Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Vergina Sitar O. B.
"Krim dapat dibuat dengan metode hot process ataupun cold process.
Pada penelitian ini diformulasikan krim pelembab yang mengandung asam
glikolat dengan metode pembuatan secara cold process menggunakan basis
krim Emulgade® CM dan Emulgade® CPE masing-masing pada kecepatan
pengadukan 2000 rpm dan 4000 rpm. Adanya asam glikolat dan kecepatan
pengadukan yang berbeda diperkirakan dapat mempengaruhi stabilitas fisik
krim. Uji stabilitas dilakukan melalui cycling test, uji mekanik dan pengamatan
pada penyimpanan selama 8 minggu di suhu kamar, suhu tinggi (40oC±2oC),
dan suhu rendah (4oC±2oC). Parameter kestabilan pada ketiga suhu yaitu
organoleptis, pH, diameter globul rata-rata diukur setiap 2 minggu selama 8
minggu, sedangkan konsistensi dan viskositas diukur pada awal pembuatan
dan akhir penyimpanan minggu ke-8. Semua krim menunjukkan kestabilan
fisik berdasarkan pengamatan organoleptis, pemeriksaan pH, diameter globul
rata-rata, cycling-test dan uji mekanik."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2009
S32705
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nadhifah Salsabila
"Kulit kering disebabkan karena kurangnya kelembaban pada kulit, yang sering ditandai dengan pola garis-garis halus, kerak, dan gatal. Gejala ini dapat diatasi dengan menggunakan pelembab yang dapat menghidrasi dan melembabkan kulit. Penelitian ini bertujuan untuk membuat formulasi gel okra dan mengetahui kemampuan gel tersebut dalam melembabkan kulit. Pada penelitian ini, serbuk mucilago ekstrak okra diformulasikan menjadi sediaan gel dengan konsentrasi 10% (F1) dan 15% (F2). Gel okra F1 dan F2 yang diperoleh, dilakukan pengamatan secara organoleptis, serta dilakukan uji stabilitas pada ruang 30±2°C dan suhu tinggi 40±2°C selama 3 bulan. Setelah itu dilakukan pula uji keamanan menggunakan patch test dan uji manfaat dengan membandingkan kelembaban antara gel okra dan gel blanko pada 24 sukarelawan wanita berusia 20-40 tahun. Gel okra F1 dan F2 yang diperoleh tidak memiliki perubahan warna dan bau. Dari hasil uji stabilitas menunjukkan bahwa setelah penyimpanan 3 bulan, pH gel tidak berubah yaitu berada di rentang 4,5-6,5. Hasil uji keamanan menunjukkan bahwa gel tidak mengakibatkan iritasi pada satupun sukarelawan. Hasil uji manfaat didapatkan bahwa gel okra dapat melembabkan kulit pada waktu 180 menit setelah aplikasi. Berdasarkan hasil tersebut, bahwa sediaan gel yang mengandung okra stabil, aman, dan memiliki khasiat yang diinginkan. Dari penelitian ini diharapkan sediaan okra dapat menjadi salah satu produk alternatif pelembab kulit.

