Hasil Pencarian

Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 9 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Astri Dewayani
2010
S3691
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anggun Vrismaya
"Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kontribusi dukungan sosial teman sebaya, enjoyment, dan pride selama belajar di dalam kelas terhadap self-esteem peserta didik Sekolah Menengah Pertama. Partisipan penelitian ini adalah peserta didik SMPN Y Depok (n=334). Penelitian ini merupakan penelitian noneksperimental dengan model pendekatan kuantitatif. Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah CASSS (Children and Adolescent Social Support Scale) untuk mengukur dukungan sosial teman sebaya, AEQ (Achievement Emotions Questionnaire) untuk mengukur enjoyment dan mengukur pride. Untuk mengukur self-esteem, peneliti menggunakan RSES (Rosenberg Self-Esteem Scale).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dukungan sosial teman sebaya, enjoyment, dan pride selama belajar di kelas secara bersama-sama berkontribusi terhadap self-esteem (R Square =0,15 p< 0,01). Diantara ketiga variabel tersebut, pride merupakan variabel yang memiliki kontribusi paling besar yaitu 12% terhadap self-esteem. Temuan penelitian ini memberikan implikasi bagi perancangan program intervensi untuk meningkatkan self-esteem melalui penanaman pride peserta didik.

The purpose of this study was to determine the contributions of peer social support, enjoyment, and pride during class to self-esteem of junior high school students. The participants of this study were students at SMPN Y Depok (n = 334). This research was non-experimental with a quantitative approach model. The instruments used in this study were CASSS (Children and Adolescent Social Support Scale) to measure peer social support, AEQ (Achievement Emotions Questionnaire) to measure enjoyment and pride during class, and RSES (Rosenberg Self-Esteem Scale) to measure self-esteem.
The results of this study indicate that peer social support, enjoyment, and pride during class have contributions to self-esteem (R Square =0,15 p<0,01). Pride has the biggest contribution of 12% to self-esteem. These results have an implication for the future study to enhance students' self-esteem through pride.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syifa Asyfiani Rufaida
"ABSTRAK
Masa remaja merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak dan masa dewasa yang meliputi perkembangan baik dari fisik, kognitif, dan psikososial. Remaja yang tidak dapat beradaptasi dengan perubahan tersebut akan mengalami stres yang dapat mengakibatkan masalah kesehatan jiwa. Dukungan sosial dari teman sebaya menjadikan remaja memiliki kesehatan jiwa yang baik. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain cross-sectional yang bertujuan mengidentifikasi hubungan antara dukungan sosial teman sebaya dengan masalah kesehatan jiwa pada remaja. Sampel sebanyak 292 siswa SMP Negeri 1 Cisaat yang dipilih melalui teknik stratified random sampling. Responden mengisi kuesioner Social Provision Scale (SPS) untuk dukungan sosial teman sebaya dan Strenghts and Difficulties Questionnare (SDQ) untuk masalah kesehatan jiwa. Analisis data yang digunakan yaitu analisis univariat dan analisis bivariat dengan uji chi square. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan yang signifikan (p value 0,034) antara dukungan sosial teman sebaya dengan masalah kesehatan jiwa pada remaja. Diperlukan skrining awal kesehatan jiwa, pembentukan kelompok teman sebaya dan pendidikan kesehatan jiwa di sekolah untuk meningkatkan kesehatan jiwa remaja.

ABSTRACT
Adolescence is a transition period between childhood and adulthood which includes the development of physical, cognitive, and psychosocial. In adolescent who cannot adapt to these changes, they will experience stress that can affect their mental health. Peer social support makes adolescents to maintain mental health well-being. This study is quantitativeh study using cross-sectional design to identify the association between peer social support and mental health problems among adolescents.There were 292 students at junior high school 1 Cisaat selected with stratified random sampling. The participants filled up Social Provision Scale (SPS) peer social suppot and Strenghts and Difficulties Questionnare (SDQ) for mental health problems. Data analysis used are univariate and bivariate analysis with chi square test. The result shows that there is significant correlation between peer social support and mental health problems among adolescents. Early mental health screening, peer groups formation and mental health education are needed among adolescents in school to increase their mental health."
