Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 11 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dyah Nurwidyaningrum
Abstrak :
Batik tulis sebagai warisan budaya Indonesia telah diakui oleh UNESCO. Pengakuan ini telah meningkatkan popularitas Batik Tulis di dunia internasional. Saat ini, batik tulis menjadi salah satu dari produk industri kreatif Indonesia. Dukungan kepada para pembatik Indonesia adalah sangat penting supaya mereka dapat meningkatkan kinerja dalam membatik. Memberi kenyamanan penglihatan kepada pembatik dengan pencahayaan buatan adalah salah satu bentuk dukungan kepada para pembatik. Tesis ini membahas faktor-faktor ruang dan pencahayaan buatan yang mempengaruhi kualitas bidang kerja dalam menulis batik. Teori performansi visual pada bidang kerja pencahayaan menekankan pada keseimbangan kontras warna, ukuran detail, kecepatan kerja, renderasi warna, kontras terang, reflektansi ruang dan kombinasi pencahayaan. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui rentang iluminasi pada bidang kerja penulisan lilin batik dan memperoleh desain pencahayaan untuk ruang membatik batik tulis. Penelitian ini adalah penelitian problem solving menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain deskriptif. Pendekatan kuantitatif digunakan untuk menganalisis data survey dan data eksperimen. Deskripsi ruang dianalisis dengan program simulasi Autocad 2008 dan Relux Professional 2007. Sedangkan deskripsi kontras warna dianalisis dengan Color Contrast Analyzer 1.1. Variabel-variabel yang diteliti adalah silau, bayangan, kontras warna, ukuran detail, kecepatan kerja, renderasi warna, kontras terang, reflektansi ruang dan kombinasi pencahayaan. Disimpulkan bahwa kualitas bidang kerja membatik dipengaruhi oleh posisi luminer, photometri, reflektansi ruang, warna kain bidang verja, intensitas cahaya dan kombinasi pencahayaan. Reflektansi pembatas ruang berpengaruh besar terhadap terang ruang dan kontras bidang kerja membatik. Reflektansi dinding berpengaruh sebesar 65 % dibandingkan plafond dan lantai. Sehingga, perubahan warna dinding akan sangat mempengaruhi terang ruang dan kualitas bidang kerja membatik.
Batik tulis is Indonesian cultural heritage has been recognized by UNESCO. This recognition improves the popularity of batik tulis in the world. Now, batik tulis becomes one of creative industry products in Indonesia. Supporting for batik writer is very important in order to improve their performance in writing batik. Giving visual comfort for batik writer with artificial lighting is one of the supports. This thesis discusses space and lighting factors that influence to visual task quality in writing batik. Visual performance theory of task lighting focuses on balances of color contrast, detail size, work speed, color rendering, brightness contrast, room reflectance and combined illumination. The aims of this research are identifying illumination range on task in writing lilin batik and getting lighting design characteristics for space in writing batik tulis. This research is problem solving research with quantitative method and description design. Quantitative method is used to analyze survey and experiment data. Space description is analyzed by Autocad 2008 and Relux Professional 2007 simulation program. Color contrast description is analyzed by Color Contrast Analyzer 1.1. Variables that are analyzed are glare, shadow, color contrast, detail size, work speed, color rendering, brightness contrast, room reflectance and combined illumination. This study concludes that quality task in writing batik is affected by luminary position, photometry, room reflectance, task textile color, light intensity and combined illumination. Room reflectance influences brightness space and task contrast. Wall reflectance influences 65% than plafond and floor. So, the change of wall color controls over brightness space and task contrast in writing batik.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
T 27619
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dyanka Hayuningtias Maharani
Abstrak :
The intensity of lighting needs to be adjusted to produce appropriate light for certain activities or tasks in a room. Health institutions such as clinics and hospitals require different lighting requirements in each room according to the tasks performed in the room, therefore lighting is a very important factor. This thesis discusses the analysis of lighting needs at the University of Indonesia Makara, a clinic located at the University of Indonesia, Depok, West Java, Indonesia, by looking at whether it has complied with SNI (Indonesian National Standard) 6197-2011, the regulations governing lighting standardization. The analysis carried out is in terms of the condition of the existing lights at the UI Makara Satellite Clinic, the proposed replacement of lamps to meet lighting standards using new technology, namely LED, and the comparison of energy consumption between the existing conditions and the proposed replacement of lamps. The study suggests that the proposed lamp replacement will achieve lighting standardization based on SNI 6197-2011, and in addition, consume 40.2% less energy than the existing condition. This lamp replacement proposal enables the fulfillment of lighting standards and benefits the stakeholders of the UI Makara Satellite Clinic in terms of energy efficiency, and ultimately cost savings.