Dry skin is a condition where the skin lacks moisture, which is often characterized by a pattern of fine lines, crusts, and itching. These symptoms can be overcome by using a moisturizer that can hydrate and moisturize the skin. This study aims to make a gel formulation of okra and determine the ability of the gel to moisturize the skin. In this study, mucilago powder of okra extract was formulated into a gel preparation with concentrations of 10% (F1) and 15% (F2). Okra gels F1 and F2 were tested by organoleptic and stability test at different temperatures which were room temperature 30±2°C and high temperature 40±2°C for 3 months. After that, a safety test using a patch test and efficacy test by comparing the moisture between okra gel and blank gel on 24 female volunteers aged 20-40 years. Okra gels F1 and F2 obtained did not have change in color and odor. The stability test results showed that after 3 months of storage, the pH of gel did not change, which was in range of 4,5-6,5. The safety test results showed that the gels did not cause irritation in any volunteers. The results of efficacy test showed that okra gel could moisturize the skin within 180 minutes after application. Based on these results, the gel preparation containing okra is stable, safe, and has the desired properties. From this research, it is expected that okra preparations can be an alternative skin moisturizer product. "
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Soeklola Muliady
"Keringnya kulit menua pada wanita disebabkan oleh penipisan struktur kulit, berkurangnya produksi Natural Moisturizing Factor serta penurunan kadar estrogen. Krim pelembab kulit menua pada umumnya mengandung gliserin dalam konsentrasi tinggi, tetapi kurang disukai ketika digunakan. Tujuan penelitian ini adalah menggabungkan 4% ekstrak etanol biji kelabet dan 2% malam lebah untuk menghasilkan krim pelembab (krim uji) yang lebih efektif, aman, disukai serta stabil untuk melembabkan kulit menua dibandingkan dengan gliserin 10% (krim kontrol). Uji manfaat (efektivitas) kedua krim diukur berdasarkan pengamatan skor gambaran klinis dan skor korneometer CM825® pada 33 sukarelawan wanita berusia 30-45 tahun. Uji keamanan dinilai dengan patch test. Tingkat kesukaan kedua krim dinilai dengan uji perbandingan jamak. Uji stabilitas mencakup cycling test, uji mekanik, uji stabilitas dipercepat selama 12 minggu serta uji efektivitas pengawet. Hasil uji manfaat menunjukkan krim uji dinilai lebih efektif untuk melembabkan kulit menua dibandingkan dengan krim kontrol. Hasil uji keamanan menunjukkan kedua krim tidak mengakibatkan iritasi. Uji perbandingan jamak menunjukkan kedua krim samasama kurang disukai. Tidak terjadi pemisahan fase pada uji stabilitas dan penggunaan pengawet dinilai sudah cukup efektif. Berdasarkan penelitian, terdapat perubahan warna, pembesaran diameter globul, penurunan kadar pH, penurunan viskositas serta konsistensi, sehingga dapat disimpulkan kedua krim yang dihasilkan kurang stabil.

Dry aging skin on women is caused by thinning of skin structure, less production of Natural Moisturizing Factor and estrogen level decrease. Generally, moisturizer creams for aging skin contain high concentrate of glycerin, although less comfortable to use. The aim of this research is to combine 4% ethanol extract of fenugreek seeds and 2% of beeswax to produce moisturizer cream (herbal cream) which is more effective, safe, comfortable and stable to moisturize the aging skin compared to glycerin 10% (control cream). Efficacy test for both creams were measured based on observation of clinical score and corneometer CM825® score for 33 women volunteers aged 30-45 years old. Safety test was evaluated by patch test. The comfortability level for both creams were determined by pair comparison test. The stability test consists of cycling test, mechanic test, accelerated stability test within 12 weeks and preservative effectiveness test. The result of efficacy test showed that the herbal cream was more effective to moisturize the aging skin compared to the control cream. The safety test indicated that both creams did not cause irritations. The pair comparison test showed that both creams were less comfortable to use. There was no emulsion breaking during stability test and preservative was adequately effective. During the research, there were change in color, enlargement of globule diameter, decrease in pH level as well as viscosity decrease and inconsistency; hence it can be concluded that both creams were less stable.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
T30482
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Salsabiela Haz Ekaputri
"ABSTRAK
Kulit merupakan organ tubuh yang mampu menjaga kelembabannya sendiri dengan memproduksi natural moisturizing factorsdan sebum.Apabila homestasis kulit terganggu, dibutuhkanpengaplikasianproduk pelembabuntuk membantu mengembalikan kelembabannya. Saat ini, produk pelembabdengan kandungan herbal telah banyak beredar di pasaran dan minatmasyarakat terhadapkosmetikbahan alampun tinggi. Berdasarkan penelitian terbaru yang dilakukan oleh L'Oréal di tahun 2018,sekitar 75% wanita Indonesia lebih memilihkosmetik yang mengandung bahan alami. Salah satutanaman yang berpotensi sebagai bahan alami kosmetik adalah okra(Abelmoschus esculentus (L.) Moench).Namun, pemanfaatan okradi Indonesia hanya dijadikan sebagaimakanan karena kandungan vitamin dan mineralnya yang bermanfaat untuktubuh. Selain kandungan tersebut, okrajuga mengandung polisakaridarhamnogalakturonan sebanyak90,93 ±0,76% dan asam lemakdengan kandungan asam linoleatterbesar sebanyak 42,3 ± 0,3%. Kedua kandugan tersebut berpotensisebagai bahan pelembab. Menurut literatur, mekanisme kerja dari polisakarida okra, yaitu menjaga hidrasi epidermis dengan menarik air dari lingkungan maupun dermis. Sedangkan, asam lemak membantu menjaga kandungan air pada kulit dengan memblokir penguapan air dan membentuk penghalang hidrofobik. Selanjutnya, kedua senyawa ini harus diformulasikan dengan baik agar bekerja efektif. Formula sediaanyang sesuai dengan sifat fisikokimia asam lemak okra dan polisakarida okra adalah krim berbasis gel. Di samping itu, produk ini diharapkan dapatmemberikan efek melembabkan.

