Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nalyda Yola Althofia
Abstrak :
Dampak kebijakan upah minimum terhadap ketenagakerjaan masih menjadi perdebatan. Upah minimum dapat meningkatkan pendapatan beberapa pekerja, tetapi juga dapat menyebabkan pekerja lain kehilangan pekerjaanya. Kenaikan upah minimum memiliki dampak yang berbeda untuk kelompok pekerja yang berbeda. Dampak kenaikan upah minimum akan lebih dirasakan oleh kelompok pekerja rentan, seperti pekerja perempuan, pekerja muda, dan pekerja berpendidikan rendah. Penelitian ini menggunakan data individu yang bersumber dari Sakernas Agustus tahun 2014– 2019 dan variabel makro yaitu UMR kabupaten/kota, PDRB, dan tingkat pengangguran. Dengan menggunakan metode regresi multinomial probit diperoleh hasil bahwa upah minimum berdampak negatif terhadap probabilitas transisi pekerja formal ke informal maupun pekerja formal menjadi tidak bekerja. Berdasarkan karakteristik individu, upah minimum lebih berdampak pada transisi pekerja usia muda dibandingkan pekerja usia produktif dan usia tua. Upah minimum juga lebih berdampak pada transisi pekerja berpendidikan rendah dibandingkan pekerja berpendidikan menengah dan tinggi. Sedangkan tidak ada perbedaan pengaruh upah minimum terhadap transisi pekerja formal antara laki-laki dan perempuan. ......The impact of minimum wage policies on employment is still a matter of debate. The minimum wage can increase the income of some workers, but it can also cause other workers to lose their jobs. An increase in the minimum wage has different effects for different groups of workers. The impact of the minimum wage increase will be felt more by vulnerable groups of workers, such as female workers, young workers, and workers with low education. This study uses individual data sourced from Sakernas August 2014–2019 and macro variables, namely UMK, PDRB, and the unemployment rate. By using the multinomial probit regression method, it is found that the minimum wage has a negative impact on the transition probability of formal to informal workers and formal workers to not work. Based on individual characteristics, the minimum wage has more impact on the transition of young workers than productive and old workers. The minimum wage also has more impact on the transition of workers with low education compared to workers with secondary and higher education. Meanwhile, there is no difference in the effect of the minimum wage on the transition of formal workers between men and women
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitriani Aditya Putri
Abstrak :
Pandemi Covid-19 mengakibatkan tingginya angka Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) yang berimplikasi pada tingginya Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Indonesia. Pekerja yang terkena PHK mengalami penurunan kemampuan finansial, sehingga untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari maka pekerja harus kembali bekerja. Pada era pandemi Covid-19, pekerja formal masih diminati masyarakat karena upahnya lebih tinggi jika dibandingkan dengan pekerja informal. Investasi modal manusia berupa pelatihan dinilai menjadi salah satu solusi untuk meningkatkan peluang seseorang mendapatkan pekerjaan kembali sebagai pekerja formal di era pandemi Covid-19, baik pelatihan Prakerja maupun pelatihan Non Prakerja. Terbatasnya penelitian di Indonesia terkait pengaruh pelatihan terhadap peluang bekerja kembali sebagai pekerja formal, sehingga penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh pelatihan terhadap peluang bekerja kembali sebagai pekerja formal pada pekerja yang terkena PHK akibat pandemi Covid-19. Berdasarkan hasil analisis regresi binomial dan multinomial dengan menggunakan data Sakernas Agustus 2020 dan Februari 2021 diperoleh hasil bahwa pada Agustus 2020 pelatihan memiliki pengaruh dalam meningkatkan peluang bekerja kembali sebagai pekerja formal. Namun, hanya pelatihan Non Prakerja yang memiliki pengaruh dalam meningkatkan peluang bekerja kembali sebagai pekerja formal. Sedangkan pelatihan Prakerja tidak memiliki pengaruh terhadap peluang bekerja sebagai pekerja formal, tetapi memiliki pengaruh terhadap peluang bekerja sebagai pekerja informal. Sementara itu, pelatihan tidak memiliki pengaruh terhadap peluang bekerja kembali sebagai pekerja formal, baik pelatihan Prakerja maupun pelatihan Non Prakerja pada Februari 2021. ......The Covid-19 pandemic has impacted the high number of layoffs which has implications for the high unemployment rate in Indonesia. Laid-off workers have declined financial capacities, so workers must re-employment to fulfill their daily needs. In the era of the Covid-19 pandemic, many people still interested in being formal workers because their wages are higher than informal workers. Training is the one of human capital investment which is considered to be one solution to increase re- employment probabilities as formal workers in the Covid-19 pandemic, both Prakerja training and Non Prakerja training. The limited research in Indonesia related to the effect of training on opportunities to re-employment as formal workers, so this study aims to examine the effect of training on re-employment probabilities as formal workers in laid-off workers due to the Covid-19 pandemic. Based on the results of binomial and multinomial regression analysis using Sakernas data in August 2020 and February 2021, it was found that in August 2020 training has an influence in increasing the re- employment probabilities as formal workers. However, only Non Prakerja training has an effect in increasing the re-employment probabilities as formal workers. While Prakerja training has no effect on the employment probabilities as formal workers, but has an influence on the employment probabilities as informal workers. Meanwhile, training has no effect on the re-employment probabilities as formal workers, both Prakerja training and Non Prakerja training in February 2021.
