Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Anggie Fauziah Dwiliandari
"Perkembangan ekonomi global mendorong ekosistem bisnis meningkatkan kesempatan perusahaan dalam mengembangkan dan mengekspansi usahanya. Dinamika pasar modal menghendaki turut berkembangnya mekanisme penawaran umum saham di bursa efek dalam rangka penyelenggaraan perdagangan efek. Perkembangan mekanisme penawaran umum tersebut menjadi salah satu upaya bagi perusahaan untuk memperbaiki struktur finansial perusahaan hingga memperluas jangkauan pasar. Berkaitan dengan hal tersebut, penawaran umum melalui Special Purpose Acquisition Company (SPAC) sebagai salah satu alternatif penawaran umum perdana yang tengah berkembang di pasar modal internasional, yang utamanya akan mendukung perusahaan rintisan (startup) dan teknologi, serta pelaku UMKM untuk dapat memasuki pasar modal Indonesia dan meningkatkan daya saing di antaranya. Struktur SPAC memiliki similaritas dengan struktur perusahaan cek kosong dan perusahaan cangkang, tetapi konsepsi SPAC memiliki kerangka regulasi yang lebih komprehensif, meskipun tidak menghilangkan risiko-risiko unik dari pelaksanaannya. Penelitian ini akan mengkaji konsepsi, karakteristik, dan pelaksanaan SPAC berdasarkan common wisdom praktik pasar modal. Penelitian ini kemudian menganalisis pelaksanaan SPAC sebagai alternatif penawaran umum perdana di Bursa Efek Indonesia dengan melihat komparasi terhadap praktik pelaksanaannya di Amerika Serikat, Malaysia, dan Singapura melalui pendekatan yuridis-normatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bursa efek ketiga negara tersebut telah mengatur SPAC sebagai alternatif penawaran perdana pada bursa mereka dengan berbagai bentuk perlindungan hukum terhadap risiko-risiko yang dihadapi pemegang saham publiknya. Penelitian ini menyimpulkan bahwa Indonesia perlu memperdalam kajian teknis dan kesiapan instrumen hukum untuk menerapkan SPAC di Bursa Efek Indonesia, serta memberikan berbagai bentuk perlindungan hukum yang optimal bagi pemegang saham publik dengan memerhatikan prinsip Good Corporate Governance, prinsip keadilan (fairness principle), dan prinsip keterbukaan informasi.

Global economic development encourages the business ecosystem to broaden the corporate’s opportunity to develop and expand its business. The capital market dynamics generate the equity public offering mechanism growth in the stock exchange for securities trading. The growth of public offering mechanism becomes one of the corporate’s attempts to fix its financial structure and widen its market reach. In this regard, public offering through a Special Purpose Acquisition Company (SPAC) as a growing initial public offering alternative in the international capital market practices, particularly will support startups and technology business sectors and the MSMEs actors to enter Indonesia’s capital market and increase the business competition within the market. The structure of SPAC has some similarities with the structure of blank check companies and shell companies in general, but the SPAC conception has a more comprehensive regulatory framework, although it does not eliminate the unique risks of its implementation. This research will examine the conception, characteristics, and implementation of SPAC based on the common wisdom of capital market practices. This research then analyzes SPAC as an initial public offering alternative on Indonesia Stock Exchange (IDX) by observing the comparison with the practice of its implementation in the United States, Malaysia, and Singapore, with a normative-juridical approach. This research determines that stock exchanges in the United States, Malaysia, and Singapore have regulated SPACs as an alternative to initial offerings on their exchanges with various forms of legal protection against the risks their public shareholders face. This research concludes that needs to conduct more extensive technical research and readiness of legal instruments to implement SPAC on IDX, as well as provide various forms of optimal legal protection to public shareholders by taking into account Good Corporate Governance, fairness, and disclosure principle."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mukhamad Zulkarnain
