Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 15 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muhammad Askin Putra Fanela
"Teluk Kendari merupakan salah satu kawasan yang berdekatan dengan pusat kegiatan masyarakat. Kondisi seperti ini akan menyebabkan terjadinya ancaman di sekitar teluk berupa sedimentasi. Sedimentasi yang tinggi pada perairan mengakibatkan meningkatnya konsentrasi total padatan tersuspensi yang berdampak pada terhambatnya penetrasi cahaya pada perairan akibat terhalang oleh partikel sedimen. Sebagai konsekuensinya, tingginya konsentrasi TSS dapat menurunkan tingkat fotosintesis dan akan menurunkan kandungan klorofil-a dalam perairan tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk, menganalisis karakteristik sedimen (ukuran butir), menganalisis sebaran total padatan tersuspensi dan klorofil-a serta mensintesa hubungan antara total padatan tersuspensi dengan kandungan klorofil-a. Penelitian ini dilakukan pada bulan januari sampai maret 2018. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey dengan mengumpulkan data primer berupa data karakteristik ukuran butir sedimen, konsentrasi total padatan tersuspensi dan kandungan klorofil-a, serta data skunder berupa TSS dan Klorofil-a pada tahun 2010, 2015 dan 2018 yang diambil dari citra satelit Landsat 5 TM dan Landsat 8 OLI. Hasil penelitian ini menunjukkan karakteristik sedimen dengan ukuran butir yang paling halus berada pada wilyah tengah teluk yang dimana pada wilayah itu merupakan wilayah dengan kandungan TSS tertinggi sedangkan yang lebih besar berada pada mulut teluk. Total spadatan tersuspensi berpengaruh terhadap kandungan klorofil-a perairan yang ditunjukkan dengan nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0.79 yang berarti sebesar 79% variable TSS mempengaruhi kandungan klorofil-a.

Kendari Bay is one of areas adjacent to the center of community activities at Southeast Sulawesi. Such conditions will cause a threat around the bay in the form of sedimentation. High sedimentation in the waters resulted in increas of total suspended solid (TSS) concentration. As a light light penetration in the will be low. TSS usually consist of < 2 I¼m. High TSS concentrations can reduce photosynthesis levels and the chlorophyll-a content in waters. This study was aimed to analyse the sediment grain size, the distribution patterns of total suspended solids and chlorophyll-a and tosynthesize the correlations between total suspended solids and chlorophyll-a content. This research was conducted in January to March 2018. The method used in this study was the survey method by collecting primary data such as sediment grain size, total suspended solid concentration and chlorophyll-a content, and secondary data such as TSS and chlorophyll-a in 2010, 2015 and 2018 taken from the image Landsat 5 TM and Landsat 8 OLI satellites. The results of this study indicated that the characteristics of sediments with the finest grain size was in the middle of the bay while the larger ones were at the mouth of the bay which is the region with the highest TSS content. TSS affected the chlorophyll-a content of waters as shown by the coefficient of determination (R2) of 0.79 which means that 79% of the TSS variable affects the chlorophyll-a content."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
T52876
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aniessa Delima Sari
"Pada umumnya minyak nabati terdiri dari trigliserida asam lemak dan asam lemak bebas. Untuk mengkonversi trigliserida asam lemak pada minyak nabati menjadi senyawa metil ester, dilakukan reaksi transesterifikasi dilakukan reaksi esterifikasi. Pada kesempatan penelitian ini digunakan katalis padatan asam y-Al2O3 dari bahan baku tawas dan -Al2O bekas industri yang diregenerasi (regenerasi katalis) untuk melangsungkan reaksi esterifikasi sedangkan untuk reaksi transesterifikasi, digunakan katalis y-Al2O3/K2CO3 dari bahan baku tawas dan katalis y-Al2Og/K2CO3 yang dibuat dari y-Al2O3 bekas industri yang diregenerasi (regenerasi katalis). Katalis dikarakterisasi menggunakan XRD, XRF, dan BET. Katalis yang telah disintesis digunakan untuk mengkatalisis reaksiesterifikasi/transesterifikasi. Reaksi dilakukan dengan variasi waktu reaksi (1 dan 2 jam), dan suhu reaksi (70 - 90 °C) dengan perbandingan mol minyak dan metanol tetap sebesar diperoleh nilai persen konversi terbaik untuk reaksi esterifikasi (dihitung dengan angka asam) dengan menggunakan katalis y-Al2O3 (regenerasi katalis)sebesar 75%, sedangkan nilai persen konversi terbaik untuk reaksi."
