Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 47 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Siagian, Eva Grace Rouli
Abstrak :
ABSTRAK
Hubungan pacaran merupakan salah salah jenis hubungan interpersonal. Menurut Bird dan Melville (1994), hubungan pacaran adalah suatu hubungan atau proses formal yang dilewati oleh perempuan lajang dan laki-laki lajang, dimana dalam proses/hubungan itu masing-masing memilih pasangan hidupnya. Dalam hubungan pacaran, pasangan kekasih biasanya saling mencurahkan atau mengekspresikan cinta dan kasih sayangnya terhadap satu sama lain. Menurut Plutchik, cinta adalah salah satu jenis emosi kompleks yang dibentuk dari kombinasi dua emosi dasar, yaitu joy dan acceptance. Sementara itu, dengan merujuk pada definisi ekspresi emosi menurut Gross dan John (1997), maka ekspresi emosi cinta dapat diartikan sebagai manifestasi dari emosi cinta yang muncul dalam bentuk perilaku. Menurut Buscaglia (1988), ekspresi emosi cinta ini sangat penting bagi perkembangan hubungan pacaran. Ekspresi emosi cinta juga penting karena dapat memperkuat emosi cinta itu sendiri (Tysoe, dalam Sukaria, 1995). Adapun setiap budaya memiliki display rules yang berperan dalam mengatur tampilan atau ekspresi emosi seseorang. Sesuai dengan stereotip gender dan beberapa literatur, disebutkan bahwa perempuan lebih ekspresif dibandingkan dengan laki-laki. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti gambaran ekspresi emosi cinta dalam hubungan pacaran menurut laki-laki dan perempuan. Subyek penelitian adalah individu dewasa muda yang berusia antara 20-30 tahun. Penelitian ini merupakan studi kuantitatif dengan menggunakan kuesioner sebagai alat ukur. Subyek diminta untuk memberi tanda centang (v) pada skala yang sesuai dengan diri subyek, untuk setiap ekspresi emosi cinta yang dilakukan subyek kepada pasangannya dan untuk setiap situasi dimana subyek mengekspresikan emosi cinta kepada pasangannya. Untuk mengukur ekspresi emosi cinta, dilihat nilai mean dari total ekspresi verbal dan nilai mean dari total ekspresi non verbal pada kelompok subyek laki-laki dan perempuan. Kemudian dilakukan perhitungan t-test untuk melihat apakah ada perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok subyek dalam jenis-jenis ekspresi emosi cinta (verbal dan non verbal), serta antara jenis-jenis ekspresi cinta itu sendiri pada masing-masing kelompok subyek. Selain itu, dilihat pula nilai mean dari setiap ekspresi untuk mengetahui ekspresi-ekspresi mana yang paling sering dan yang paling jarang dilakukan subyek. Kemudian untuk mengukur situasi ekspresi emosi cinta, dilihat dari nilai mean setiap situasi untuk mengetahui pada situasi-situasi apa subyek cenderung mengekspresikan dan pada situasi-situasi apa subyek cenderung tidak mengekspresikan emosi cinta kepada pasangan. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara kelompok subyek laki-laki dan perempuan dalam mengekspresikan emosi cinta kepada pasangannya, baik secara verbal maupun secara non verbal. Hasil penelitian juga menunjukkan ada perbedaan yang signifikan antar jenis ekspresi emosi cinta (verbal dan non verbal), baik pada kelompok subyek laki-laki maupun pada kelompok subyek perempuan. Dalam hal ini, kelompok subyek laki-laki dan kelompok subyek perempuan sama-sama lebih ekspresif secara non verbal daripada secara verbal. Hasil penelitian yang diperoleh ternyata tidak sesuai dengan stereotip gender dan literatur yang menyebutkan bahwa perempuan lebih ekspresif daripada laki-laki. Hasil tersebut bisa disebabkan oleh beberapa hal. Pertama, karena kesetaraan gender yang saat ini sudah mulai berkembang. Kedua, karena pengaruh kemajuan jaman sehingga masyarakat sekarang menjadi lebih terbuka. Selain itu, dikatakan pula bahwa individu yang mengalami emosi cinta akan cenderung mengekspresikannya baik secara verbal maupun secara non verbal (Fitness & Fletcher, 1993). Bagi penelitian selanjutnya sebaiknya dilakukan pembenahan terhadap alat ukur ekspresi emosi cinta dan situasinya serta lebih memperhatikan faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi ekspresi emosi cinta. Pada penelitian lanjutan sebaiknya juga dilakukan metode observasi dan wawancara disamping metode kuantitatif untuk dapat memperoleh gambaran yang lebih menyeluruh mengenai ekspresi emosi cinta yang diteliti pada konteks yang lebih spesifik. Selain itu, dapat juga dilakukan penelitian lintas budaya mengenai ekspresi emosi cinta atau penelitian perbandingan antar kelompok usia yang berbeda maupun status hubungan yang berbeda.