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Enggar Paskhalis Lahu
Abstrak :
Indonesia sebagai negara berkembang berupaya mengoptimalkan penerimaan PMA dalam rangka meningkatkan penyerapan tenaga kerja. Peningkatan PMA Indonesia berkorelasi dengan penurunan tingkat pengangguran namun tidak disertai penurunan jumlah pekerja informal. Dilihat dari pola sebarannya, realisasi PMA tidak terjadi secara acak melainkan mengikuti karaktersitik daerah penerima dan terkait dengan jenis sektor yang diterima. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis peran PMA sektoral terhadap tenaga kerja yang mencakup pekerja formal, pekerja informal, dan pengangguran menggunakan data panel kabupaten kota tahun 2010-2019. Kami menggunakan Spatial Durbin Model (SDM) untuk merelaksasi asumsi spatial independent yang umumnya digunakan dalam penelitian terdahulu. Hasil estimasi menunjukkan bahwa PMA sektoral memiliki pengaruh spasial yang berbeda terhadap perubahan tenaga kerja. Pengaruh PMA lebih besar terhadap perubahan tenaga kerja daerah lain dibandingkan daerah penerima itu sendiri. PMA manufaktur mampu memberikan keuntungan spasial yang lebih baik dibandingkan PMA sektoral lainnya. PMA agrikultur, PMA pertambangan, dan PMA agregat menurunkan kualitas pekerjaan akibat tradeoff antara pekerja formal dan informal. PMA agrikultur merupakan kategori PMA yang memberikan manfaat terendah bagi tenaga kerja di Indonesia karena berperan meningkatkan pengangguran sekaligus menurunkan kualitas pekerjaan. Kualitas sumber daya manusia, spesialisasi sektor, dan infrastruktur berperan signifikan dalam menentukan pengaruh spasial PMA sektoral terhadap tenaga kerja. Hasil analisis menekankan pentingnya mempertimbangkan efek spasial PMA terhadap perubahan tenaga kerja. ......Indonesia as a developing country is trying to optimize FDI receipts in order to increase employment. The increase in Indonesian FDI correlated with a decrease in the unemployment rate but not with a in the number of informal workers. The distribution of FDI realization does not occur randomly but follows the characteristics of the recipient area and is related to the type of sector received. This study aims to examine the role of sectoral FDI on the workforce which includes formal workers, informal workers, and unemployed using panel data from city districts in 2010-2019. We use the Spatial Durbin Model (SDM) to relax the assumptions of spatial independence that are commonly used in previous studies. The estimation results show that sectoral FDI has a different spatial effect on changes in the workforce. The influence of FDI is greater on changes in the workforce of other regions than the receiving regions themselves. Manufacturing FDI is able to provide a better spatial advantage than other sectoral FDI. FDI in agriculture, mining, and aggregate reduce the quality of work due to the tradeoff between formal and informal workers. FDI in agriculture is a category of PMA that provides the lowest benefits for workers in Indonesia because it plays a role in increasing unemployment as well as reducing the quality of work. The quality of human resources, sector specialization, and infrastructure play a significant role in determining the spatial effect of sectoral FDI on the workforce. The results of the analysis emphasize the importance of considering the spatial effect of FDI on changes in the workforce.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amira Fairuza
Abstrak :
Penduduk Jabodetabek membutuhkan mobilitas untuk menjalani kehidupan sehari-hari, berpindah dari rumah dan komunitas mereka ke tempat-tempat kegiatan sosial ekonomi mereka. Hasilnya, MRT Jakarta adalah pilihan yang tepat untuk transportasi komunitas yang bertanggung jawab secara ekologis yang dapat mengakomodasi berbagai macam perjalanan, termasuk yang dibuat untuk tujuan cepat pergi ke dan dari tempat kerja. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi karakteristik sosio-demografis, mengidentifikasi pergerakan pengguna berdasarkan segmen first-mile dan last-mile, dan mengidentifikasi penilaian pengguna semua segmen perjalanan oleh MRT Jakarta; serta mengidentifikasi pengaruh karakteristik sosiodemografi dan pergerakan pengguna terhadap penilaian pengguna. Penelitian ini menggunakan strategi kuantitatif, dengan menggunakan kuesioner sebagai instrumen penelitian utama, dilengkapi dengan observasi lapangan, dokumen sekunder, dan kajian pustaka yang relevan. Purposive sampling digunakan, dan calon responden dipersempit menjadi mereka yang bekerja di lingkungan kantor tradisional di DKI Jakarta dan yang menggunakan MRT Jakarta untuk pergi ke sana dan kembali dari rumah. Analisis regresi linier berganda, analisis deskriptif geografis, dan statistik deskriptif digunakan sebagai alat analisis. Di antara mereka yang menggunakan MRT Jakarta untuk pergi bekerja, mereka yang berusia antara 17 dan 25 tahun merupakan demografi terbesar (69,6%), diikuti oleh mereka yang secara fisik dapat mengendarai mobil sendiri (40,2%). Perjalanan harian seseorang dipengaruhi oleh sejumlah faktor, termasuk jarak dari rumah, kedekatan dengan stasiun MRT terdekat di Jakarta, dan akses transportasi pribadi. Segmen travel MRT Jakarta memiliki rating sangat baik (86,1), kualitas segmen last mile akumulasi sangat baik (81,4) namun belum didukung dari segi fasilitas