Depok: [Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, ], 2009
S30467
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Triwikantoro
"ABSTRAK
Telah dilakukan studi kinetika oksidasi Zirkaloy-4 dalam media udara dengan metode kontinyu. Kondisi percobaan dilakukan pada rentang temperatur 600-800°C selama 4 jam tekanan 10-3Torr menggunakan peralatan TGA (Termal Gravimetri Analyzer). Kurva kinetika oksidasi dinyatakan dengan aluran pertambahan massa per satuan luas (4m/A) sebagai fungsi waktu (t). Pada temperatur 600-650°C terjadi perubahan kurva dari lengkung menjadi datar, sedangkan 750-600°C kurva secara keseluruhan praktis memberikan indikasi kelinieran sejak awal. Pada temperatur 700°C kurva mengalami transisi dari bentuk lengkung ke linier dan titik transisi merupakan awal terbentuknya retak (crack). Pengamatan morfologi melalui mikroskop optik dan elektron (SEM) memperlihatkan adanya retak terutama pada temperatur dan waktu tertentu, sebagai akibat efek termik-mekanik yang erat kaitannya dengan zona transisi kurva ke bentuk linier. Bentuk kurva hasil eksperimen sejalan dengan berbagai fenomena yang terjadi seperti pasifasi, dominasi rejim tunggal dan campur pada kinetika reaksi heterogen terkait.

ABSTRACT
Study of oxidation kinetics of Zyrcalloy-4 in air with continue method have been carried out. The experiment was done at range of temperature 600-600°C, time of exposure 4 hours, pressure of 10-3Torr using Thermal Gravimetry Analyzer. The kinetics oxidation curves could be expressed as a relation of mass increase of metal per unit area (a m/A) as function of time t, at various temperatures. At the 600-650°C, the curves change from hyperbolic to linear, whereas 750-800°C, curves linear from initial. The transition point was found at 700°C. It is indicated to exist of crack. The observation using optical and electron Microscope showing that crack was occurred as a result of termic-mechanics effect related to the linear transition zone, especially at certain time and temperature. From experiment result, the form of curves is interlaced by phenomena of pasivation, domination of single or mixture regime on heterogen reaction kinetics.
"
Depok: Universitas Indonesia, 1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Budi Setiawan
"ABSTRAK
Penggunaan berbagai produk titanium selalu mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Produk titanium yang paling sering digunakan adalah TiO2 sebagai pigmen warna putih dalam industri cat, industri makanan dan industri kosmetik. Indonesia mansih mengimpor berbagai produk titanium. Padahal di Indonesia banyak terdapat mineral ilmenite yang merupakan sumber utama titanium yang terdapat di alam. Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan TiO2 anatase dari Ilmenite Bangka. Residu kaya titanium didapatkan dari hasil leaching ilmenite Bangka dengan larutan asam klorida untuk melarutkan besi pada ilmenite. Data EDX menunjukkan bahwa kandungan besi berkurang pada residu hasil leaching. Digunakan H2O2 10% sebagai agen pengkoordinasi untuk meleaching titanium dari residu menjadi garam ammonium perokso titanat. Padatan perokso titanat didapatkan dengan memanaskan larutan garam ammonium perokso titanat. Data XRD menunjukkan terbentuknya TiO2 anatase setelah mengkalsinasi padatan tersebut pada suhu 600oC. Data EDX juga menunjukkan bahwa masih terdapat pengotor-pengotor seperti silikon (0,98%) dan besi (2,75%) pada TiO2 anatase yang didapatkan. Berbagai karakterisasi dilakukan pada TiO2 anatase seperti uv-vis spektroskopi, scanning electron microscopy dan UV Diffuse Reflectance Spectroscopy. TiO2 anatase dari ilmenite ini mempunyai nilai celah energi 3,08 eV. Uji fotokatalis dilakukan terhadap zat warna CongoRed dan dibandingkan dengan TiO2 komersial degussa P25. Persen degradasi oleh TiO2 anatase dari ilmenite ini sekitar 20%, sedangkan persen degradasi oleh degussa P25 mencapai nilai 92%.