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Astri Dewayani
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat perbedaan psychological distress antara mahasiswa yang memiliki perceived peer social support dengan mahasiswa yang tidak memiliki perceived peer social support. Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif dengan alat ukur HSCL-25 untuk mengetahui psychological distress partisipan dan data demografis untuk membedakan antara partisipan yang memiliki perceived peer social support dengan yang tidak. Partisipan dalam penelitian ini adalah 666 mahasiswa S1 program reguler Universitas Indonesia yang dikumpulkan dengan teknik acak. Teknik statistik yang digunakan adalah independent sample t-test. Hasil analisis menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan psychological distress yang signifikan antara mahasiswa UI yang memiliki perceived peer social support dengan mahasiswa UI yang tidak memiliki perceived peer social support. Hal ini dapat terjadi karena psychological distress tidak hanya dipengaruhi oleh perceived peer social support, tetapi juga faktor-faktor lain.

This study investigated the difference of psychological distress between students of Universitas Indonesia who have and who does not have perceived peer social support. This quantitative study has been done by adapting HSCL-25 questionnaire to know psychological distress to differentiate students of Universitas Indonesia who perceived peer social support. Participants are 666 students of Universitas Indonesia obtained by random/probability sampling. There is no significant difference in psychological distress between students of Universitas Indonesia who have and who does not have perceived peer social support. It is assumed that there are many other factors that influence the psychological distress student."
Lengkap +
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2011
J-pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Komang Bara Wedaloka
"Penelitian ini membahas hubungan antara keterlibatan ayah dan dukungan sosial teman sebaya pada remaja yang bersekolah di SMA. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain korelasional. Untuk mengukur keterlibatan ayah, penulis menggunakan alat ukur keterlibatan ayah oleh Carlson (2006) dan untuk mengukur dukungan sosial teman sebaya, penulis menggunakan alat ukur Child and Adolescent Social Support Scale (CASSS) oleh Malecki, Demaray, dan Elliott (2000). Kedua alat ukur tersebut diberikan kepada responden dalam bentuk kuesioner. Responden dalam penelitian ini adalah remaja kelas 10 SMA dan masih mempunyai ayah dengan jumlah responden 403 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara keterlibatan ayah dan dukungan sosial teman sebaya dengan r (401) = 0,158; p = 0,001.

This research discusses the relationship between father involvement and peer social support on adolescents who attend high school. This research is a quantitative study with a correlational design. To measure father involvement, the author using a father involvement instrument by Carlson (2006) and to measure peer social support, the author using an instrument Child and Adolescent Social Support Scale (CASSS) by Malecki, Demaray, and Elliott (2000). Both the instruments were given to respondents in the form of a questionnaire. Respondents in this research were adolescents who attend grade 10 of high school and still have a father with a number of respondents are 403 people. The result showed there is a significant positive relationship between father involvement and peer social support with r (401) = 0,158; p = 0,001.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S56530
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Astri Dewayani
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat perbedaan psychological distress antara mahasiswa yang memiliki perceived peer
social support dengan mahasiswa yang tidak memiliki perceived peer social support. Penelitian menggunakan
pendekatan kuantitatif dengan alat ukur HSCL-25 untuk mengetahui psychological distress partisipan dan data
demografis untuk membedakan antara partisipan yang memiliki perceived peer social support dengan yang tidak.
Partisipan dalam penelitian ini adalah 666 mahasiswa S1 program reguler Universitas Indonesia yang dikumpulkan
dengan teknik acak. Teknik statistik yang digunakan adalah independent sample t-test. Hasil analisis menunjukkan
bahwa tidak terdapat perbedaan psychological distress yang signifikan antara mahasiswa UI yang memiliki perceived
peer social support dengan mahasiswa UI yang tidak memiliki perceived peer social support. Hal ini dapat terjadi
karena psychological distress tidak hanya dipengaruhi oleh perceived peer social support, tetapi juga faktor-faktor lain.
This study investigated the difference of psychological distress between students of Universitas Indonesia who have and
who does not have perceived peer social support. This quantitative study has been done by adapting HSCL-25
questionnaire to know psychological distress to differentiate students of Universitas Indonesia who perceived peer
social support. Participants are 666 students of Universitas Indonesia obtained by random/probability sampling. There is
no significant difference in psychological distress between students of Universitas Indonesia who have and who does
not have perceived peer social support. It is assumed that there are many other factors that influence the psychological
distress student.