"Kasus tindak pidana korupsi yang dialami di PT ASABRI (Persero) tidak hanya memberikan sanksi pidana kepada para terdakwa, tetapi pemegang saham publik yang tidak ada kaitannya dengan terdakwa ikut terseret dalam kasus tersebut. Perlunya aturan yang menjamin perlindungan pemegang saham agar tidak dirugikan oleh pihak manapun. Penelitian ini menggunakan metode penelitian doktrinal. Perlindungan hukum pemegang saham publik yang rekening efeknya dirampas untuk negara sebagai akibat tindak pidana korupsi yang saat ini diatur dalam peraturan yang berlaku di Indonesia hanya sebatas Pasal 19 Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi yang mengatur pengembalian hak dari pihak ketiga beriktikad baik. Aturan tersebut belum mengakomodir perlindungan hukum pemegang saham publik dimaksud sekalipun termasuk kategori pihak ketiga beriktikad baik, karena hanya mengatur penggembalaannya tidak mengatur kompensasi yang dapat diajukan sebagai akibat pemegang saham publik tidak bisa menikmati aset yang dirampas oleh negara, maka dari itu perlindungan hukum yang ideal di masa mendatang harus diatur mengenai hak pemegang saham publik untuk meminta kompensasi kepada negara sebagai akibat tidak bisa menikmatinya. Sehingga kepentingan perlindungan pemegang saham publik yang tidak ada kaitannya dengan terdakwa dalam tindak pidana korupsi yang terjadi di PT ASABRI (Persero) dapat terjamin kepastian hukumnya.

The corruption case that occurred at PT ASABRI (Persero) not only gave criminal sanctions to the defendants, but public shareholders who had nothing to do with the defendants were also dragged into the case. The need for rules that guarantee the protection of shareholders so that they are not harmed by any party. This study uses doctrinal research methods. Legal protection for public shareholders whose securities accounts have been confiscated for the state as a result of criminal acts of corruption currently regulated in regulations in force in Indonesia is only limited to Article 19 of the Law on the Eradication of Corruption Crimes which regulates the return of rights from third parties with good intentions. This regulation does not yet accommodate the legal protection of the intended public shareholders even though they are included in the category of third parties with good intentions, because they only regulate their stewardship, they do not regulate compensation that can be submitted as a result of public shareholders not being able to enjoy assets confiscated by the state, therefore the ideal legal protection in the future must be regulated regarding the rights of public shareholders to ask for compensation from the state as a result of not being able to enjoy it. So that the interests of protecting public shareholders who have nothing to do with the defendant in the criminal act of corruption that occurred at PT ASABRI (Persero) can be guaranteed legal certainty."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Trifena Martina Mastra
"Tesis ini membahas mengenai perlindungan hak pemegang saham publik dalam pengambilalihan Bank Gagal yang berstatus terbuka oleh Lembaga Penjamin Simpanan. Permasalahan yang diangkat dalam penulisan ini ketika Lembaga Penjamin Simpanan memiliki hak untuk mengambil alih segala hak, wewenang, kepemilikan, kepengurusan dari Bank Gagal bermaksud untuk menjual saham pemegang saham publik. Penulisan tesis ini menggunakan metode kepustakaan dengan data sekunder sebagai sumber datanya. Pengambilalihan Bank Gagal oleh Lembaga Penjamin Simpanan berdasarkan penyerahan hak kepemilikan melalui RUPS oleh para pemegang saham yang menyerahkan, serta Penyertaan Modal Sementara yang kemudian dikonversi menjadi saham. Kedua mekanisme tersebut menjadikan Lembaga Penjamin Simpanan sebagai pemegang saham mayoritas, namun tidak dapat menghilangkan pengakuan terhadap kepemilikan pemegang saham publik. Lembaga Penjamin Simpanan tidak memiliki hak untuk menjual saham pemegang saham publik yang tidak dikuasai oleh Lembaga Penjamin Simpanan apabila tidak diserahkan oleh pemilik hak sebagaimana dimaksud dalam teori property rule. Pengambilalihan yang dilakukan oleh Lembaga Penjamin Simpanan bukan bertujuan untuk menguasai Bank, namun untuk melaksanakan perintah Undang-Undang. Ketentuan take over, mewajibkan untuk dilakukan tender offer terhadap sisa saham. Peraturan No. IX.H.1. mengenai ketentuan tender sukarela mengecualikan tender offer terhadap pengambilalihan yang dilakukan berdasarkan perintah Undang-Undang. Ketentuan ini membuktikan pemegang saham publik tetap memiliki hak terhadap saham yang dimilikinya. Mengingat lamanya waktu untuk melakukan revisi terhadap Undang-Undang, maka Lembaga Penjamin Simpanan dapat meminta dilakukan uji materiil ke Mahkamah Konstitusi untuk meminta penjelasan terhadap siapa yang dimaksud dengan pemegang saham dan apa yang dimaksud dengan seluruh saham.