ABSTRACT
The use of titanium products have been increasing from year to year. TiO2 is one of titanium products which is often used as a white pigment in paint, food industry and cosmetics industries. Until now, Indonesia is stil importing various product of titanium even though Indonesia has many ilmenite source which are naturally the main source of titanium. This research was conducted to obtain TiO2 anatase from Bangka ilmenite. The hydrolyzed titania residue was prepared from Bangka ilmenite leached by hydrochloric acid solution to dissolve the iron in ilmenite. EDX data show that the iron content was reduced in hydrolyzed titania residue. The H2O2 (10%) was used as a coordination agent to leach titanium from the hydrolyzed titania residue to obtain ammonium perokso titanate. Peroxo titanate powder was obtained by evaporating the ammonium perokso titanate solution. XRD data show that TiO2 anatase was formed after calcining peroxo titanate powder at the temperature of 600oC. EDX data also show the anatase TiO2 obtained in this research had the impurities, such as silicon (0,98%) and iron (2,75%). Various studies such as X-ray diffraction, UV-vis spectroscopy, Scanning Electron Microscopy and UV Diffuse Reflectance Spectroscopy were conducted. The band gap of anatase TiO2 from extracted ilmenite is 3,08 eV. Photoreactivity was conducted againts the CongoRed dye and compared with the commercial TiO2, Degussa P-25. The degradation percentage of TiO2 from extracted ilmenite is 20% whereas degradation percentage of Degussa P25 is 92%."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S43637
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Andri Wijayanto
"Sediaan cair eugenol dalam bentuk minyak cengkeh adalah sediaan yang paling mudah diperoleh dalam berbagai tingkat kemurnian yang digunakan di berbagai industri seperti kimia, farmasi, maupun kosmetika. Namun seringkali sediaan cair dari suatu bahan lebih sulit di-handle daripada bahan dalam sediaan padat. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari efektivitas kasein susu dalam mengenkapsulasi eugenol dari minyak cengkeh untuk membuat sediaan padat dari eugenol yang memiliki ukuran partikel berskala nano. Untuk menghasilkan partikel yang disebut nanocengkeh ini, digunakan alat sonikator yang dioperasikan dengan intensitas 30%. Sebanyak 63,86% eugenol berhasil dienkapsulasi dari minyaknya. Nanocengkeh yang diperoleh juga memiliki kandungan eugenol lebih tinggi dari sediaan minyaknya. Diameter rata-rata nanocengkeh yang diperoleh sebesar 377,5 nm, dengan loading capacity sebesar 67,2%. Dengan demikian, misel kasein sangat baik dalam mengenkapsulasi eugenol untuk menyediakan eugenol dalam bentuk sediaan padat.

Liquid preparation of eugenol in clove oil form is one the eugenol preparation form that easiest to get it nowadays in many level of purity that many industry like chemical, pharmacy, and cosmetics industry very need it for their product. The problem is the liquid preparation of chemical is often not easy to handle than the solid one. This research has the purpose to observe the effectivity of cow milk casein in case of encapsulating eugenol from clove oil for creating the solid preparation of eugenol in nanoscale size. The nanosize of this particle, said “nanocengkeh”, is made using sonicator operated at 30% intensity. The result is as many as 63.86% eugenol from clove oil can be encapsulated by the casein. The concentration of eugenol in this solid form also increase. The average particle diameter is about 377.5 nanometers, with loading capacity until 67.2%. Therefore, casein micelle is a very good option to encapsulate eugenol for creating the solid preparation of eugenol."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S46496
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Rilian
