Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 16 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ling, Ching
Peking: Foreign Language Press, 1964
895.135 LIN b
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Susanto
Abstrak :
[ABSTRAK
Fokus penelitian ini adalah mengetahui pengaruh karakteristik individu terhadap upah pekerja konstruksi menggunakan data SAKERNAS 2013 dengan jumlah responden 13.365 dan menggunakan analisis regresi linier berganda dengan metode ordinary least square (OLS). Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel bebas meliputi umur, jenis kelamin, status kawin, tempat tinggal, pendidikan, pelatihan, regional, hari kerja mempunyai pengaruh positif terhadap upah pekerja konstruksi. Penerimaan upah maksimum terjadi pada umur 46,43 tahun, sedangkan setiap penambahan umur 1 tahun akan menambah penghasilan sebesar 2,6%. Jenis kelamin laki-laki akan mendapatkan upah sebesar 3,49% > berjenis kelamin perempuan. Status kawin akan menerima upah sebesar 10,34% > tidak kawin. Sedangkan pekerja yang tinggal di kota akan menerima upah sebesar 13,43% > pekerja yang tinggal di desa. Pendidikan tamat SMP akan menerima upah sebesar 6,64% , berpendidikan tamat SMA+ sebesar 26,18% lebih tinggi dari pekerja yang berpendidikan <=SD. Pekerja yang mengikuti pelatihan kerja (bangunan batu, kayu dan beton) akan mendapatkan upah sebesar 25,72% > tidak mengikuti pelatihan kerja. Dan pekerja yang tinggal di Pulau Sumatera akan mendapatkan upah sebesar 29,78%, Pulau Jawa sebesar 10,01%, Pulau Kalimantan sebesar 50,75%, Pulau Sulawesi sebesar 26,26% dan Pulau Maluku serta Papua yang akan mendapat upah sebesar 45,08% lebih tinggi jika di bandingkan dengan pekerja yang tinggal di pulau Bali dan Nusa Tenggara.
ABSTRACT
The focus of this study find out of the effect of individual characteristics on the wages of construction workers using SAKERNAS 2013 with 13.365 number of respondents and using multiple linear regression analysis with the method of Ordinary Least Squares (OLS). Results of research shows that the independent variables consist of age, gender, marital status, place of residence, education, training, regional, working days have a positive effect on the wages of construction workers. The maximum wages occurs at the age of 46.43 years, and base on inferential analysis can conclude that every additional 1 year of age will increase revenue 2.6%. Male will get wages 3.49% > female. Marital status will get wages 10.34% > are not married. While workers living in the city will receive a wage 13.43% > worker who lives in the village. Junior high school will receive wages 6.64%, completed high school plus will receive wages 26.18% higher than <= SD. Workers who follow vocational training (masonry, wood and concrete) will get wages 25.72% > does not follow vocational training. And workers who live on the island of Sumatra will get wages 29.78%, 10.01% Java, 50.75% Borneo, 26.26% Sulawesi and 45,08% Maluku and Papua island higher when compared with workers who live on the island of Bali and Nusa Tenggara, The focus of this study find out of the effect of individual characteristics on the wages of construction workers using SAKERNAS 2013 with 13.365 number of respondents and using multiple linear regression analysis with the method of Ordinary Least Squares (OLS). Results of research shows that the independent variables consist of age, gender, marital status, place of residence, education, training, regional, working days have a positive effect on the wages of construction workers. The maximum wages occurs at the age of 46.43 years, and base on inferential analysis can conclude that every additional 1 year of age will increase revenue 2.6%. Male will get wages 3.49% > female. Marital status will get wages 10.34% > are not married. While workers living in the city will receive a wage 13.43% > worker who lives in the village. Junior high school will receive wages 6.64%, completed high school plus will receive wages 26.18% higher than <= SD. Workers who follow vocational training (masonry, wood and concrete) will get wages 25.72% > does not follow vocational training. And workers who live on the island of Sumatra will get wages 29.78%, 10.01% Java, 50.75% Borneo, 26.26% Sulawesi and 45,08% Maluku and Papua island higher when compared with workers who live on the island of Bali and Nusa Tenggara]
2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Azyyati Nabiilah Zahra
Abstrak :