This thesis describes the protection of public shareholder rights in the takeover process of open-status Failing Bank performed by the Deposit Insurance Corporation. The main focus of this discussion is on the event the Deposit Insurance Corporation posits that it reserves the right to take over all rights, authority, title of ownership and management of the Failing Bank, and generalizes that the liquidation of the stocks includes those belonging to public shareholders. This thesis applies library research method using secondary data as data sources. The handling process of Failing Bank by Deposit Insurance Corporation is performed by surrendering of rights and powers of General Shareholders Meeting in part of the Failing Bank, and provision of temporary capital placement in part of the Deposit Insurance Corporation which is further conversed into shares. The dual mechanisms deems Deposit Insurance Corporation as the major shareholder, however still withstand recognition to the title of ownership of public shareholders. Deposit Insurance Corporation does not reserve the right to sell shares belonging to public shareholders that are not surrendered to the Deposit Insurance Corporation, as described in the theory of Property Rule. The takeover is performed by Deposit Insurance Corporation not for the purpose of acquiring the Bank, but as execution of the Law. The laws governing performance of takeover stipulates that the remaining shares must be disclosed in form of bidding offer or tender offer. Law number IX.H.1. governing voluntary tender excludes tender offer in the event of takeover prescribed by Law. This regulation substantiates that public shareholders reserves rights over their shares. Considering the time taken to conduct revision on the said law, Deposit Insurance Corporation may appeal for judicial review in the Constitutional Court to gain verification as to the reference for shareholder and as to the reference of shares as cited in the law.
"
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siahaan, Alberto Elieser Mangatas Gompar
"Terhadap perusahaan yang ingin mendapatkan pendanaan untuk mengembangkan usahanya selain dari lembaga perbankan atau lembaga keuangan lainnya bisa melalui pasar modal. Dalam menawarkan saham, emiten wajib membuat prospektus yang merupakan informasi secara tulisan yang terkait initial public offering suatu emiten, dimana tujuannya pemegang saham publik tertarik untuk membeli efek atau saham yang dikeluarkan oleh emiten. Dalam menyampaikan prospektus tersebut tentunya wajib memuat informasi dan fakta material yang ditentukan oleh Otoritas Jasa Keuangan dan Bursa Efek Indonesia. Otoritas Jasa Keuangan dan Bursa Efek Indonesia, telah mengeluarkan beberapa pengaturan terkait dengan penyampaian prospektus. Prospektus merupakan dokumen utama bagi pemegang saham publik untuk menentukan apakah akan memesan atau tidak atas efek yang ditawarkan tersebut. Dalam penyampaian prospektus tersebut Otoritas Jasa Keuangan dan Bursa Efek Indonesia berperan untuk memeriksa kecukupan fakta material yang disampaikan dalam prospektus. Begitu juga konsultan hukum pasar modal selaku profesi penunjang pasar modal wajib menyampaikan fakta material dalam prospektus. Sehingga dalam hal Otoritas Jasa Keuangan dan Bursa Efek Indonesia maupun konsultan hukum tidak melakukan kewajibannya maka turut bertanggungjawab atas kelalaian yang dilakukan berdasarkan Pasal 111 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Begitupun pemegang saham publik wajib diberikan perlindungan hukum atas saham yang telah dibeli berdasarkan informasi yang tidak disampaikan oleh emiten dalam prospektus berdasarkan Pasal 30 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan dan Pasal 111 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.

