Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 9 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Jannah Maryam Ramadhani
Abstrak :
ABSTRAK
Keberadaan figur alternatif menarik cenderung menjadi ancaman bagi terbinanya sebuah hubungan yang romantik. Penelitian eksperimen ini bertujuan untuk membuktikan peran regulasi diri melalui pengkondisian deplesi dan non-deplesi pada partisipan dengan orientasi seksual yang berbeda, yaitu 61 heteroseksual Studi 1 dan 65 homoseksual Studi 2 ketika dihadapkan pada figur alternatif menarik yang maskulin dan feminin. Hasil kedua studi menunjukkan bahwa pengaruh pengkondisian deplesi dan non-deplesi tidak menunjukkan perbedaan pemilihan antara figur menarik yang maskulin dan feminin dan orientasi seksual partisipan. Status relasi partisipan dan lamanya hubungan yang dijalani tidak berpengaruh signifikan terhadap kecenderungan untuk memilih figur alternatif lain yang maskulin maupun feminin. Temuan penelitian yang signifikan dalam penelitian ini adalah mengenai preferensi kemenarikan yang menunjukkan bahwa laki-laki heteroseksual akan cenderung memilih figur alternatif feminin, sebaliknya perempuan heteroseksual akan cenderung memilih figur alternatif maskulin.Kata kunci: preferensi kemenarikan, regulasi diri, orientasi seksual.
ABSTRACT
The existence of interesting alternative figures tends to be a threat to the establishment of a romantic relationship. This experimental study aims to prove the role of self regulation through depletion and non depletion conditioning in participants with different sexual orientations, 61 heterosexuals Study 1 and 65 homosexuals Study 2 when confronted with attractive, masculine and feminine alternative figures. The results of both studies show that the effect of depletion and non depletion conditioning does not indicate a difference in selection between the masculine and feminine attractive figures and the participant 39 s sexual orientation. The status of the participant rsquo s relations and the duration of the relationship undertaken did not significantly influence the tendency to choose other alternate figures that were both masculine and feminine. The research findings that are significant in this study are about the attractiveness preferences that show that heterosexual men will tend to choose feminine alternative figures, otherwise heterosexual women will tend to choose alternative masculine figures.Keywords preferences of attractiveness, self regulation, sexual orientation
2017
T48107
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mutia Nur Amalina
Abstrak :
Olahraga merupakan sebuah kegiatan yang dilakukan untuk menjaga daya tahan tubuh, fisik, serta mental seorang individu. Olahraga dilakukan tanpa memandang gender seseorang, laki-laki maupun perempuan perlu untuk berolahraga. Selain laki-laki, olahraga futsal belakangan ini banyak diminati oleh kaum perempuan. Terdapat beberapa pandangan bahwa para atlet futsal putri merupakan perempuan yang maskulin, tomboi, bahkan lesbian, yang kemudian menjadi sebuah stereotip tersendiri bagi masyarakat. Skripsi ini menggunakan metode etnografi dengan teknik pengumpulan data wawancara mendalam serta observasi partisipatoris. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya perbedaan antara atlet putri yang hanya sekedar melakukan doing serta yang mengaku menjadi being lesbian. ...... Sport is an activity that people do to maintain their body endurance, physical endurance, and their mentality. Regardless of someone rsquo s gender, whether males or females need to do sport. Beside males, nowadays futsal is a sport that is increasingly enthused among female futsal athletes. In the society, there are some thoughts that say a female futsal athlete has a masculine personality, tomboy, and even lesbian. Those thoughts then become a stereotype among the society. The method used in this ethnography research is deep interview and participant observation. The result of this thesis shows that there is some significant difference between doing lesbian and being a lesbian in female futsal athletes.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2017
