Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dandy Fikhriyanto Soeparan
"Deteksi dan tanggap dini berbasis komunitas merupakan salah satu bentuk pencegahan ekstremisme kekerasan yang mendapatkan sambutan positif dari pemerintah maupun publik, akan tetapi belum banyak penerapannya di masyarakat Indonesia. Penelitian evaluatif ini bermaksud mengkaji model kerja dalam program deteksi dini dan tanggap dini ekstremisme kekerasan “SITI II” oleh organisasi non- pemerintah Peace Generation di Kelurahan Babakan Sari dan Kelurahan Pasirbiru, Kota Bandung, selama bulan September 2019 s.d. Juni 2021. Metodologi penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dan pragmatis, dengan teknik pengumpulan data purposive sampling serta metode analisa narasi, untuk mengolah data dari sumber-sumber sekunder dan primer, terutama dari para aktor pelaksana, mitra komunitas, maupun aparatur pemerintahan terkait di tingkat kelurahan, kota, dan nasional. Hal yang diamati adalah subjektifitas aktor pelaksana dan mitra komunitas yang mempengaruhi pelaksanaan SITI II, yang pada awalnya dirancang untuk peningkatan kohesi sosial guna membantu pencegahan ekstremisme kekerasan pada tingkat komunitas. Kesimpulan pada penelitian ini menunjukkan temuan-temuan terkait dampak subjektifitas tersebut, bahwa: (1) Perekrutan kelompok ekstremis menjadi sumber kekhawatiran di masyarakat; (2) SITI II merintis program pencegahan ekstremisme kekerasan berbasis komunitas oleh aktor non-pemerintah; (3) Subjektifitas aktor pelaksana dan mitra komunitas menentukan arah pelaksanaan SITI II; (4) Ekstremisme kekerasan tidak menjadi persoalan prioritas bagi para pemangku kepentingan SITI II; (5) Kaum perempuan memainkan peran strategis sebagai penggerak program pencegahan; (6) Aktor non-pemerintah dapat menjalankan peran proaktif bersama aktor pemerintah. Penelitian ini menawarkan kebaruan dengan mengkaji topik pencegahan ekstremisme kekerasan di tingkat komunitas dan subjektifitas yang terjadi dalam pelaksanaannya. Untuk tindak lanjut, penelitian mengajukan: (1) Saran akademis topik penelitian yang dapat dikembangkan, dengan metode studi perbandingan maupun partisipatoris; (2) Saran praktis agar program serupa SITI kelak dapat mengembangkan kader pengajar yang berdedikasi pada komunitas sasaran; (3) Saran stratejik agar implementasi kebijakan pencegahan ekstremisme kekerasan dapat dilaksanakan dengan metode pembelajaran yang matang, seraya menghindari sekuritisasi dan tetap menjaga rasa aman di masyarakat.

Community-based early detection and response, as a form of prevention of violent extremism, has received widely positive response from government and public alike, yet there have been few documented implementations in Indonesian society. This evaluative research sets out to examine a working model in community-based early detection and response program “SITI II” by non- governmental organization Peace Generation in Babakan Sari and Pasirbiru sub- districts, City of Bandung, from September 2019 to June 2021. This research employs a methodology that includes qualitative and pragmatic approach, with purposive sampling data collection technique and narrative analysis method, in processing the data collected from relevant secondary and primary sources – namely implementing actors, community partners, and government officials at sub-district, city, and sub-district levels. The observation explores the subjectivity of implementing actors and community partners that influenced the implementation of SITI II, which was originally designed to increase social cohesion towards preventing violent extremism at community level. The conclusion from this study leans toward findings related to the impact of such subjectivity, that: (1) Existing recruitment of extremist groups is a source of concern in society; (2) SITI II pioneered community-based violent extremism prevention program held by non-government actors; (3) The subjectivity of implementing actors and community partners determines the direction of SITI II implementation; (4) Violent extremism is apparently not an issue of priority for SITI II stakeholders; (5) Women play strategic role as drivers of SITI II; (6) Non- government actors can play a proactive role along with the government; (7) This research has various limitations that needs to be improved upon in the future. This research offers the novelty by examining the topic of preventing violent extremism at community level and the subjectivity that occurs in its implementation. For follow-ups, this research proposes the following: (1) Academic suggestions for relevant research topics that could be pursued, and a case for employing comparative and participatory study methods; (2) Practical suggestion for similar programs like SITI to develop a dedicated teaching cadre in target community; (3) Strategic suggestions for policymakers to implement prevention of violent extremism with tried-and-tested learning methodology, while avoiding securitization yet maintaining a sense of security in the target community."