For the companies that required funding to develop their business apart from banking institutions or other financial institutions can go through the capital market institutions. In offering shares the prospective issuer must prepare a prospectus which is in writing information related to the initial public offering of an issuer in which the objective of prospective public shareholders will interested in ordering securities or shares issued by the prospective issuer. In submitting the prospectus, the prospective issuer is obliged to fulfill all of the information and material fact determined by Financial Service Authority and Indonesia Stock Exchanges. The Financial Service Authority and Indonesia Stock Exchanges has issued several regulations related to the submission of prospectus. Prospectus is the main document for potential public shareholders to determine whether or not to buy the offered shares. For process of submission of the prospectus, the Financial Service Authority and Indonesia Stock Exchanges in charge of reviewing the fulfillment of material fact in prospectus. Capital market legal consultant as one of the capital market supporting professionals obliged to submit material fact in prospectus. In case that the Financial Service Authority and Indonesia Stock Exchanges and legal consultant did not comply with their obligation, therefore each of them responsible for the default based on Article 111 Law Number 8 Year 1995 on Capital Market. In hence, public shareholders required to have legal protection on shares that have been purchased based on information not submitted by prospective issuers based on Article 30 law number 21 Year 2011 on Financial Service Authority and Article 111 Law Number 8 Year 1995 on Capital Market."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agusman
"Tesis ini menguji hubungan antara suara tidak setuju dan suara abstain pemegang saham publik terhadap mata acara rapat persetujuan laporan tahunan, kebijakan pembagian dividen, dan persetujuan susunan pengurus perusahaan pada RUPST dengan reaksi pasar. Penulis menggunakan 360 observasi yang dijadikan data cross-sectional selama periode tahun 2015-2016. Penelitian ini terdiri dari dua model regresi dimana kedua model tersebut menggunakan regresi OLS. Berdasarkan kedua model tersebut, penulis menemukan bahwa dampak suara pemegang saham publik terhadap mata acara RUPST sebagian berpengaruh negatif dan sebagian tidak berpengaruh pada reaksi pasar.

This study examines the relationship between public shareholders rsquo s vote for disagree and abstain against AGMS rsquo Meeting Agenda, the approval for annual reports, dividend policy, and the approval for company board of management with market reaction. We uses 360 observations of cross sectional data for the period of year 2015 2016. Our study consists of two regression models which utilize OLS model. Based on those two models, we find that the impact of implementation of public shareholders rsquo vote against AGMS rsquo meeting agenda has a negative effect and some have no effect to the market reaction.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2017
T47370
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yulean
"ABSTRAK
Perseroan terbuka mempunyai sistem manajemen yang berbeda dengan
perseroan tertutup. Dalam perseroan terbuka harus terdapat transparansi yang
dapat dipertanggungjawabkan kepada publik, mengingat banyaknya pemegang
saham publik. Pemegang saham dalam suatu perseroan dapat terdiri dari
pemegang saham minoritas dan pemegang saham mayoritas. Hal tersebut dapat
dibedakan dari jumlah kepemilikan saham dalam suatu perseroan. Dikarenakan
pemegang saham minoritas memiliki persentase kepemilikan saham yang lebih
kecil dibandingkan dengan pemegang saham mayoritas, maka seringkali
dirugikan atau ada ketidakpuasan terhadap keputusan-keputusan yang diambil
oleh manajemen perseroan. Terlebih apabila manajemen perseroan didominasi
oleh pemegang saham mayoritas, sehingga keputusan terkait perseroan yang
diambil cenderung mewakili kepentingan pemegang saham mayoritas. Bahkan
pada saat pengambilan keputusan melalui Rapat Umum Pemegang Saham
(“RUPS”), maka pemegang saham minoritas akan mengikuti keputusan (dari
pemegang saham mayoritas/melalui) RUPS. Bertitik tolak dari permasalahan
tersebut di atas, maka masalah-masalah yang timbul sebagai berikut: pertama,