2002
S3117
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yulia Naelufara
Abstrak :
ABSTRAK
Pada setiap tapan perkembangan selalu ada tugas-tugas atau sejumlah perilaku yang harus dipenuhi, yang merupakan harapan atau tuntutan dari masyarakat. Salah satu tugas perkembangan remaja adalah adanya perubahan dari homosocial interest menjadi heterosocial concern, dimana remaja mulai tertarik dan menaruh perhatian pada lawan jenis (Rice,1990). Pada masa remaja akhir menjelang dewasa, umumnya remaja telah memiliki pacar. Bila keadaan dirinya tidak sesuai dengan peran untuk usianya maka hal ini diartikan sebagai suatu kegagalan baginya yang akhirnyaberpengaruh terhadap pandangan orang tersebut mengenai dirinya. Penelitian ini ingin menguji apakah benar bahwa ada perbedaan yang bermakna pada konsep diri remaja yang sudah berpacaran dengan yang belum berpacaran. Subyek penelitian ini adalah remaja akhir usia 18-22 tahun baik yang sudah berpacaran ataupun belum berpacaran. Subyek dipilih pada usia 18-22 tahun karena pada umumnya remaja dengan usia tersebut sudah pernah berpacaran. Penilaian konsep diri ini diukur dengan menggunakan Tennessee Self- Concept Scale (TSCS) yang terdiri atas tiga dimensi eksternal yaitu dimensi diri identitas, kepuasan diri, dan diri tingkah laku serta lima dimensi internal yaitu, dimensi diri fisik, diri moral-etik, diri personal, diri keluarga dan diri sosial, penelitian ini dilakukan pada 66 remaja yang sudah berpacaran dan 65 remaja yang belum berpacaran. Setelah data terkumpul dan dilakukan analisa diperoleh hasil yang menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara konsep diri remaja yang sudah berpacaran dengan remaja yang belum berpacaran. Remaja yang sudah berpacaran memiliki konsep diri yang lebih tinggi atau positif dibandingkan remaja yang belum berpacaran. Kami berharap penelitian ini dapat memberikan informasi yang bermanfaat dan dapat memberi masukan bagi orang tua yang memiliki anak usia remaja, sehingga mereka dapat lebih memahami tahap perkembangan remaja beserta kebutuhan-kebutuhannya.