Intensitas pencahayaan perlu disesuaikan untuk menghasilkan cahaya yang sesuai untuk kegiatan atau tugas tertentu dalam suatu ruangan. Institusi kesehatan seperti klinik dan rumah sakit memerlukan kebutuhan pencahayaan yang berbeda di setiap ruangan sesuai dengan tugas yang dilakukan di ruangan tersebut, oleh karena itu pencahayaan merupakan faktor yang sangat penting. Skripsi ini membahas tentang analisis kebutuhan penerangan di Universitas Indonesia Makara, sebuah klinik yang terletak di Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat, Indonesia, dengan melihat apakah telah memenuhi SNI (Standar Nasional Indonesia) 6197-2011, peraturan yang mengatur standarisasi pencahayaan. Analisis yang dilakukan adalah dari segi kondisi lampu eksisting di Klinik Satelit UI Makara, usulan penggantian lampu untuk memenuhi standar pencahayaan menggunakan teknologi baru yaitu LED, dan perbandingan konsumsi energi antara kondisi eksisting dengan usulan. penggantian lampu. Studi ini menyarankan bahwa penggantian lampu yang diusulkan akan mencapai standarisasi pencahayaan berdasarkan SNI 6197-2011, dan selain itu, mengkonsumsi energi 40,2% lebih sedikit dari kondisi yang ada. Usulan penggantian lampu ini memungkinkan terpenuhinya standar pencahayaan dan menguntungkan stakeholders Klinik Satelit UI Makara dalam hal efisiensi energi, dan pada akhirnya penghematan biaya.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Chintya Dhias Fitri Fathonah
Abstrak :
ABSTRAK
Penderita dengan gejala rabun senja akibat penyakit katarak memiliki sensitivitas terhadap cahaya dan objek yang dilihat. Oleh karena itu, dilakukan penelitian awal untuk mengkaji intensitas cahaya dan color temperature dari pencahayaan buatan, yang dapat membantu aktivitas dan pergerakan untuk penderita dengan gejala rabun senja akibat penyakit katarak. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan penelitian survey dan eksperimen. Lima responden penderita gejala rabun senja akibat penyakit katarak usia 55 ? 70 tahun diuji dengan 5 tes uji coba. Eksperimen dilakukan pada laboratorium uji coba khusus pencahayaan buatan skala 1:1. Responden diuji pada 3 color temperature yang berbeda (6500 K, 2700 K, dan 2500 K), dan 5 intensitas cahaya yang berbeda (50 lux, 80 lux, 110 lux, 140 lux, dan 170 lux). Pada intensitas cahaya 170 lux dan color temperature 6500 K, kesalahan yang dibuat oleh responden semakin kecil, dan tulisan yang mampu dibaca oleh responden meningkat. Pada pergantian intensitas cahaya yang tinggi ke rendah dan color temperature rendah (2500 K dan 2700 K), kemampuan responden dalam melihat menjadi melemah.
ABSTRACT
Patients with symptoms of night blindness because cataract has a sensitivity to light and visual objects. Therefore, initial research done to examine the intensity of light and color temperature of artificial lighting for help activity and movement for people with symptoms of night blindness because cataract. This research uses a quantitative method with survey research and experiment. Five respondents patient symptoms of night blindness because cataract disease aged 55- 70 years were tested with 5 test trials. Experiments conducted on laboratory testing of artificial lighting scale 1:1, with the simulation Relux Professional 2007 program. Respondents were tested on 3 different color temperatures (6500 K, 2700 K, and 2500 K), and 5 different light intensity (50 lux, 80 lux, 110 lux, 140 lux, and 170 lux). At light intensity of 170 lux and color temperature of 6500 K, the mistakes made by respondent gets smaller and writing that is able to be read by respondents more. At the turn of the light intensity is high to low and low color temperature (2500 K and 2700 K), the ability of respondents to see being weakened.