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik Dan Global Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Yudha Apriliasari
"Gerakan keagamaan anti-mainstream yang berideologi ekstrim menguat pasca Orde Baru menjadi tantangan yang dihadapi oleh Indonesia saat ini. Sejalan dengan fenomena pergeseran nilai dan peran perempuan dalam perilaku kekerasan ekstrim, perempuan juga memiliki motivasi yang kuat untuk terlibat dalam pencegahan tindakan tersebut. Penelitian ini berusaha mengkaji salah satu upaya pencegahan ekstremisme kekerasan di tingkat akar rumput, yakni melalui penguatan resiliensi komunitas secara sosial, kultural dan keagamaaan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memberikan gambaran strategi resiliensi komunitas di Kecamatan Ngargoyoso dalam melibatkan kelompok perempuan lintas iman Sekar Ayu Ngargoyoso sebagai uoaya pencegahan estremisme kekerasan. Dengan menggunakan pendekatan kualitatif melalui FGD, wawancara mendalam, dan kajian kepustakaan, penelitian ini menjelaskan bagaimana strategi berbasis komunitas lintas iman berdampak pada menguatnya resiliensi masyarakat dalam upaya pencegahan ekstremisme kekerasan di tingkat lokal. Penelitian ini menggunakan Teori Resiliensi dan Feminism Liberal yang didukung dengan analisis gender-based approach untuk menjabarkan bagaimana strategi resiliensi yang berbasis pada komunitas lintas iman dalam kerangka program penguatan masyarakat yang inklusif dan setara. Kesimpulan dari penelitian ini adalah pendekatan berbasis komunitas dapat dijadikan sebagai strategi alternatif dalam membangun ketahanan masyarakat terhadap ancaman ekstremisme kekerasan, di samping pendekatan formal yang perlu untuk dilakukan terus menerus. Karena bentuk kegiatan yang dijalankan dekat dengan kehidupan sehari-hari masyarakat, serta menyesuaikan konteks dan kebutuhannya. Gerakan yang diinisiasi oleh aktor akar rumput yakni komunitas perempuan lintas iman Sekar Ayu Ngargoyoso mampu berperan sebagai pintu pembuka bagi ruang dialog publik, khususnya bagi perempuan untuk memperkuat kerja sama antarumat beragama, sekaligus menyebarkan pesan-pesan kerukunan, toleransi, dan perdamaian di masyarakat.

Indonesia has been dealing with the rise of extremist religious movements since the New Order era. As the dynamics of violent extremism evolve, women's roles and values are also transforming. This has motivated them to actively engage in preventing such acts of violence. This study focuses on efforts to prevent violent extremism at the grassroots level, particularly through enhancing community resilience socially, culturally, and religiously. The aim is to provide an overview of community resilience strategies in Ngargoyoso Sub-district, focusing on the involvement of the interfaith women's group Sekar Ayu Ngargoyoso as a means of preventing violent extremism. Using a qualitative approach involving focus group discussions, in-depth interviews, and literature review, the research explains the impact of interfaith community-based strategies on strengthening community resilience in combating violent extremism at the local level. The study is based on Resilience Theory and Liberal Feminism, supported by gender-based approach analysis, to illustrate how resilience strategies are rooted in interfaith communities within the framework of an inclusive and equal community strengthening program. The research concludes that a community-based approach can serve as an alternative strategy in building community resilience against the threat of violent extremism, in addition to ongoing formal approaches. This is because the activities carried out closely align with the daily life of the community and are adapted to the local context and needs. The grassroots initiative by the interfaith women's community Sekar Ayu Ngargoyoso provides a platform for public dialogue, especially for women, to enhance interfaith cooperation and promote messages of harmony, tolerance, and peace within the community."
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library