"Minyak Jarak merupakan salah satu minyak nabati yang berpotensi
untuk dijadikan berbagai produk non pangan. Dalam riset ini diuji cobakan
transformasi minyakjarak menjadi senyawa metil ester dengan dua tahapan
reaksi (esterifikasi dan transesterifikasi). Reaksi transformasi tersebut
melibatkan beberapa katalis yaitu katalis padatan asam y-AI2O3 untuk reaksi
esterifikasi dan katalis padatan basa y-AI2O3/K2CO3 untuk reaksi
transesterifikasr Katalis yang dibuat dikarakterisasi menggunakan XRD, XRF
dan BET. Proses yang digunakan adalan dengan reaktor alir yang telah
dipacking katalis padat, serta menggunakan sistem distilasi reaktif untuk
reaksi esterifikasinya. Substrat yang direaksikan dapat dikonversikan dengan
optimum serta pemisahan yang Iebih mudah antara produk utama dengan
produk sampingnya, sehingga secara keselurunan didapatkan proses yang
Iebin efisien serta efektif. Reaksi esterifikasi dan transesterifikasi dengan
reaktor alir mencapai koversi optimum sebesar 87,14% dan 94,66%. Produk
metil ester yang didapat berpotensi menjadi bahan bakar alternatif."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2009
S30491
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ivan Mery Devianto
"Aspal alam dari Pulau Buton (asbuton) belum dimanfaatkan secara maksimal hingga saat ini. Salah satu cara pemanfaatannya adalah proses ekstraksi untuk melarutkan padatan karbonat dari asbuton menggunakan larutan asam lemah. Larutan yang digunakan adalah larutan acidic brine water yang dibuat dengan injeksi gas CO2 dalam larutan NaCl. Ekstraksi tersonikasi dilakukan pada berbagai kondisi operasi, yaitu suhu (25 hingga 110oC), tekanan (atmosfer hingga 3 bar), konsentrasi NaCl (0,1 hingga 2 M), laju alir gas CO2 (0,2 hingga 1 liter/menit), dan rasio asbuton-pelarut (0,02 hingga 0,1 g/ml). Seluruh variabel tersebut mempengaruhi jumlah padatan karbonat yang terlarut. Jumlah padatan terlarut yang maksimal diperoleh pada kondisi 90oC, 3 bar, larutan 0,5 M NaCl, laju alir CO2 0,6 l/menit, dan rasio 0,02 g/ml. Produk aspal yang dihasilkan mengandung 50,47% aspal, 24,47% padatan karbonat, dan 25,06% mineral lainnya.

Natural asphalt from Buton Island (asbuton) has not been fully utilized up to now. One way of its utilization was extraction process to dissolve carbonate solids in asbuton using weak acid solution. The solution was acidic brine water solution that made by CO2 injection in NaCl solution. Sonicated extraction was performed at various operating conditions, namely temperature (25 to 110oC), pressure (1 to 3 bar), NaCl concentration (0.1 to 2 M), flow rate of CO2 (0.2 to 1 liter/minute), and asbuton-solvent ratio (0.02 to 0.1 g/ml). All variables affect the amount of dissolved carbonate solids. Maximum of dissolved solids reached at temperature of 90oC, pressure of 3 bar, NaCl concentration of 0.5 M, CO2 flow rate of 0.6 liter/minute, and ratio of 0.02 g/ml. Asphalt product contained 50.47% asphalt, 24.47% carbonate solids, and 25.06% other minerals."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
T35589
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mulyanisa Nadhifah Sirod
"Tembaga berperan penting dalam kehidupan masyarakat modern. Semakin hari kadar tembaga terus menurun, menyebabkan meningkatnya energi per tembaga yang dihasilkan. Tembaga umumnya diproduksi melalui proses hidro- atau piro-metalurgi. Namun baru-baru ini, proses tembaga sinergis berenergi rendah diusulkan. Salah satu prosesnya adalah presipitasi tembaga. Proses hidro-presipitasi digunakan untuk memulihkan tembaga secara selektif. Hasil presipitasi menghasilkan kualitas tembaga yang lebih tinggi dibandingkan dengan standar konsentrat tembaga sulfida yang biasa digunakan dalam proses pirometalurgi. Produk tembaga hasil presipitasi di proses hidrometalurgi dimasukkan ke dalam smelter/converter untuk mengurangi energi dalam produksi tembaga.