"
Lengkap +
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2011
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Natasya Destiani Sugiwan
"ABSTRAK
Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan yang memiliki tujuan untuk melihat hubungan antara dukungan sosial teman sebaya dan gejala depresi pada remaja di Jakarta. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah Friendship Quality Scale FQS, Peer Acceptance Scale PAS dan Hopkins Symptom Checklist 25 HSCL-25 digunakan dalam penelitian ini untuk mengukur dukungan sosial teman sebaya melalui penerimaan teman sebaya dan kualitas pertemanan serta mengukur gejala depresi. Partisipan penelitian ini terdiri dari 632 siswa SMA kelas XI di 5 wilayah DKI Jakarta. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara penerimaan teman sebaya dengan gejala depresi, namun tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kualitas pertemanan dan gejala depresi. Hasil penelitian mengenai penerimaan teman sebaya sejalan dengan penelitian tahun lalu yang menunjukkan ada hubungan korelasi negatif yang signifikan antara penerimaan teman sebaya dan gejala depresi, yaitu semakin tinggi skor penerimaan teman sebaya, semakin rendah skor depresi dan begitu juga sebaliknya. Namun, hasil penelitian kualitas pertemanan yang menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara kualitas pertemanan dan gejala depresi, tidak sejalan dengan penelitian tahun lalu yang menunjukan korelasi positif yang signifikan antara kualitas pertemanan dengan gejala depresi, yaitu semakin tinggi skor kualitas pertemanan maka semakin tinggi juga skor depresinya. Dibutuhkan penelitian lanjutan untuk melihat prediksi antar variabel di tahun selanjutnya melalui variabel tahun ini.

ABSTRACT<>br>
Abstract This study is a follow up study that aims to see the relationship between peer social support and depression symptom in adolescents in Jakarta. Measuring instrument used in this study are Friendship Quality Scale FQS, Peer Acceptance Scale PAS and Hopkins Symptom Checklist 25 HSCL 25 used in this study to measure peer social support through peer acceptance and quality friendship and measure depression symptom. The participants of this study consisted of 632 high school students class XI in 5 areas of Jakarta. The results showed there was a significant relationship between peer acceptance with depression symptom, but there was no significant relationship between friendship quality and depression symptom. Results of research on peer acceptance in line with last year 39 s study showed a significant negative correlation relationship between peer acceptance and depression symptom, where the higher the score of peer acceptance the lower the depression score and vice versa. However, the results of friendship quality research showed there are no significant correlation between friendship quality and depression symptom, not in line with last year 39 s study showed a significant positive correlation between friendship quality and depression symptom, where the higher the score of friendship quality the higher the depression score. For that, further research is needed to see prediction between variables in the next year. "
Lengkap +
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nibras Widad Kamilah
"Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan antara dukungan sosial teman sebaya dan empati dengan perilaku prososial pada mahasiswa. Perilaku prososial menjadi suatu perilaku yang penting dimiliki bagi mahasiswa Ilmu Kesejahteraan Sosial karena mata kuliah dan kurikulum yang dipelajari serta kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh mahasiswa Ilmu Kesejahteraan Sosial lekat sekali dengan upaya pengembangan perilaku prososial. Responden dalam penelitian ini adalah mahasiswa Program SarjanaIlmu Kesejahteraan Sosial Universitas Indonesia Angkatan 2019-2022 sebanyak 179 mahasiswa dengan menggunakan metode kuantitatif, jenis penelitian korelasional dan menggunakan stratified random sampling sebagai teknik pengumpulan data. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis univariat dan bivariat dengan menggunakan tabel silang dan uji korelasi kendall's tau b dan juga melakukan uji validitas dan reliabilitas.
Pengukuran variabel dukungan sosial teman sebaya menggunakan 4 dimensi, yaitu dukungan emosional, dukungan penghargaan, dukungan instrumental, dan dukungan informatif (House, 1981). Pengukuran variabel empati menggunakan menggunakan 2 dimensi, yaitu kognitif dan afektif (Baron & Byrne, 2005).Sedangkan, pengukuran untuk variabel terikat perilaku prososial berdasarkan teori dari Schroeder (Bierhoff, 2002) dengan pengukuran berdasarkan 2 dimensi juga, yaitu menolong dan kerja sama. Instrumen penelitian menggunakan skala likert dengan 5 alternatif jawaban, yaitu tidak pernah, jarang, kadang-kadang, sering dan selalu.