S69042
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Chyka Yustika Anggraini
Abstrak :

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2019 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan (selanjutnya disebut UU Perkawinan) telah mengatur mengenai Pembatalan Perkawinan dalam ketentuan Pasal 22 sampai dengan Pasal 28. Hal-hal yang diatur mengenai Pembatalan Perkawinan di dalam UU Perkawinan sendiri adalah mengenai alasan-alasan apa saja yang dapat menjadi penyebab dibatalkannya suatu perkawinan. Bahwa secara keseluruhan dibatalkannya suatu perkawinan adalah karena tidak dipenuhinya syarat-syarat bagi suami dan/atau isteri untuk melangsungkan perkawinan. Dalam ketentuan Pasal 27 ayat (2) disebutkan bahwa salah satu alasan suatu perkawinan dapat dimohonkan pembatalannya adalah karena terdapat salah sangka atas diri suami atau isteri. Ketentuan inilah yang menjadi dasar adanya permohonan perkawinan yang diajukan Pemohon dalam perkara Nomor 1360 K/Pdt/2012, dimana Pemohon yang berkedudukan sebagai Isteri mendalilkan telah adanya salah sangka terhadap keadaan orientasi seksual Termohon—suami yang dinikahinya. Hakim pada Pengadilan Negeri maupun sampai dengan Mahkamah Agung, menolak adanya permohonan ini dengan alasan bahwa keadaan salah sangka tidak mencakup keadaan orientasi seksual dan perkawinan yang terjadi tidak menyalahi ketentuan peraturan perundang-undangan. Namun, setelah dikaji lebih lanjut dapat dipahami bahwa perkawinan yang demikian sebenarnya telah bertentangan dengan ketentuan Pasal 1 UU Perkawinan yang mengamanatkan kehidupan perkawinan yang langgeng. Lebih lanjut, dikaitkan dengan kajian psikologis mengenai kelainan orientasi seksual, dapat dipahami bahwa orientasi seksual merupakan bagian dari identitas diri seorang individu, sehingga merupakan bagian dari diri seseorang sebagaimana rumusan dari Pasal 27 ayat 2 UU Perkawinan. Untuk itu perkawinan yang demikian sepatutnya dibatalkan.


Marriage Regulation Number 1 Year 1994  as amended with The First Amendment of Marriage Regulation Number 16 Year 2019 (later on mentioned as “UU Perkawinan”) has regulated the annulment of marriage in the provisions of Article 22 through Article 28. UU Perkawinan regulates regarding what are the reasons that can be the cause of marriage being annulled. In general, the annulment of marriage can happen because of the conditions that already been established in UU Perkawinan is not fulfilled by the husband and/or the wife. In the provision of Article 27 verse (2) mentioned that one of the reason why marriage can be annulled is because there has been such misinterpretation towards the husband and/or the wife. This provision later became the main reason of marriage annulment petition that requested by the applicant in the case number 1360 K/Pdt/2012 in which the applicant has a legal standing as the wife that postulates that there had been some sort of misinterpretation towards her husband’s sexual orientation. Judges in Pengadilan Negeri and Mahkamah Agung rejected this petition with consideration that misinterpretation as mentioned in the provision of Article 27 verse 2 can not be applied for sexual orientation and there was no one in that marriage violates marriage law, thus, the petition can not be granted. However, after further study it can be understood that this kind of marriage is not comply with the provision of Article 1 UU Perkawinan which mandates that any marriage should expected to be last for a lifetime. Furthermore, related with physicology perspective regarding sexual orientation, it can be understood that sexual orientation is a part of the identity of an individual, therefore it is part of oneself as is mentioned in the Article of 27 verse (2) UU Perkawinan. For this reason such marriages should be cancelled. 