2016
T45989
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tifanny Febrina
Abstrak :
Pencahayaan buatan merupakan salah satu aspek desain interior untuk menerangi interior ruang komersil yang bergerak di bidang food & beverages. Dalam hal ini, pencahayaan buatan juga berperan penting untuk membentuk suasana interior dan suasana hati pengunjung, karena berkaitan dengan interaksi visual pengunjung dalam mengalami sebuah ruang ketika sedang menikmati makanan. Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui kriteria mendesain interior ruang komersil yang menjual western cake melalui pencahayaan buatan serta standar iluminasi yang dibutuhkan untuk sebuah kios di pasar dan kafe sehingga dapat mengetahui pengaruh pencahayaan buatan terhadap persepsi visual manusia. Penulisan ini menggunakan metode studi kepustakaan, studi kasus, wawancara dan kuisioner untuk mendapatkan data yang dibutuhkan. Studi kasus dilakukan dengan mengamati dan membandingkan karakteristik suasana yang terbentuk melalui pencahayaan buatan pada sebuah kios dan kafe yang masih tergolong baru. Pencahayaan buatan pada suasana interior di kedua tempat tersebut membentuk karakteristik yang berbeda. Hal ini dipengaruhi oleh persepsi visual manusia dalam menerima intensitas cahaya yang dibutuhkan ketika sedang menikmati kue, kawasan dimana kios dan kafe tersebut berada, dan target pengunjung yang datang untuk menikmati kue. ......Artificial lighting is one aspect of interior design to illuminate the interior of commercial space engaged in food & beverages. In this case, artificial lighting also has an important roles to form the interior atmosphere and mood of visitors, because it related to the visual interaction of visitors in experiencing a space while enjoying the food. This thesis aims to determine the criteria for designing the interior of commercial space that sells western cake through artificial lighting and illumination standards required for a kiosk at the market and cafe so it can determine the effect of artificial lighting on human visual perception. The methods used literature studies, case studies, interviews and questionnaires to obtain the required data. Case studies conducted by observing and comparing the characteristics of the atmosphere that is formed through artificial lighting at a new kiosk and cafe. Artificial lighting on the interior atmosphere in both places forming different characteristics. It is influenced by human visual perception in receiving the required light intensity while enjoying cake, an area where the kiosk and cafe are located, and the targeted visitors who come to enjoy the cake.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S59274
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Azizah Asyari Putri
Abstrak :
ABSTRAK
Pekerja kantor berbasis internet dituntut untuk terus berikir kreatif sehingga untuk mendukung hal tersebut, suasana yang ada didalam kantor terutama break lounge sebagai tempat istirahat sementara harus dibuat menyenangkan. Suasana rileks dan menyenangkanpun dapat hadir dengan pencahayaan yang redup serta kekuningan. Namun karena area break lounge masih berupakan bagian dari kantor sehingga walaupun area ini merupakan area untuk beristirahat maka ruang ini memiliki rekomendasi tingkat iluminasi standart pencahayaan. Setelah melakukan peneilitian ini didapatkan bahwa selain pengaruh warna cahaya kekuningan tingkat iluminasi, teknik pencahayaan, dan pola pencahayaan juga mempengaruhi terciptanya suasana ruang work and fun. Dan diketahui pula bahwa penggunaan break lounge-pun juga dipengaruhi oleh budaya kerja masing-masing kantor, sehingga penggunaan standart tingkatan iluminasi yang di rekomendasikan pada area break lounge, sebaiknya disesuaikan kembali dengan budaya kerja yang ada dimasing-masing kantor.