Kelelahan merupakan salah satu faktor pembentuk kecelakaan tim kerja di konstruksi. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran kondisi kelelahan pekerja konstruksi PT.X. Dengan desain penelitian cross sectional, menggunakan kuesioner Industrial Fatigue Research Committee, didapatkan 100 pekerja mengalami kelelahan saat sebelum dan setelah bekerja, dengan proporsi kelelahan diatas rendah meningkat setelah bekerja dari 52,5 menjadi 69,3 , artinya dibutuhkan penilaian lanjut dan perbaikan. Upaya pengendalian yang sudah dilakukan membatasi jam kerja lembur, penyediaan mess, dan olahraga rutin. Upaya lain yang dapat dilakukan memperketat kebijakan jam kerja, promosi perilaku hidup sehat, dan pengendalian faktor lingkungan kerja. ...... Fatigue is one of the main factor of worker rsquo s accident in construction. This study aimed to find out the fatigue conditions of PT. X construction workers. Using cross sectional design and Industrial Fatigue Research Committee Questionnaire, it was found that 100 of workers experience fatigue before and after work, with the prevalence of fatigue above low increased after working from 52.5 to 69.3 , meaning that further assessment and improvement were needed. Control measures that had been done were limiting the overtime hours, providing temporary shelter, and regular exercise. It was suggested to tighten the policy of working hours, promote healthy lifestyle, and control working environment factors.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
S68368
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Angelica Savitrie Joanna
Abstrak :
Melalui gangguan ekonomi dan dampak pada jam kerja yang masif, krisis Covid-19 telah berdampak pada 3,3 miliar tenaga kerja dunia. Salah satu sektor ekonomi yang berdampak akibat virus Covid-19 adalah sektor konstruksi. Ketakutan dan kecemasan tentang penyakit Covid-19 dan faktor-faktor lainnya dapat berpengaruh terhadap tingkat distres.  Tujuan penelitian ini ingin menganalisis faktor bahaya psikososial yang berhubungan dengan tingkat distres pada sektor konstruksi Proyek XYZ di masa pandemi Covid-19. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret-Juni 2022 dengan menggunakan metode kuantitatif dengan desain studi cross-sectional. Responden dan sampel pada penelitian ini adalah seluruh staff kontraktor serta subkontraktor pada Proyek PT XYZ. Distres diukur menggunakan Pandemic-Related Perceived Stress Scale of Covid-19 (PSS-10-C). Data dianalisis menggunakan Chi-Square dan regresi logistic ganda. Pada Proyek PT XYZ memiliki tingkat distres sedang (67.6%) dan rendah (32.4%). Analisis regresi logistic ganda menunjukan bahwa faktor dominan yang berhubungan dengan tingkat distres yaitu hubungan keluarga-pekerjaan. Proyek PT XYZ mengalami tingkat distres sedang dan rendah selama pandemi Covid-19. Hubungan keluarga-pekerjaan yang baik dibutuhkan untuk mencegah meningkatnya tingkat distres di sektor konstruksi PT XYZ selama pandemi Covid-19. ......Through economic disruption and massive impact on working hours, the Covid-19 crisis has impacted the world's 3.3 billion workforce. One of the economic sectors impacted by the Covid-19 virus is the construction sector. Fear and anxiety about the Covid-19 disease and other factors can affect the level of distress. This study aims to analyze the psychosocial hazard factors associated with the level of distress in the PT XYZ Project construction sector during the Covid-19 pandemic. This research was conducted in March-June 2022 using quantitative methods with a cross-sectional study design. Respondents and samples in this study were all contractor staff and subcontractors on the PT XYZ Project. The distress level is measured using the Pandemic-Related Perceived Stress Scale of Covid-19 (PSS-10-C). Data are analyzed using Chi-Square and multiple logistic regression. The PT XYZ project has a moderate (67.6%) and low (32.4%) levels of distress. Multiple logistic regression analysis showed that the dominant factor associated with the level of distress is family-work relationship. The PT XYZ project experienced moderate and low levels of distress during the Covid-19 pandemic. Good family – work relationships is needed to prevent an increase in the level of distress in PT XYZ's construction sector during the Covid-19 pandemic.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Resty Wulandari
Abstrak :