Hasil univariat penelitian ini menunjukkan bahwa 86,6% responden memiliki tingkat dukungan sosial teman sebaya yang tinggi, 90,5% responden memiliki tingkat empati yang tinggi, dan82,1% responden memiliki tingkat perilaku prososial tinggi. Kemudian, dari hasil uji bivariat diketahui bahwa ada hubungan yang positif dan signifikan antara dukungan sosial teman sebaya dengan perilaku prososial dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0,372 dan p-value 0,001.
Hasil tersebut menunjukkan bahwa walaupun kekuatan hubungan yang dihasilkan cukup, tetapi hubungan antara keduanya positif yang berarti semakin tinggi dukungan sosial teman sebaya semakin tinggi perilaku prososial. Sedangkan, hubungan antara empati dengan perilaku prososial adalah positif dan nyata dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0,456 dan p-value sebesar 0,001 < 0,05. Hasil tersebut dapat diinterpretasikan bahwa kekuatan hubungan antaranya cukup, tidak lemah dan juga tidak kuat, tetapi hubungan yang dihasilkan positif, artinya semakin tinggi empati mahasiswa semakin tinggi pula perilaku prososial yang dimiliki.

This study aims to identify the relationship between peer social support and empathy with prosocial behavior in college students. Prosocial behavior is an important behavior for Social Welfare students because the courses and curriculum studied and the activities carried out by Social Welfare students are closely related to efforts to develop prosocial behavior. Respondents in this study were 179 students of the Social Welfare Science Undergraduate Program at the University of Indonesia, with a total of 179 students using quantitative methods, this type of correlational research and using stratified random sampling as a data collection technique. The data analysis technique used was univariate and bivariate analysis using cross tables and Kendall's tau b correlation test and also conducting validity and reliability tests.
The measurement of peer social support variables using 4 dimensions, namely emotional support, appreciation support, instrumental support, and informative support (House, 1981). The measurement of empathy variables using 2 dimensions, namely cognitive and affective (Baron & Byrne, 2005). Meanwhile, the measurement for the dependent variable of prosocial behavior is based on the theory of Schroeder (Bierhoff, 2002) with measurements based on 2 dimensions as well, namely helping and cooperation. The research instrument uses a Likert scale with 5 alternative answers, namely never, rarely, sometimes, often and always.
The univariate results of this study showed that 86.6% of respondents had a high level of peer social support, 90.5% of respondents had a high level of empathy, and 82.1% of respondents had a high level of prosocial behavior. Then, from the results of the bivariate test it is known that there is a positive and significant relationship between peer social support and prosocial behavior with a correlation coefficient of 0.372 and a p-value of 0.001.