2004
S3463
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yunika Olivia Mutiara
Abstrak :
Kekerasan dalam pacaran (KDP) merupakan kasus yang sering terjadi, namun masih belum begitu mendapat sorotan sehingga masih seringkali terabaikan. Di Indonesia sendiri, KDP menduduki kasus kekerasan terhadap perempuan terbanyak kedua. Bahwasanya, KDP merupakan suatu masalah kesehatan masyarakat dan memiliki pengaruh besar pada kesehatan dan kesejahteraan para korban yang dialami oleh laki-laki maupun perempuan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kekerasan dalam pacaran pada mahasiswa Sarjana Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia tahun 2022. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain cross-sectional. Populasi penelitian adalah seluruh mahasiswa program Sarjana Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia yang masih terdaftar sebagai mahasiswa aktif pada tahun 2022. Waktu pelaksanaannya pada bulan April – Agustus 2022. Penelitian ini mengambil 201 responden yang dipilih menggunakan metode quota sampling, pengambilan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner online melalui Google Formulir. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 69% mahasiswa pernah mengalami kekerasan dalam pacaran. Disarankan untuk mempromosikan isu kesehatan reproduksi dan kekerasan dalam pacaran dengan bekerjasama dengan komunitas mahasiswa dan pelayanan kesehatan yang ada di lingkungan UI. ......Dating violence is a common phenomenon yet often ignored. In Indonesia, dating violence is the second most case of violence against women. Nevertheless, dating violence is a public health problem and has a major impact on the health and well-being of victims experienced by both men and women. The purpose of this study is to describe dating violence among undergraduate students at the Faculty of Public Health, University of Indonesia in 2022. This study is a quantitative study with a cross-sectional design. The study population is all undergraduate students at the Faculty of Public Health, University of Indonesia who were still registered as active students in 2022. The time of the study was April - August 2022. This study took 201 respondents who were selected using the quota sampling method, the data were collected using an online questionnaire through Google Forms. The results showed that 69% of students had experienced dating violence. Therefore, it is suggested to promote the issue of reproductive health and dating violence by collaborating with the student community and health services within UI.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Miron, Amy G., 1947-
Jakarta: Esensi Erlangga, 2006
649.125 MIR b
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Mirani
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
S26815
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sutardi
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
S26766
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Ariestina
Abstrak :
Kekerasan terhadap perempuan berhubungan dengan ketimpangan gender dan berdampak pada kesehatan dan hak asasi manusia. Di Jakarta, pada peri- ode 2000-2002, sekitar 264 perempuan melaporkan mengalami KDP dan sekitar 11,6 % kekerasan tersebut terjadi pada masa pacaran. Secara menyeluruh, satu dari sepuluh perempuan mengalami kekerasan dalam pacaran. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi tentang kejadian KDP pada siswi SMAN 37 Jakarta serta faktor-faktor yang berhubungan. Penelitian dengan desain potong lintang ini mengunakan sampel 418 siswi SMAN 37 Jakarta. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara terstruktur menggunakan kuisioner yang sengaja dirancangg untuk penelitian ini. Ditemukan sekitar 72,1% dari 337 siswi yang pernah mengalami KDP, berupa kekerasan fisik, psikis, seksual, dan ekonomi. Umumnya faktor-faktor yang berhubungan dengan keja- dian KDP adalah sosiodemografi, kelemahan fisik, pengetahuan, sikap, keterpaparan terhadap informasi, konflik dalam keluarga, teman sebaya, persepsi sosial yang terdapat pada korban, sedangkan dari pelaku kekerasan ada karakteristik, penggunaan alkohol, dan penggunaan narkoba. Namun variabel ? variabel yang berhubungan bermakna hanya variabel kelemahan fisik, sikap terhadap kekerasan, konflik dalam keluarga, keterpaparan terhadap informasi, dan penggunaan alkohol oleh pacar.

Violence against women is related to gender inequality and influencing health and human rights aspects. In Jakarta, in 2000-2002 period, around 264 women had reported violence and around 11.6% of that violence were happened during dating. In general, one out of ten women experience violence during dating. This study aims at collecting information on violence during dating among high school girls in Senior High School 37 Jakarta and its related factors. The study used cross-sectional design with 418 girl students as sample. Data were collected through structured interview using questionnaire. The study found around 72.1% of 337 students has experienced violence during dating in form of physical violence, psychological violence, sexual and economical violence. Factors related to violence during dating include social-demographic factors, physical weakness, knowledge, attitude, exposure to information, conflict in family, peers, and social perception. While from the actor of violence, factors related to violence include alcohol and drug abuse. Variables with statistical significant rela- tionship were physical weakness, attitude toward violence, conflict in family, exposure to information, and alcohol abuse by boyfriend.