bagaimana hak pemegang saham publik yang mengalami kerugian dalam
perseroan terbuka karena nilai saham menurun yang disebabkan oleh tindakan
pemegang saham mayoritas, kelalaian anggota direksi ataupun dewan komisaris;
kedua, kesulitan apa yang dihadapi oleh pemegang saham minoritas dalam
menuntut hak-haknya; ketiga, bagaimana hak anggota direksi untuk melakukan
pembelaan terhadap setiap gugatan pemegang saham; keempat, apakah pemegang
saham minoritas sudah cukup mendapat perlindungan hukum. Dari penelitian
kepustakaan yang menggunakan metode atau bersifat yuridis normatif dengan
metode pengumpulan data kepustakaan, hasil penelitian menemukan jawaban
bahwa pemegang saham publik yang dirugikan dapat mengajukan gugatan
derivatif, yaitu menggugat direksi atau dewan komisaris atas nama perseroan
apabila mewakili minimum 1/10 dari jumlah seluruh saham perseroan, dan direksi
sebagai pengelola perseroan dapat melakukan pembelaan atas adanya gugatan
yang timbul dengan menggunakan prinsip Business Judgement Rule. Namun
demikian, pemegang saham minoritas dalam perseroan terbuka belum cukup
mendapat perlindungan hukum karena masih terdapat kesulitan dalam
pembuktian. Disarankan agar prinsip keterbukaan perlu dimiliki dan diterapkan
dalam perseroan terbuka serta otoritas lembaga, khususnya Otoritas Jasa
Keuangan dan Bursa Efek Indonesia memainkan peran sentral dalam melindungi
kepentingan pemegang saham dengan membuat peraturan-peraturan yang
meningkatkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan perseroan publik.

ABSTRACT
A public company has a different system of management as opposed to a
closed company. A public company is required to implement transparency
accountable to the public, considering the huge number of the public investors.
The shareholders in a company may distinct into minority shareholders and
majority shareholders. That differentiation may be based on the portion of the
shares ownership in the company. Due to the portion of the minority shareholders
hold the shares in less number than the majority shareholders, often they are
damaged or not satisfied by way the decision are made by the management of the
company. This is based on the fact that the management of the company is
dominated by the majority shareholders, thus corporate decision is taken for the
benefit and interest of the majority shareholders. Even at the voting at the General
Meeting of Shareholders, the minority shareholders shall follow the decision
made by the majority shareholders. In the view of that, the issues are as follows:
firstly, what are the rights of the public shareholders that incurred loss in a public
company due to the value of the shares collapse as a result of the majority
shareholders action, including the negligence of the Board of Directors members
or even the Board of Commissioners members; secondly, what are the obstacles
faced by the minority shareholders in the pursue for their rights; thirdly, what are
the rights of the Board of Directors to defend itself against any claims of the
shareholders; fourthly, are there adequate legal protection to the minority
shareholders. Through literature data collating based on legal normative form by
using library research methods it has summarized several answers, among others
are that public shareholders who experience damages may use derivative action to
claim on behalf of the company if the shareholders as the claimant represent all
together minimum 10% voting rights of the entire shares issued by the company,
and the Board of Directors may use the principle of Business Judgment Rule to
defend itself of any claim raised against it. However, the minority shareholders in
a public company are not adequately legally protected due to the obstacle in the
implementation considering most of the claims must be proven. It is advisable that
the transparency principle must be uphold and implemented in a public company
and the related authorities, mainly Otoritas Jasa Keuangan (Financial Services
Authority) and the Stock Exhance of Indonesia has a central role in the protection
of the shareholders interest in the capital market by issuing provisions to enhance
the transparency and accountability practice in the management of a public
company."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2014
T38764
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library