These results indicate that although the strength of the resulting relationship is sufficient, the relationship between the two is positive, which means that the higher the peersocial support, the higher the prosocial behavior. Meanwhile, the relationship between empathy and prosocial behavior is positive and the correlation with coefficient is 0.456 and the p-value is 0.001 <0.05. These results can be interpreted that the strength of the relationship between them is sufficient, neither weak nor strong, but the resulting relationship is positive, meaning that the higher the student's empathy, the higher the prosocial behavior they have.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ary Yunian Putri
"Culture shock merupakan suatu kondisi dimana seseorang mengalami adanya rasa ketidaknyamanan atas apa yang dilakukannya saat berada di lingkungan yang baru atau berbeda secara signifikan dengan lingkungan asalnya, sehingga membuat seseorang sulit untuk beradaptasi. Ketidaknyamanan ini dapat mencakup perbedaan dalam norma sosial, nilai budaya, dan perilaku yang berlaku di lingkungan baru. Individu yang mengalami culture shock seringkali mengalami kesulitan dalam beradaptasi, karena mereka merasa tidak familiar dengan aturan dan norma yang berlaku. Teman sebaya tidak hanya dapat memberikan kenyamanan emosional, tetapi juga menyediakan sumber daya yang mendukung proses adaptasi individu di lingkungan yang baru dan jauh dari lingkungan keluarganya. Dukungan sosial ini mencakup pertukaran informasi, pengalaman, dan pemahaman bersama yang dapat membantu individu untuk mengatasi tantangan culture shock dan mempercepat proses adaptasi mereka. Saat ini pemerintah memberikan kesempatan untuk para mahasiswa yang ingin merasakan belajar di luar negeri melalui program barunya yaitu IISMA (Indonesian International Student Mobility Award). Program IISMA sudah berjalan selama 2 tahun sejak 2021. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dukungan sosial teman sebaya dengan culture shock pada mahasiswa yang mengikuti program belajar di luar negeri, secara spesifik pada penelitian ini ialah program IISMA (Indonesian International Student Mobility Award). Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dengan jenis survey. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian adalah stratified random sampling. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis univariat dan bivariat dengan menggunakan tabel silang dan uji korelasi Kendall’s tau b serta uji validatitas dan reliabilitas. Penelitian ini dilakukan dari bulan Mei sampai Desember 2023 kepada 74 mahasiwa Universitas Indonesia yang telah menyelesaikan program IISMA (Indonesian International Student Mobility Award) batch 1 maupun batch 2. Hasil penelitian melalui uji korelasi Kendall’s tau-b menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif yang signifikan antara dukungan sosial teman sebaya terhadap tingkat culture shock dengan nilai koefisien korelasi sebesar -0,237 dan p-value 0,037. Hasil tersebut menunjukkan bahwa hubungan yang dihasilkan rendah, tetapi hubungan antara keduanya negative yang berarti semakin tinggi tingkat dukungan sosial teman sebaya yang dimiliki, maka akan semakin rendah tingkat culture shock yang dialami. Terdapat beberapa saran yaitu mahasiswa IISMA perlu persiapan akademis dan aktif berpartisipasi dalam kehidupan sosial lokal untuk mengatasi culture shock. Kemudian, pengembangan mata kuliah Tingkah Laku Manusia dan Lingkungan Sosial dapat diperkaya dengan program adaptasi, metode pengajaran interaktif, dan sumber daya online, serta kolaborasi dengan lembaga dukungan mahasiswa. Terakhir, penelitian menunjukkan hubungan signifikan antara dukungan sosial teman sebaya dan culture shock, menyarankan penelitian lanjutan untuk eksplorasi program dukungan inovatif.

Culture shock is a condition in which an individual experiences discomfort in response to their actions in a new environment significantly different from their original one, making it challenging for them to adapt. This discomfort may encompass differences in social norms, cultural values, and behaviors prevailing in the new environment. Individuals undergoing culture shock often face difficulties in adapting because they feel unfamiliar with the rules and norms in place. Peers can provide not only emotional comfort but also resources that support the individual's adaptation process in a new environment far from their family setting. This social support includes the exchange of information, experiences, and shared understanding that can help individuals overcome culture shock challenges and expedite their adaptation process. Currently, the government offers opportunities for students who want to experience studying abroad through its new program called the Indonesian International Student Mobility Award (IISMA). The IISMA program has been running for two years since 2021. This research aims to determine the relationship between peer social support and culture shock in students participating in study abroad programs, specifically focusing on the IISMA program. The research employs a quantitative approach with a survey type. The sampling technique used is stratified random sampling. The analysis techniques include univariate and bivariate analyses using cross-tabulation tables and Kendall's tau-b correlation test, as well as validity and reliability tests. The study was conducted from May to December 2023 on 74 students from the University of Indonesia who have completed the IISMA program batches 1 and 2. The results of the Kendall's tau-b correlation test show a significant negative relationship between peer social support and the level of culture shock, with a correlation coefficient of -0.237 and a p-value of 0.037. This result indicates a low relationship, but the negative correlation suggests that the higher the level of peer social support, the lower the level of experienced culture shock. There are several recommendations, namely that IISMA students need academic preparation and active participation in local social life to overcome culture shock. Furthermore, the development of the Human Behavior and Social Environment course can be enriched with adaptation programs, interactive teaching methods, online resources, and collaboration with student support institutions. Finally, research indicates a significant relationship between peer social support and culture shock, suggesting further research to explore innovative support programs."
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library