ABSTRACT
Internet-based office workers required to continue berikir creative so as to support it, the atmosphere is in the office especially break lounge as a temporary resting place should be made fun. Menyenangkanpun relaxed atmosphere and can present with dim lighting and yellowish. However, due to the break lounge area still berupakan part of the office, so even though this area is an area to rest then this space has a recommendation level standard illumination lighting. After doing this peneilitian found that in addition to the effect of light yellowish color illumination level, lighting engineering and lighting patterns also affect the creation of the atmosphere of the room work and fun. And note also that the use of break-lounge was also influenced by the work culture of each office, so that the use of standard illumination levels are recommended on a break lounge area, should be adjusted back to the existing work culture in the respective offices.
2016
S65458
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Franky Darwis
Abstrak :
Pelestarian dan pemugaran bangunan maupun kawasan bersejarah telah banyak dibahas dalam berbagai kesempatan oleh berbagai pihak pula. Hal itu dimaksudkan agar kita sadar dan ikut berperan serta dalam mewariskan peninggalan-peninggalan sejarah kepada anak cucu kita. Namun, pada umumnya, usaha yang dilakukan adalah dengan memugar kembali struktur fisik bangunan. Padahal, sistem pencahayaan merupakan elemen kota yang patut diperhitungkan. Dengan sistem pencahayaan buatan yang baik, nilai estetika dan tentu saja nilai ekonomi bangunan maupun kawasan bersejarah dapat ditingkatkan, dengan tetap memperhatikan nilai kesejarahannya. Dengan demikian, keindahan kawasan bersejarah dapat dinikmati pada siang hari dan lebih indah lagi pada malam hari. Selain itu, kesan negatif dari kawasan bersejarah pun dapat dihilangkan atau setidaknya diminimalisir. Pemugaran dan sistem pencahayaan buatan yang baik sungguh merupakan perpaduan untuk menciptakan nilai jual kawasan bersejarah. Peningkatan nilai jual kawasan berdampak pada peningkatan aspek-aspek lainnya, seperti ekonomi, pariwisata, budaya, sosial, dan sebagainya. Dan tentunya, hal ini tidak berdampak pada kawasan tersebut dan sekitarnya saja, tetapi lebih luas lagi hingga ke tingkat provinsi, atau bahkan menjadi kebanggaan negeri ini. Apa saja peran yang dapat dikontribusikan oleh pencahayaan buatan terhadap kawasan bersejarah - Bagaimanakah aplikasinya sehingga system pencahayaan yang baik dapat diwujudkan - Berapa besarkah peran pencahayaan buatan terhadap kawasan bersejarah, terutama di kawasan Kota Tua Jakarta - Dalam kesempatan ini, penulis berusaha mengungkap peranan pencahayaan buatan pada kawasan bersejarah berdasar pengetahuan penulis. ......Many studies of revitalization and conservation of historical buildings and sites have been published to realize us and sieve us to take part in it. But, mostly, the action of revitalization and conservation is repairing the building structure physically. Whereas, lighting system is one of the city element which also should be considered. A good artificial lighting system can increase the aesthetic and economy value of historical buildings and sites, together the history value. Thus, the beauty of historical sites can be enjoyed at day and more beauty at night. Besides that, the negative opinion of the historical sites can be minimized. Conservation and good artificial lighting systems are right integration to create a more valuable historical site that can affect to the increasing of other aspects, such as economy, tourism, culture, social, etc. And of course, the impacts are not only to the sites but also to the province and country. What are the contributions of the artificial lighting systems to historical sites' And how is the application so that the good artificial lighting systems can be achieved' This study focuses on the role of artificial lighting systems on historical sites.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
S51570
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Novia Lestari
Abstrak :