2009
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ulinar Preselia
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh yang signifikan dari regulasi emosi marah dalam konteks pacaran terhadap kekerasan dalam pacaran pada remaja. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang melibatkan 407 partisipan dengan kriteria berusia 16-21 tahun dan sedang menjalani hubungan pacaran. Pengukuran kekerasan dalam pacaran menggunakan alat ukur The Conflict in Adolescent Dating Relationships Inventory (CADRI) (Wolfe, 2001) sementara pengukuran regulasi emosi marah dalam konteks pacaran menggunakan alat ukur The Anger Management Scale (AMS) Short Version (Stith & Hamby, 2002). Hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh yang signifikan dari regulasi emosi marah dalam konteks pacaran terhadap kekerasan dalam pacaran pada remaja (F=86.656, p<0.01, R2=0.176). Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa aspek regulasi emosi marah dalam konteks pacaran yang paling berkontribusi terhadap kekerasan dalam pacaran pada remaja adalah aspek escalating strategies. ...... This research examined whether anger regulation in dating context significantly effected dating violence in adolescents. This research was a quantitative study involving 407 participants with the criteria of aged 16-21 years old and currently in a dating relationship. Dating violence was measured using The Conflict in Adolescent Dating Relationships Inventory (CADRI) (Wolfe, 2001) and anger regulation in dating context was measured using The Anger Management Scale (AMS) Short Version (Stith & Hamby, 2002). The result showed that anger regulation in dating context significantly effected dating violence in adolescents (F=86.656, p<0.01, R2=0.176). The result also revealed that the most contributing aspect of anger regulation in dating context towards dating violence in adolescents was escalating strategies.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
S63247
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anisa Hanareswari Sukarno
Abstrak :
Tindak pidana perkosaan merupakan suatu hal yang sering terjadi di Indonesia ini, namun keterlibatan anak sebagai korban perkosaan dalam hubungan pacaran menjadi suatu permasalahan tersendiri di masyarakat. Anak yang seharusnya ada dalam perlindungan dan pengawasan orang tua serta negara, haknya dicederai oleh tindak perkosaan yang dilakukan oleh seseorang yang ia percayai secara intim berkedok hubungan pacaran. Hak anak tersebut kembali dicederai dengan adanya putusan pengadilan yang tidak berpihak kepada anak sebagai korban dan menjadikan hubungan pacaran yang terjadi antara korban anak dan pelaku dewasa sebagai alasan peringan pidana. Lewat studi terhadap putusan-putusan kasus perkosaan anak dalam hubungan pacaran pada tingkat pengadilan negeri dalam lima tahun terakhir dan membandingkannya dengan putusan perkosaan anak biasa (non-hubungan pacaran) serta pengkajian literatur, penulis menemukan bahwa hubungan pacaran dalam kasus perkosaan anak berdampak pada penjatuhan hukuman bagi pelaku. Hakim cenderung memutus hukuman yang lebih rendah bagi pelaku perkosaan anak dalam hubungan pacaran jika dibandingkan dengan hukuman bagi pelaku perkosaan anak biasa. Kecenderungan tersebutlah yang menjadikan adanya suatu disparitas yang tidak dapat dipertanggungjawabkan pada kasus-kasus perkosaan anak.
Sexual Abuse is a common thing to happen in Indonesia, but the involvement of children as victims is a problem itself in the society. Children, whose rights are meant to be protected by the state and its own parents, were wounded by the act of rape perpetrated by someone whom they trust intimately masked by such dating relationship. Their rights were wounded once more when criminal justice courts would eventually not side with the victims and choses to use the existence of dating relationship between the victim and its perpetrator as a reason to lighten the sentence. Through studies of similar cases from the last five years and comparing it with other cases of rape towards children (non-dating relationship) and also literature studies, the writer has found that there is a connection between the existence of dating relationship and the punishment given by the judges sentence. The trend is that judges would sentence a lighter punishment towards a child rape perpetrator in dating relationship cases than those towards ordinary child rape perpetrator. This trend itself is a form of unwarranted disparity in the cases of rape towards children.
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5   >>