 

 

Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Chyka Yustika Anggraini
Abstrak :
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2019 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan (selanjutnya disebut UU Perkawinan) telah mengatur mengenai Pembatalan Perkawinan dalam ketentuan Pasal 22 sampai dengan Pasal 28. Hal-hal yang diatur mengenai Pembatalan Perkawinan di dalam UU Perkawinan sendiri adalah mengenai alasan-alasan apa saja yang dapat menjadi penyebab dibatalkannya suatu perkawinan. Bahwa secara keseluruhan dibatalkannya suatu perkawinan adalah karena tidak dipenuhinya syarat-syarat bagi suami dan/atau isteri untuk melangsungkan perkawinan. Dalam ketentuan Pasal 27 ayat (2) disebutkan bahwa salah satu alasan suatu perkawinan dapat dimohonkan pembatalannya adalah karena terdapat salah sangka atas diri suami atau isteri. Ketentuan inilah yang menjadi dasar adanya permohonan perkawinan yang diajukan Pemohon dalam perkara Nomor 1360 K/Pdt/2012, dimana Pemohon yang berkedudukan sebagai Isteri mendalilkan telah adanya salah sangka terhadap keadaan orientasi seksual Termohon—suami yang dinikahinya. Hakim pada Pengadilan Negeri maupun sampai dengan Mahkamah Agung, menolak adanya permohonan ini dengan alasan bahwa keadaan salah sangka tidak mencakup keadaan orientasi seksual dan perkawinan yang terjadi tidak menyalahi ketentuan peraturan perundang-undangan. Namun, setelah dikaji lebih lanjut dapat dipahami bahwa perkawinan yang demikian sebenarnya telah bertentangan dengan ketentuan Pasal 1 UU Perkawinan yang mengamanatkan kehidupan perkawinan yang langgeng. Lebih lanjut, dikaitkan dengan kajian psikologis mengenai kelainan orientasi seksual, dapat dipahami bahwa orientasi seksual merupakan bagian dari identitas diri seorang individu, sehingga merupakan bagian dari diri seseorang sebagaimana rumusan dari Pasal 27 ayat 2 UU Perkawinan. Untuk itu perkawinan yang demikian sepatutnya dibatalkan. ......Marriage Regulation Number 1 Year 1994 as amended with The First Amendment of Marriage Regulation Number 16 Year 2019 (later on mentioned as “UU Perkawinan”) has regulated the annulment of marriage in the provisions of Article 22 through Article 28. UU Perkawinan regulates regarding what are the reasons that can be the cause of marriage being annulled. In general, the annulment of marriage can happen because of the conditions that already been established in UU Perkawinan is not fulfilled by the husband and/or the wife. In the provision of Article 27 verse (2) mentioned that one of the reason why marriage can be annulled is because there has been such misinterpretation towards the husband and/or the wife. This provision later became the main reason of marriage annulment petition that requested by the applicant in the case number 1360 K/Pdt/2012 in which the applicant has a legal standing as the wife that postulates that there had been some sort of misinterpretation towards her husband’s sexual orientation. Judges in Pengadilan Negeri and Mahkamah Agung rejected this petition with consideration that misinterpretation as mentioned in the provision of Article 27 verse 2 can not be applied for sexual orientation and there was no one in that marriage violates marriage law, thus, the petition can not be granted. However, after further study it can be understood that this kind of marriage is not comply with the provision of Article 1 UU Perkawinan which mandates that any marriage should expected to be last for a lifetime. Furthermore, related with physicology perspective regarding sexual orientation, it can be understood that sexual orientation is a part of the identity of an individual, therefore it is part of oneself as is mentioned in the Article of 27 verse (2) UU Perkawinan. For this reason such marriages should be cancelled.
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sherilla
Abstrak :
Skripsi ini membahas bagaimana orientasi seksual tokoh utama ditampilkan dalam novel l'Immoraliste karya Andr' Gide. Penelitian dilakukan dengan menggunakan analisis sintagmatik dan paradigmatik. Orientasi seksual tokoh utama dapat terlihat berdasarkan peristiwa-peristiwa dalam cerita, deskripsi para tokoh serta dari analisis latar ruang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggambaran orientasi seksual tokoh dilakukan secara halus dan tidak secara langsung. ......The Focus of this study is to find how the main character's sexual orientation is shown in the novel of Andr' Gide, l'Immoraliste. Using the syntagmatic and paradigmatic analysis, the main character's sexual orientation was observed based on the story events, the description of the character's and the places as well. The result of this study shows that Gide did not describe the main character's sexual orientation directly.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2010
S14283
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nanang Khosim Azhari
Abstrak :