bersepeda, dan kemudahan melanjutkan perjalanan yang baik. Kualitas segmen first mile belum didukung dalam situasi berjalan kaki dan bersepeda. Demografi pengguna dan kebiasaan mobilitas mereka memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pendapat mereka tentang MRT di Jakarta, seperti yang ditunjukkan oleh analisis regresi linier multivariat. ......The residents of Jabodetabek require mobility to go about their daily lives, moving from their homes and communities to the sites of their many socioeconomic pursuits. As a result, the Jakarta MRT is a viable option for ecologically responsible, community-wide transportation that can accommodate a wide range of excursions, including those made for the express purpose of getting to and from work. The purpose of this study is to identify socio-demographic characteristics, identify user movements based on first-mile and last-mile segments, and identify user ratings of all travel segments by MRT Jakarta; and identify the influence of sociodemographic characteristics and user movements on user ratings. This study employed a quantitative strategy, using questionnaires as the primary research instrument, complemented by field observations, secondary documents, and a review of the relevant literature. Purposive sampling was used, and the pool of potential respondents was narrowed down to those who were employed in traditional office settings in DKI Jakarta and who used the Jakarta MRT to go there and back from home. Multiple linear regression analysis, geographical descriptive analysis, and descriptive statistics were employed as analytical tools. Among those who used the Jakarta MRT to get to work, those between the ages of 17 and 25 made up the largest demographic (69.6%), followed by those who were physically able to drive their own cars (40.2%). Individuals' daily commutes are influenced by a number of factors, including their distance from home, proximity to the nearest MRT station in Jakarta, and access to private transportation. The Jakarta MRT travel segment has a very good rating (86.1), a very good accumulated last mile segment quality (81.4) but is not yet supported in terms of cycling facilities, and a good ease of continuing a trip. The first mile segment quality has not been supported in terms of walking and cycling situations. Users' demographics and their mobility habits have a significant impact on their opinions about the MRT in Jakarta, as shown by a multivariate linear regression analysis.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Karina Nisa Aprilia
Abstrak :
Pandemi COVID-19 terjadi di seluruh dunia, dan juga di Indonesia. Selain menyebabkan korban jiwa, pandemi ini juga menyebabkan kerugian di berbagai sektor. Pemerintah berupaya mengurangi penyebaran COVID-19 dengan menerapkan berbagai kebijakan seperti kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB), serta kebijakan terkait lainnya. Namun kebijakan ini belum efektif dilihat dari tingkat penyebaran COVID-19 yang belum menurun. Kurangnya kesadaran masyarakat menjadi penyebab tingkat penyebaran COVID-19 di Indonesia. Untuk itu penelitian ini meneliti pengaruh dari dukungan sosial dan kepercayaan sosial pada respons efikasi terhadap COVID-19 menggunakan metode structural equation modeling (SEM). Faktor tersebut dipilih karena dukungan sosial merupakan aspek penting di kehidupan masyarakat Indonesia. Adapun penelitian ini dilakukan pada pekerja formal dan informal, karena pekerja masih diharuskan beraktivitas di luar rumah. Hasil menunjukan bahwa dukungan sosial dan kepercayaan sosial lebih berpengaruh pada pekerja formal dibandingkan pekerja informal. Rekomendasi strategi disusun berdasarkan studi literatur. Setelah itu, pemberian bobot dilakukan menggunakan relationship matrix. Hasil dari relationship matrix tersebut adalah tujuh strategi untuk diprioritaskan bagi pekerja formal, dan tiga strategi yang di prioritaskan bagi pekerja informal ......The COVID-19 pandemic has occurred throughout the world, and also in Indonesia. Apart from causing casualties, this pandemic also caused losses in various sectors. The government try to reduce the spread of COVID-19 by implementing various policies such as the large-scale social restriction (PSBB) policy, as well as other related policies. However, this policy has not been effective in view of the level of the spread of COVID-19 which has not decreased. Lack of public awareness is the cause of the spread of COVID-19 in Indonesia. For this reason, this study examines the effect of social support and social trust on the efficacy response to COVID-19 using the structural equation modeling (SEM) method. This factor was chosen because social support is an important aspect of the life of Indonesian society. This research was conducted on formal and informal workers, because workers are still required to have activities outside the home. The results show that social support and social trust are more influential on formal workers than informal workers. Strategy recommendations are compiled based on literature studies. After that, the weighting was done by using a relationship matrix. The results of the relationship matrix are seven prioritized strategies for formal workers, and three prioritized strategies for informal workers.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library