Distres kerja menjadi masalah kesehatan yang cukup serius di industri konstruksi. Distres kerja dikaitkan dengan perasaan emosional dan mental, tapi juga dapat berdampak buruk pada kesehatan secara fisik, menurunkan motivasi, produktivitas, dan kepuasan kerja. Ada berbagai faktor yang mempengaruhi timbulnya distres kerja. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor risiko distres kerja pada pekerja konstruksi proyek XYZ, baik faktor individu, faktor psikososial, dan faktor dukungan sosial. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional. Penelitian dilakukan pada pekerja konstruksi XYZ pada bulan Maret-Mei 2023. Jumlah sampel penelitian adalah 127 responden yang diambil dengan teknik non random sampling. Kuesioner yang digunakan adalah Short Version-New Brief Job Stress Questionnaire (SV-NBJSQ) dan 3 pertanyaan tambahan. Analisis data dilakukan dengan menggunakan uji statistik chi-square dan regresi logistik. Hasil penelitian menunjukkan faktor risiko yang berhubungan dengan distres kerja adalah faktor psikososial job control, kompatibilitas dengan pekerjaan, interaksi dengan atasan, interaksi dengan organisasi, dan faktor dukungan sosial. Hasil analisis menunjukkan variabel yang dominan berhubungan dengan distres kerja adalah job control dan dukungan sosial. Dari kedua variabel tersebut, dukungan sosial adalah variabel yang paling dominan berhubungan dengan distres kerja (AOR=4,062) ......Job distress is a serious health problem in the construction industry. Job distress is associated with emotional and mental feelings, but it can also have a negative impact on physical health, reducing motivation, productivity and job satisfaction. There are various factors that influence the emergence of job distress. This study aims to analyze the risk factors of job distress on XYZ construction workers, including individual factors, psychosocial factors, and social support factors. This research used a cross sectional design. The research was conducted on XYZ construction workers in March-May 2023. The number of samples in this study were 127 respondents who were taken using a non-random sampling technique. The questionnaire used is the Short Version – New Brief Job Stress Questionnaire (SV-NBJSQ) and 3 additional questions. Data analysis was performed using the chi-square and logistic regression statistical test. The results showed that the risk factors associated with job distress were psychosocial factors, job control, job compatibility, interactions with superiors, interactions with organizations, and social support factors. The results of the analysis show that the dominant variable related to job distress are job control and social support. Among these two variables, social support is the most dominant variable related to job distress (AOR=4,062).
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nusyulia Nurfita
Abstrak :
ABSTRAK
Pekerja konstruksi berisiko untuk mengalami gangguan otot rangka. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor risiko dari gejala gangguan otot rangka pada pekerja konstruksi. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret-April 2018 dengan melibatkan156 pekerja. Desain dari peneltian inia dalah cross sectional. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan QEC, kombinasi kuesioner psikososial, NMQ, lux meter, dan WBGT. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara faktor individu jenis pekerjaan dan status merokok dengan gejala gangguan otot rangka. Tingkat risiko yang berhubungan dangan gejala gangguan otot rangka adalah pada tingkat risiko tinggi dan sangat tinggi. Sedangkan pada faktor psikososial yang berhubungan dengan gejala gangguan otot rangka adalah tuntutan kerja dan dukungan rekan. Oleh karena itu perlu dilakukan perubahan dan intervensi untuk mengurangi risiko pada gangguan otot rangka melalui beberapa pengendalian terutama faktor fisik dan psikososial.
ABSTRACT
Construction workers are at risk to develop musculoskeletal disorders. The purpose of this research is to analyze risk factors of musculoskeletal symptomps in construction workers. The research was conducted in March April 2018 involving 156 workers. The design of this research is cross sectional. Data was collected with QEC, combination of psychosocial questionnaire, NMQ, lux meter, and WBGT. The results show that there are significant association between the individual factors type of work and smoking with the musculoskeletal symptomps. The level of risk associated with muskeletal symptoms are high and very high risk level. While the the psychosocial factors associated with musculoskeletal symptoms are high job demands and low co workers support. Therefore it is necessary to make changes and interventions to reduce the risk musculoskeletal disorder through some control, especially physical and psychosocial factors.