Presipitasi tembaga dari larutan sulfat dan bahan pengendapan berbasis kalsium seperti kapur menghasilkan co-kristalisasi gipsum. Adanya gipsum pada produk menyebabkan turunnya kadar presipitat. Namun, gipsum dan produk tembaga mengendap dengan ukuran yang berbeda. Oleh karena itu, pemisahan fisik melalui proses penyaringan mungkin dilakukan untuk menghilangkan gipsum dan meningkatkan kualitas produk tembaga. Efek waktu presipitasi, tingkat penambahan reagen, dan latar belakang larutan selama proses presipitasi diselidiki, untuk menemukan kondisi yang mampu meningkatkan pemisahan fisik antara endapan tembaga dan kristal gipsum.
Hasil menunjukan bahwa kadar tembaga tertinggi 23.3 Cu dihasilkan dengan menggunakan air deionisasi sebagai latar belakang larutan. Akan tetapi, pemisahan optimal dan pemulihan terbaik 31.3 Cu dicapai pada kondisi basis dengan penambahan kapur yang lebih rendah, karena sisa kapur pada system menghambat potensi pemisahan. Dengan itu dapat disimpulkan bahwa, penambahan kapur memberikan pengaruh terbesar pada pemulihan dan pemisahan.

Copper is essential in modern society. The current grade is decreasing, resulting in an increase in energy per copper obtained. Copper is generally produced from hydro or pyro metallurgical process. But recently, a low energy synergistic copper process is proposed. The process involves precipitating copper. A hydro precipitation step is utilised to selectively recover the valuable copper. The precipitate copper provides a higher copper grade compared to standard copper sulphide concentrate used in the pyrometallurgical process. The copper product from a hydrometallurgy process is fed into a smelter converter to reduce the overall energy of copper production.
Copper precipitation from sulphate solutions and calcium based precipitation agent like lime results in co crystallisation of gypsum. This presence of gypsum decreases the grade of precipitates. Gypsum and copper product precipitated at different sizes. Therefore, physical separation processes such as screening may be applied to remove gypsum and improve the copper product grade. Effects of residence time, reagent addition rate, and background solutions during continuous precipitation were investigated to find conditions, which enhance the physical separation between precipitated copper and gypsum crystals.
The results show that the highest copper grade 23.3 Cu was produced using DI water as the background solutions. However, the optimum separation along with the largest product recovery 31.3 Cu was achieved at baseline conditions, when lower lime addition rate was utilised, as the presence of unreacted lime inhibits the potential of separation. Therefore, lime addition rate was discovered to have the greatest influence on recoveries and separation.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S66920
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mas Ayu Elita Hafizah
"Proses polimerisasi emulsi dari stirena dan n-butil akrilat dapat dilakukan melalui teknik polimerisasi emulsi semikontinu. Teknik ini dilakukan berdasarkan penambahan larutan pre-emulsi (campuran monomer, surfaktan, air) dan larutan inisiator secara kontinu. Monomer yang digunakan bersifat hidrofobik, sehingga digunakan surfaktan untuk menjaga kestabilan polimer yang terbentuk.
Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui efek panjang rantai surfaktan anionik terhadap pembentukan polimer emulsi yang memiliki kandungan padatan tinggi (>55%) dan kekentalan yang rendah. Hal ini dapat diperoleh dengan mengatur distribusi ukuran partikel bimodal dan trimodal. Pada penelitian diperoleh bentuk bimodal (59,97% ; 7200 mPa s-1) dan trimodal (61,09% ; 4600 mPa s-1). Data pendukung terjadi kopoli (stirena/butil akrilat) dapat dilihat dari nilai Tg (25,71-36,07 °C) yang berbeda dari nilai Tg masing-masing homopolimernya, berat molekul mencapai ribuan, dan terjadi perubahan bilangan gelombang pada spektrum IR.

Emulsion Polymerization of styrene and butyl acrylate was conducted by semicontinuous technique to produce high solid content and low viscosity polymer product. This method based on adding pre-emulsion solution (a mixture of monomer, surfactant and water) and initiator solution continuously. The monomers are hydrophobic and surfactant was used to stabilized the polymer product.
This research investigated the effect of chain length of anionic surfactant toward mechanism of emulsion polymerization reaction. The product were obtained with solid content greater than 55% and viscosities as low as 4600 mPa s-1, these was possible when the bimodal and trimodal latices were formed. The bimodal product had solid content of 59.97% and viscosity 7200 mPa s-1 and the trimodal product 61.09% and 4600 mPa s-1.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2006
T40066
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>