Dalam konteks situasi apapun, seseorang akan berusaha untuk membuat kontrol terhadap lingkungan fisik di sekitarnya, baik pada private place maupun public space. Dengan begitu, seseorang akan mendapatkan perasaan aman dari adanya gangguan. Kontrol seseorang terhadap teritorinya atau yang disebut persepsi territoriality ini dapat dicapai dengan pembentukan batas teritori yang jelas. Dan ketika batas tersebut tidak dapat terbentuk secara fisik, kita dapat membentuk batas tersebut secara visual dengan cahaya. Dengan persepsi territoriality yang kuat, seseorang dapat berkegiatan dengan nyaman pada teritorinya. Skripsi ini membahas pengaruh pencahayaan buatan terhadap territoriality pengunjung restoran dan bagaimana penerapan lighting pada interior sehingga dapat menjadi pembatas visual dilihat dari teknik pencahayaan dan jenis lampu yang digunakan, serta penggunaan material permukaan dalam restoran. Penelitian ini menggunakan metode empiris melalui studi kepustakaan dan juga survei serta wawancara untuk mendapatkan data-data. Hasil penelitian menyarankan bahwa desain pencahayaan untuk meningkatkan territoriality pengunjung restoran harus lebih banyak menggunakan pencahayaan setempat daripada pencahayaan secara general agar dapat menghasilkan kontras brightness yang signifikan. Dengan begitu, batas ruang pun akan terbentuk dengan jelas. ......In any situational context, the individual attempts to control of his physical environment, both in private place or public space. Thus, he would feel secure from invasion from others. Man's control of his territory which calls territoriality perception, could be attained by shaping the clear territory. And when the boundary could not be shaped physically, it is possible to shape that boundary visually by lighting. With strong territoriality perception, man can perform activity with comfort in his territory. This study is focused on artificial lighting effect on restaurant patrons' territoriality and how to apply interior lighting so that it can be visual boundary, referring to its technique, type of used lamp, and also surface materials in restaurants. This research is using empirical method with literature study, survey, and interview to gain the data. Research suggest lighting design to improve patrons' territoriality must apply more localized lighting than general lighting in order to produce significant brightness contrast. Thus, the space boundary will be shaped clearly.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
S51555
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Apel Ranthy Ramadhan
Abstrak :
Persaingan ketat yang terjadi antar toko mengakibatkan setiap toko berusaha menampilkan produk semenarik mungkin. Pada saat ini pencahayaan menjadi suatu alat untuk mencapai kondisi tersebut. Toko yang menggunakan rak bertingkat sebagai media utama untuk menampilkan sepatu memerlukan perlakuan khusus dalam proses desain karena rak ini bersifat panjang dan bertingkat sehingga dapat menimbulkan efek monoton pada tampilan sepatu. Dengan bantuan pencahayaan, sepatu yang berada pada rak dapat ditonjolkan dan ditampilkan lebih menarik. Skripsi ini membahas pengaruh pencahayaan buatan terhadap display sepatu pada rak bertingkat dari segi fungsi maupun estetika. Penelitian ini menggunakan metode empiris melalui studi kepustakaan, survey, dan wawancara untuk mendapatkan data-data. Hasil penelitian menemukan bahwa penonjolan sepatu pada rak bertingkat dapat tercipta melalui aplikasi pencahayaan aksen yang terangnya berkisar antara 3 sampai 12 kali dari pencahayaan umum toko sehingga sepatu menjadi lebih menonjol dan menarik. ......The tight competition between brands encourage them to exhibit their products in the most attractive way. In terms of retail, they will make the display of their products as attractive as possible. Nowadays lighting has become a tool to achive that condition. A shoes store used shelfs as the main media of display, therefore it needs a special treatment in the design process because the characteristic of shelf itself is long and layered, which could create monotonous effect for the shoes' appearance. With the help of designed lighting, the shoes displayed in the shelf could be highlighted and appear in a better way. This thesis is studying about the artificial lighting effects on shoe display in correlation to the display-shelf. This research is using empirical method with literature study, survey, and interview to gather the necessary data. The result of the reseach has found that the highlighting of displayed shoes can be created by applying the accent lighting which has 3 to 12 times brighter light than general lighting, making the shoes more prominent and attractive.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
S51852
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Karina Widyastuty
Abstrak :
