagari dan promosi tradisi ulu ambek. Pihak perguruan tinggi juga melakukan upaya dalam pengembangan tradisi ulu ambek dalam hal penelitian, serta pendampingan komunitas budaya dalam memberdayakan sanggar-sanggar seni yang ada di Pariaman.
ABSTRACT
Ulu ambek is one of the oral traditions that developed in the Pariaman area, West Sumatra. Ulu ambek is a kind of martial art in which there are two men who stand face to face and demonstrate attack (ulu) and defense (ambek) movements. In the performance, the two fighters do not make physical contact, therefore this type of martial art is also known as unseen martial art or shadow martial art. The performance is performed in an arena called laga-laga and supervised by the janang and niniak mamak. As an oral tradition, one of the determinants of the existence and sustainability of the ulu ambek tradition is how this tradition is managed. This is discussed in this study with the aim to described the ulu ambek management strategy in Pariaman in order to survive. It is also to reveal the involvement of the government and universities in the management of the tradition of ulu ambek in Pariaman. This research is a qualitative research using ethnographic method. The data were collected by means of literature study, observation, and interviews. The results showed that the management system of ulu ambek performances is a customary management system. In maintaining the continuity of the ulu ambek tradition, there is a good synergy between internal parties, namely the community of ulu ambek tradition owners and external parties, in this case the government and universities. Ulu ambek management is carried out by customary leadership structures, namely tungku tigo sajarangan which consists of niniak mamak, cadiak pandai, and alim ulamo. The government supports it by creating a good ecosystem for the sustainability of the ulu ambek tradition, for example by issuing a Regional Regulation which regulates the nagari as the basis for the implementation of the ulu ambek tradition. In addition, the government can also provide direct assistance in terms of funding alek nagari and promoting the ulu ambek tradition. The university institution also makes efforts in developing the ulu ambek tradition in terms of research, as well as mentoring cultural communities in Pariaman.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Katubi
Abstrak :
Tradisi lisan yang paling terkenal dan dimiliki oleh semua kelompok etnis di Kepulauan Pulau Alor-Pantar ialah lego-lego. Di antara sedikit tulisan tentang lego-lego, belum ada tulisan yang membahas lego-lego orang Kui, kelompok etnis kecil yang berjumlah hanya sekitar 833 orang. Lego-lego orang Kui diekspresikan dengan menggunakan bahasa Kui. Padahal, bahasa Kui dapat dikategorikan sebagai bahasa yang terancam punah. Tulisan ini membahas daya hidup lego-lego sebagai tradisi lisan orang Kui dalam ekologi bahasa Kui yang terancam punah. Penelitian ini bertujuan 1 mendeskripsikan secara mendalam lego-lego orang Kui sebagai tradisi lisan; 2 menjelaskan daya tahan lego-lego dalam ekologi bahasa Kui yang terancam punah; 3 merumuskan model revitalisasi tradisi lisan lego-lego orang Kui. Dengan menggunakan metode etnografi, penelitian ini menerapkan sejumlah teknik pengumpulan data, yakni dokumentasi pertunjukan, pengamatan, wawancara mendalam, dan kuesioner. Hasil analisis peristiwa pertunjukan lego-lego menunjukkan bahwa tradisi lisan lego-lego merupakan ruang untuk memelihara struktur sosial orang Kui dan juga memori kolektif orang Kui tentang narasi kehidupan mereka. Dengan tradisi lisan itu, orang Kui memiliki memori kolektif tentang siapa diri mereka sebagai orang Kui; siapa diri mereka sebagai sebuah klan atau suku beserta pembagian tugas antarklan; dan siapa diri mereka ketika berinteraksi dengan kelompok lain atau bahkan bangsa lain. Kebudayaan material membantu orang Kui untuk menjaga memori kolektif itu. Dengan demikian, terjadi hubungan timbal balik antara narasi asal-usul, tradisi lisan lego-lego, dan kebudayaan metarial orang Kui. Ada sembilan pengalaman leluhur yang terdapat dalam lirik lagu yang dilantunkan dalam pertunjukan lego-lego yang telah ditranskripsi dan diterjemahkan,, yaitu 1 persaudaraan melalui sirih pinang, 2 perahu, klan suku , dan narasi asal-usul, 3 aliansi kerajaan Kui dengan Lamakera di Solor, 4 sejarah zaman Jepang, 5 hal ikhwal kawin-mawin, 6 keterkaitan orang Kui dengan orang Atambua, 7 interaksi orang Kui dengan orang China, 8 toleransi antarumat beragama dan antarkelompok, dan 9 nasihat kehidupan. Salah satu ekologi yang menunjang daya hidup lego-lego orang Kui ialah ekologi kebahasaannya. Sayangnya, berdasar hasil uji vitalitas etnolinguistik, bahasa Kui dapat dikategorikan sebagai bahasa yang terancam punah. Ada konsekuensi dari keterancampunahan bahasa Kui terhadap daya hidup lego-lego, yaitu tradisi lisan lego-lego kini juga berada dalam kondisi terancam punah. Kondisi itu menumbuhkan kesadaran pada diri orang Kui untuk melakukan tindak revitalisasi agar transmisi tradisi lisan lego-lego dan bahasa Kui dapat berjalan lagi. Konseptualisasi kerangka aski revitalisasi lego-lego itu menghasilkan model revitalisasi tradisi lisan yang terancam punah.
Lego legois the most famous oral tradition and owned by all ethnic groups in the Alor Pantar Islands. Among a few writings on lego lego, there is no writing that discusses the lego lego of the Kui people, a small ethnic group consists of only about 833 people. Lego lego of Kui people is expressed by using Kui language. In fact, Kui language can be categorized as an endangered language. This paper deals with the lego lego survival as the oral tradition of the Kui people in the ecology of the endangered Kui language. This study aims to 1 describe in depth the lego lego of the Kui as an oral tradition 2 describes the lego lego endurance in the ecology of the endangered Kui language 3 formulate revitalization model of oral tradition of lego lego of Kui people. By using ethnographic methods, this study applies a number of data collection techniques, namely performance documentation, observations, in depth interviews, and questionnaires. There are nine ancestor 39 s experiences contained in the lyrics of songs sung in lego lego performances that have been transcribed and translated, i.e. 1 fraternity through sirihpinang, 2 boat, clan tribe , and the narrative of origin, 3 royal alliance of Kui with Lamakera in Solor, 4 the history of the Japanese period, 5 marriage matters, 6 the interaction of Kui people with Atambua people, 7 Kui people 39 s interaction with Chinese, 8 tolerance between religious and inter group, and 9 advices about life. One of the ecologies that supports the legitimate life of the Kui people is the ecology of their language. Unfortunately, based on the result of ethnolinguistic vitality test, the Kui language can be categorized as an endangered language. There is a consequence of the endangered condition of Kui 39 s language toward the lego lego 39 s survival, namely the lego lego oral tradition of is now also in an endangered state. The condition raises awareness of Kui people to perform revitalization actions so that the transmission of the oral tradition of lego lego and Kui language can run again. The conceptualization of the lego lego revitalization has resulted in a revitalization model of an endangered oral tradition.
Depok: Universitas Indonesia, 2017
D2434
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>