ABSTRACT
The skin is an organ that can preserve its moisture by producing natural moisturizing factors and sebum. If the skin homeostasis is disturbed, it is necessary to apply a moisturizing product to help restore moisture. Currently, moisturizers that contain herbal contents have been widely circulating in the market, along with the high interest of the community towards natural ingredients. Based on the latest research that was conducted by L'Oréal in 2018, around 75% of Indonesian women preferredcosmetics with natural compounds.One of the plants that have the potential as a moisturizing ingredient is okra (Abelmoschus esculentus (L.)Moench). In Indonesia, okra is only processed into food because it is rich in vitamins and minerals which are beneficial for the healthiness of the body. Moreover, okra also contains other beneficial contents. 90.93 ± 0.76% are rhamnogalacturonan polysaccharides. Besides that, italso contains fatty acids with the largest linoleic acid content of 42.3 ± 0.3%. According tothe literature, these polysaccharides help maintain the water content by drawing water from the environment and the dermis to epidermis. Meanwhile, the mechanism of action of fatty acids is by blocking water evaporation with the hydrophobic barrieron theskin.Hence, the two compounds have potential as moisturizer ingredients. Furthermore, these two compounds must be well-formulated to work effectively. Thus, a product that is suitable for the substances is a hydrogel-based cream. Also, this product can be beneficial to provide a moisturizing effect"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Rizkia
"

Xerosis dan pruritus adalah salah satu masalah kulit yang paling sering terjadi pada lansia sebagai respon fisiologis penuaan. Xerosis merupakan kondisi kulit kering akibat kurangnya kadar air pada stratum korneum di epidermis. Ekstremitas bawah merupakan salah satu bagian tubuh yang paling sering mengalami xerosis dibandingkan dengan bagian tubuh lainnya. Xerosis seringkali disertai pruritus yang memicu garukan berlebih dan menyebabkan kerusakan sekunder pada kulit. Penulisan ini bertujuan untuk melihat efek pelembab yang mengandung urea pada kulit kering pada lansia. Penulisan ini berfokus pada intervensi perawatan kaki dengan menggunakan pelembab yang mengandung urea selama 20-30 menit setiap sesinya selama 7 hari. Urea telah terbukti sebagai natural moisturizing factors (NMF) dapat mengurangi transpepidermal water loss (TEWS) pada kulit kering dan sebagai agen antimikroba serta antipruritus untuk mengurangi rasa gatal. Hasil evaluasi intervensi menunjukkan penurunan derajat kulit kering setelah dilakukan intervensi perawatan kaki menggunakan pelembab yang mengandung urea pada lansia dengan kulit kering. Perawat general diharapkan dapat menerapkan perawatan kaki menggunakan pelembab yang mengandung urea sebagai intervensi keperawatan untuk mengatasi masalah integritas kulit pada lansia.


Xerosis and pruritus are the most common skin problems in the elderly as a physiological response to aging. Xerosis is a dry skin condition due to lack of water content in the stratum corneum in the epidermis. The lower extremity is one of the parts of the body that most often experiences xerosis compared to other parts of the body. Xerosis is often accompanied by pruritus which triggers excessive scratching and causes secondary damage to the skin. This paper aims to see the effect of a moisturizer containing urea on dry skin in the elderly. This paper focuses on foot care interventions using a moisturizer containing urea for 20-30 minutes each session for 7 days. Urea has been proven as a natural moisturizing factor (NMF) to reduce transpepidermal water loss (TEWS) in dry skin and as an antimicrobial and antipruritic agent to reduce itching. The results of the intervention evaluation showed a decrease in the degree of dry skin after the foot care intervention using a moisturizer containing urea in the elderly with dry skin. General nurses are expected to apply foot care using a moisturizer containing urea as a nursing intervention to address skin integrity problems in the elderly.

"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library