Pencahayaan buatan adalah salah satu upaya dari perancang untuk memenuhi kebutuhan penerangan bangunan. Pencahayaan buatan memikirkan elemen-elemen baik fungsionalitas maupun estetik. Pada lembaga kuliner terutama, pencahayaan buatan dapat menciptakan mood / suasana bagi para pengunjungnya. Suasana adalah salah satu poin pertimbangan besar dalam memilih tempat makan. Interaksi pertama pengunjung adalah dengan melihat dan menilai suasana dari lembaga kuliner tersebut, barulah setelah itu terkait dengan makanan yang disajikan, harga makanan, dan juga pelayanan yang diberikan. Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui korelasi antara jenis pencahayaan dari suatu lembaga kuliner dengan ketertarikan suatu kelas pasar tertentu. Penelitian ini akan menggunakan metode empiris melalui studi kepustakaan, survey, dan wawancara untuk mendapatkan data-data. Studi kasus dilakukan dengan meneliti dan membandingkan tipologi pencahayaan dari lembaga kuliner mulai dari kaki lima, warteg, food court, restoran, kafe, dan bar. Kategori target konsumer akan dilihat dan kategorikan berdasarkan harga yang ditawarkan oleh lembaga kuliner tersebut. Apakah lembaga tersebut menargetkan pasarnya sebagai pengunjung dengan skala ekonomi rendah, menengah, atau atas. Karakteristik suasana yang terbentuk dari pencahayaan dan warna dapat membuat lembaga¬lembaga kuliner ini terkategori berdasarkan target pasarnya. Penelitian akan dipusatkan pada pengaruh pencahayaan buatan dan nuansa warna baik dari segi fungsi maupun estetika. ......Artificial lighting is a way to fulfill the lighting needs of building. Artificial lighting can be used for both functionality and aesthetics purposes. In particular restaurant, artificial lighting can create mood / atmosphere for the visitors. The atmosphere is one of consideration for customer in choosing a place to eat. Visitor's first interaction is to look at and assess the mood of the space, then after that associated with the food, food prices, and also services provided. When the space suits customer?s need, they will consider to eat there. But there are also condition when customers only come to a restaurant for the food, they don?t bother the condition, as long as the food tastes good. This thesis aims to determine the correlation between the types of lighting with a certain restaurant. This study will use empirical methods through literature studies, surveys, and interviews to obtain data. Case studies conducted by examining and comparing the lighting typology of restaurants ranging from five feet, warteg, food courts, restaurants, cafes, and bars. Characteristics of the atmosphere which is formed from the lighting and color can make these restaurants categorized based on its target audience. Research will focus on the influence of artificial lighting and shades of color in terms of both function and aesthetics.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S738
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Santoso Adria Setiawan
Abstrak :
ABSTRAK
Selling point merupakan kualitas yang harus dimiliki tiap ruang komersial untuk dapat menarik perhatian pengunjung untuk datang bahkan menciptakan minat membeli. Aspek ini sangat dibutuhkan seiring bertambah banyaknya jenis dan jumlah ruang komersial khususnya di dalam pusat perbelanjaan. Pencahayaan buatan merupakan salah satu aspek desain yang penting dalam membentuk selling point ruang komersial dan dapat mempengaruhi perilaku konsumen dalam membeli. Pencahayaan buatan dapat meningkatkan tampilan ruang, menambah kualitas penampilan produk, menciptakan suasana dan menarik perhatian pengunjung yang merupakan bagian dari selling point suatu tenant.

Tulisan ini akan memaparkan dan menganalisis, apa saja peran pencahayaan dalam membentuk selling point dalam tenant, bagaimana aplikasi pencahayaan buatan yang dapat menciptakan selling point tenant di pusat perbelanjaan serta seberapa besar peran pencahayaan tersebut di tiap tipe tenant. Kajian tenant akan dilakukan pada satu pusat perbelanjaan di Jakarta dengan tipe tenant berdasarkan jenis produk yang dijual.
ABSTRACT
Selling point is quality which must be owned by every commercial space to attract the consumers's attention even to make them have an interest in buying. As the increase of many types of commercial space, specifically those in the shopping center, this aspect become more and more crucial. Artificial lighting is one of the important aspects of design that could create a tenant selling point and affect consumer behavior in purchasing. Artificial lighting can enhance the image of the space, adding the quality of the product appearance, creating an atmosphere and attract the visitors which is part of the selling point a tenant.

This paper will describe and analyze, what are the lighting roles in shaping the selling points of the tenant, how the application of artificial lighting can create the selling point of the tenant in the shopping center as well as how large a role of lighting in every type of the tenant. The review will be conducted on a single shopping center in Jakarta with the type of tenant based on the type of products.
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S42191
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>