Homoseksual merupakan rasa ketertarikan terhadap sesama jenis kelamin. Sampai sekarang penyebab terjadinya homoseksual belum diketahui secara pasti. Seseorang yang pada awalnya homoseksual ternyata dapat berubah menjadi heteroseksual. Hal ini dapat dilihat dari adanya kaum homoseksual tersebut yang berkeinginan untuk merubah orientasi seksualnya. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui gambaran secara mendalam mengenai motivasi perubahan orientasi seksual pada homoseksual ke heteroseksual di Indonesia. Penelitian ini menggunakan desain penelitian kualitatif. Jumlah partisipan pada penelitian ini adalah 6 gay yang diwawancari secara mendalam terkait motivasi perubahan orientasi seksual. Tema pada penelitian ini yaitu pengalaman traumatis sebagai latarbelakang menjadi homoseksual, alasan internal dan eksternal menyembunyikan status homoseksual, motivasi perubahan orientasi seksual, upaya merubah orientasi seksual dan faktor penghambat internal dan eksternal perubahan orientasi seksual. Penelitian ini merekomendasikan adanya panduan dalam menangani klien dengan keinginan untuk merubah orientasi seksual di Layanan Kesehatan. ...... Homosexuality is a sense of attraction to same sex. Until now the cause of homosexuality is not known for certain. Someone who was a homosexual can be turned out to heterosexual. This can be seen from, the existence of these homosexuals who wish to change their sexual orientation. The purpose of this research is to understand about the motivation of sexual orientation change in homosexual to heterosexual in Indonesia. This research uses qualitative research design. The number of participants in this study was six gays who were interviewed in depth related to the motivation of sexual orientation change. Themes identified in this study were traumatic experiences as backgrounds of being homosexual, internal and external reasons hide homosexual status, the motivation for changes in sexual orientation, the effort to change the sexual orientation and internal and external factors inhibitingof sexual orientation change. This study recommends a guide line in dealing with clients with a desire to change sexual orientation in Health Services.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
T47774
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anastasie Di Gobi
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian ini adalah penelitian retrospektif yang bertujuan untuk melihat perbedaan orientasi seksual dan indeks homofobia pada alumni sekolah berasrama khusus laki-laki dan alumni siswa sekolah reguler. Orientasi seksual diukur dengan Sell Assessment of Sexual Orientation yang diadaptasi dari Sell 1996 , dan indeks homofobia diukur dengan Index of Homophobia Index of Attitude toward Homosexuals yang diadaptasi dari Hudson dan Ricketts 1990 . Partisipan penelitian ini adalah 86 orang mahasiswa laki-laki alumni pesantren dan alumni sekolah Islam non-pesantren, berada pada usia dewasa awal 19-25 tahun . Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan.
ABSTRAK
This retrospective research conducted to see the difference between sexual orientation and homophobia index in Indonesian Islamic boarding school alumni and regular school alumni. Sexual orientation was measured by Sell Assessment of Sexual Orientation adapted from Sell 1996 , and homophobia index was measured by Index of Homophobia Index of Attitudes toward Homophobia adapted from Hudson and Ricketts 1990 . Research participants are 86 male college students who are in early adulthood age group 19 25 years old . They are alumni of Indonesian Islamic boarding school and regular school. The result shows that there are significant difference.
2017
S69652
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
F.X. Kevin Lineria
Abstrak :
Penelitian ini berfokus untuk melihat gaya komunikasi berdasarkan teori genderlect styles communication pada pria gay dalam menjalin committed romantic relationship. Tujuan penelitian ini adalah mengindentifikasi dan mendeskripsikan pasangan gay dalam menjalin committed romantic relationship dan gaya komunikasi yang terjadi di dalamnya berdasarkan stereotip peran gender dan konteks sosio kultural di Indonesia. Peneliti menggunakan paradigma konstruktivis, pendekatan kualitatif deskriptif dan strategi studi kasus. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara mendalam dengan informan kunci yang telah dipilih menggunakan purposive dan convenience sampling, serta data sekunder studi kepustakaan. Penelitian ini menggunakan metode analisis data tematik. Hasilnya adalah pasangan gay yang menjalin committed romantic relationship memiliki keunikan dalam menjalin dan memelihara hubungan mereka. Stereotip peran gender yang selama ini berlaku pada pasangan heteroseksual (pria dan wanita) menjadi suatu hal yang dapat dinegosiasikan dan disesuaikan sesuai dengan kesepakatan dari pasangan gay tersebut. Selain itu, berdasarkan teori genderlect styles communication, terdapat modifikasi gaya komunikasi dalam gender pria jika mengaitkannya dengan faktor orientasi seksual, yaitu pasangan gay yang menjalin committed romantic relationship menunjukan gaya komunikasi pria yang mementingkan status (report talk), sementara mereka juga mengadopsi gaya komunikasi wanita (rapport talk) secara bersamaan. Rekomendasi penelitian selanjutnya adalah dapat melihat gaya komunikasi pria gay dalam konteks lain, seperti keluarga, pertemanan, dan pekerjaan. ......This research focuses on the communication styles of gay couples in committed romantic relationships. The purpose of this study is to identify and describe gay couples in establishing committed romantic relationships and the communication styles that occur in them based on gender role stereotypes in the socio-cultural context of Indonesia. The researcher uses a constructivist paradigm, a descriptive qualitative approach, and a case study strategy. The researcher conducted observation, in-depth interviews with key informants who had been selected using purposive and convenience sampling, and also collected secondary data to back up the findings. This research uses the thematic data analysis method. The result is that gay couples who have committed romantic relationships are unique in establishing and maintaining their relationship. Gender role stereotypes that have been applied to heterosexual couples (male and female) are not seen to the gay couple who always try to negotiate and adjust their relationship. In addition, based on the genderlect styles communication theory, there is a modification of the communication style in the male gender if applied sexual orientation factor. Moreover, gay couples who have committed romantic relationships exhibit a male communication style that focuses on status (report talk), while they also adopt a female communication style (rapport talk) simultaneously. The recommendation for further research is to see the communication style of gay men in other contexts, such as in family, friendship, or work relationships.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farah Dibaj
Abstrak :
Laki-laki dan perempuan adalah sistem biner pada gender yang normatif yang hadir di tengah-tengah masyarakat. Namun, terdapat pula variasi identitas gender lainnya, meliputi transgender, agender, genderqueer, androginitas, atau kombinasi dari identitas- id ent it as t ersebut . Selain it u t erd apat pula variasi orient asi seksual, sepert i heteroseksual, homoseksual, dan aseksual. Variasi identitas gender dan orientasi seksual dapat dipengaruhi oleh peran sosial dan pengalaman traumatis, yang terlihat dalam film Indonesia Kucumbu Tubuh Indahku (2018). Fokus penelitian ada pada konstruksi identitas gender tokoh utama, Juno. Film dibedah menggunakan teori film Boggs dan Petrie untuk membedah aspek naratif dan sinematografis, kajian gender Judith Butler, dan kajian queer Brett Beemyn dan Eliason untuk membedah ideologi teks. Ketertarikan terhadap laki-laki menjadi hasil dari peran pengalaman traumatis Juno d alam mengonst ruksi id ent it as gend ernya, sed angkan peran sosial menghasilkan konstruksi identitas gender Juno yang mengarah pada adanya sifat-sifat feminin di dalam tubuh Juno yang secara alami maskulin. Dilihat dari posisi film, identitas gender Juno adalah non-biner yang perlu dihargai dan boleh hadir di tengah-tengah masyarakat. Terdapat adanya kritik film terhadap kepura-puraan masyarakat identitas non-biner yang menjalani kehidupan sesuai norma heteroseksualitas. ......Men and women are binary systems on normative gender that are present in society. However, other variations of gender identity are also present in society, including transgender, agender, genderqueer, androgynous, or a combination of those identities. There are also variations of sexual identity, such as heterosexual, homosexual, and asexual. Variations in gender identity and sexual identity can be influenced by social roles and traumatic experiences of the individual which depicted in the Indonesian film Kucumbu Tubuh Indahku (2018). The research focuses on the construction of the main character's gender identity. The film is analyzed using Boggs and Petrie’s film theory to dissect the narrative and cinematographic aspects of the film, Judith Butler’s gender studies, and queer studies from Brett Beemyn and Eliason to dissect the ideology of the text. The attraction to men is the result of Juno's traumatic experience in constructing his gender identity, while social roles result in Juno's gender identity construction which leads to the presence of feminine traits in Juno's naturally masculine body. Judging from the film's position, Juno's gender identity is placed as a non-binary that needs to be respected and allowed to be present in society. There is also film criticism against the pretense of society with its non-binary identity who lives a life according to the norms of heterosexuality.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library