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Naila Allika Zatialiyah Mayuza
Abstrak :
Sektor konstruksi merupakan salah satu sektor yang berkontribusi besar menyumbang kejadian kecelakaan kerja di Indonesia. Sebagian besar kecelakaan kerja disebabkan oleh persepsi pekerja yang belum menganggap keselamatan menjadi prioritas utama. Dalam mencegah kejadian kecelakaan diperlukan budaya keselamatan yang baik di tempat kerja. Oleh karena itu, pendekatan yang dapat dilakukan salah satunya dengan memahami persepsi pekerja akan keselamatan yang dikenal dengan iklim keselamatan. Skripsi ini bertujuan untuk memberikan gambaran iklim keselamatan melalui survei persepsi pekerja terhadap komitmen manajemen, komunikasi K3, aturan dan prosedur K3, pelatihan K3, akuntabilitas pribadi, dan lingkungan yang mendukung. Desain penelitian deskriptif dan metode proportionate stratified random sampling digunakan dalam studi ini. Penelitian ini dilakukan pada 76 pekerja yang bersedia untuk memberikan tanggapan melalui kuesioner. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa iklim keselamatan pada proyek konstruksi dalam kondisi baik. Persepsi pekerja pada dimensi komitmen manajemen mendapatkan penilaian terbaik dari keenam dimensi iklim keselamatan. Hal tersebut menunjukkan bahwa pekerja menaruh kepercayaan akan penerapan keselamatan dan kesehatan kerja yang telah dilakukan oleh perusahaan di tempat kerja. Apabila ditinjau berdasarkan karakteristik demografi diketahui bahwa nilai iklim keselamatan selaras dengan tingkat jabatan, pengalaman kerja, dan status pekerja. Untuk dapat meningkatkan iklim keselamatan, perusahaan perlu memperhatikan dimensi akuntabilitas pribadi untuk dapat menghilangkan perasaan khawatir pekerja akan risiko kecelakaan di tempat kerja ......Construction sector is one of the significant contributors to the occurrence of occupational injuries in Indonesia. Most of the occupational injuries are the results from the workers' perception that safety isn't a top priority. To prevent accidents, a good safety culture is necessary at the workplace. As a result, an approach that can be taken is to understand workers' perceptions of safety, the so-called safety climate. This study aims to provide an overview of the safety climate through a survey of workers' perceptions of management commitment, communication, rules and procedures, training, personal accountability, and supportive environment. In this study, a descriptive research design was used as well as a proportionate stratified random sampling method. This study was conducted on 76 workers who were willing to provide responses through a questionnaire. The results of this study show that the safety climate in the construction project is in a good state. Workers' perceptions of the managerial commitment receive the best assessment of the six dimensions of the safety climate. This shows that workers have confidence in the application of safety performed by the company at the workplace. When they are examined on the basis of demographic characteristics, it's known that the value of the safety climate corresponds to the level of the job, the work experience, and the status of the workers. In order to improve the safety climate, companies should pay attention to personal accountability so that they can remove the workers' feelings of concern about the risk of occupational injuries at the workplace
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuni Kusminanti
Abstrak :
Pemberian alat pelindung diri adalah salah satu upaya untuk mengurangi tingkat kecelakaan kerja. Berdasarkan beberapa literatur dan pengamatan langsung olch peneliti diperoleh informasi bahwa pelaksanaan pemberian alat pelindung diri ini seringkali menemui hambatan. Misalnya tingkat kedisiplinan pekerja untuk memakai alat pelindung diri masih belum optimal yang disebabkan oleh masih kurangnya kesadaran pekerja terhadap pentingnya alat pelindung diri, pola pengawasan dari pimpinan, dan adanya faktor-faktor yang dianggap menghambat untuk memakai alat pelindung diri, Salah satu jenis alat pelindung diri adalah helm, yaitu alat yang ditujukan untuk melindungi kepala dari bahaya di atas kepala, Kebutuhan helm ini sangat besar pada jenis pekerjaan di konstruksi bangunan bertingkat. Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk melihat faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi perilaku menggunakan helm dengan menggunakan salah satu teori untuk memprediksi perilaku yaitu teori reasoned action dan teori planned behavior. Melalui teori ini perilaku dapat diprediksi melalui tiga determinan perilaku yaitu sikap, norma subjektif dan perceived behavioral control. Partisipan penelitian ini adalah pekerja tingkat pelaksana pekerjaan konstruksi bangunan. Jumlah partisipan keseluruhan adalah 135 orang. Penelitian ini menggunakan alat ukur berupa kuesioner yang berisi dengan pernyataan tentang variabel penelitian yang disusun dalam skala dengan rentang skor 1-4. Analisis hasil penelitian ini menggunakan perhitungan regresi berganda, yang kemudian diperoleh R Square sumbangan ketiga variabel sikap, norma subjektif, dan perceived behavioral control terhadap variabel intensi untuk menggunakan helm adalah sebesar 8,4 %. Besar sumbangan ini menunjukkan adanya sumbangan variabel lain yang juga berkontribusi terhadap intensi perilaku memakai helm. Sedangkan berdasarkan uji F, diperoleh nilai F adalah 5.114 yaitu di atas 3.94 maka dapat dikatakan bahwa terdapat sumbangan yang signifikan dari ketiga variabel sikap, norma subjektif, dan perceived behavioral control terhadap variabel intensi untuk menggunakan helm. Variabel Norma subjektif secara signifikan mempunyai hubungan positif dengan intensi untuk menggunakan helm (sig T.002) serta memberikan sumbangan relatif terhadap intensi sebesar 0.261
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2005
T38531
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Luh Putu Putri Jayanthi
Abstrak :
Pekerjaan konstruksi merupakan salah satu pekerjaan yang memiliki risiko kecelakaan kerja yang tinggi. Kelelahan merupakan risiko paling kritis penyebab dari kecelakaan kerja yang terjadi. Oleh karena itu penelitian ini dilakukan untuk melihat proporsi usia, status gizi (Indeks Masa Tubuh), status kesehatan, masa kerja, jam kerja, waktu istirahat, kebiasaan olahraga, konsumsi kafein, konsumsi alkohol, kebiasaan merokok, kualitas tidur, kepuasan kerja, tuntutan di tempat kerja, kontrol terhadap pekerjaan, dukungan sosial dan stres kerja terhadap kelelahan kerja itu sendiri, serta uji kelelahan secara subjektif dan objektif. Penelitian kelelahan ini dilakukan secara objektif dengan menggunakan alat berupa aplikasi sleep 2 peak dan subjektif dengan kuesioner yang meliputi Industrial Fatigue Research Committee (IFRC), Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI), Sleep Hygiene Index untuk melihat higiene tidur dan kuesioner adaptasi dari Copenhagen Psychosocial Questionnaire-III yang menyasar kepada 75 pekerja konstruksi Light Rail Transit (LRT) PT. X, dimana perusahaan ini juga bergerak di bidang konstruksi bangunan dan merupakan jenis pekerjaan baru di PT. X. Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional study dengan pendekatan deskriptif kuantitatif. Analisis dari penelitian ini secara bivariat diperoleh bahwa ada perbedaan yang signifikan pada uji kelelahan secara subjektif dan kelelahan secara objektif (p=0,000). Serta secara multivariat diperoleh bahwa ada hubungan yang signifikan antara status kesehatan, kualitas tidur, higiene tidur, kepuasan kerja, tuntutan dalam pekerjaan, kontrol pekerjaan, dukungan sosial dan stres kerja terhadap kelelahan. ......Construction work is one job that has a high risk of workplace accidents. Fatigue is the most critical risk of the cause of workplace accidents that occur. Therefore this study was conducted to look at the proportion of age, nutritional status (Body Mass Index), health status, working period, working time, rest periods, exercise habits, caffeine consumption, alcohol consumption, smoking habits, sleep quality, job satisfaction, demands in the workplace, job control, social support and work stress on work exhaustion itself, as well as subjective and objective fatigue tests. This fatigue study was conducted objectively by using a tool such as the application of sleep 2 peak and subjective with a questionnaire covering the Industrial Fatigue Research Committee (IFRC), Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI), Sleep Hygiene Index to see sleep hygiene and adaptation questionnaires from Copenhagen Psychosocial Questionnaire-III which targets 75 construction workers of Light Rail Transit (LRT) PT. X, where the company is also engaged in building construction and is a new type of work at PT. X. This study uses a cross-sectional study design with a quantitative descriptive approach. The analysis of this study was bivariately obtained that there were significant differences in subjective fatigue and objective fatigue tests (p = 0,000). As well as multivariate, it was found that there was a significant relationship between health status, sleep quality, sleep hygiene, job satisfaction, job demands, job control, social support and work stress on fatigue.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T53602
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>