Ditemukan 1 dokumen yang sesuai dengan query
Sangayu Piwulang Sae
"Penelitian ini dilatarbelakangi oleh pergeseran paradigma dalam studi mengenai autisme yang memuat perubahan definisi autisme dari defisit kognitif menjadi pengalaman ketubuhan. Berangkat dari hal tersebut, penulis menelaah bagaimana autisme dipahami dalam pendidikan inklusi di Indonesia dan bagaimana pendidikan tersebut dilakukan secara umum. Di Indonesia, pendidikan inklusi bagi anak dengan autisme dijalankan sesuai dengan rancangan yang berdasarkan hasil asesmen individual dan berisi capaian kompetensi sesuai dengan kemampuan anak (kurikulum terpersonalisasi). Tujuan dari penelitian ini adalah mengangkat pembahasan mengenai relasi antara guru dengan murid autistik, agar mendapat perhatian yang sama paralel dengan capaian kompetensi yang digaungkan dalam kurikulum terpersonalisasi. Penulis menggunakan landasan filosofis Maurice Merleau-Ponty untuk mengusulkan relasi yang lebih empatik dalam pendidikan inklusi. Empati dalam pengertian fenomenologi Merleau-Ponty adalah rekognisi terhadap tubuh sebagai subjektivitas yang berbeda. Selanjutnya, penulis membahas tentang kesadaran akan pengalaman interkorporealitas atau relasi ketubuhan yang bersifat timbal balik antara persepsi dan aksi. Artikel ini mengajukan usulan untuk mengakui relasi tersebut sebagai suatu hal yang penting di antara guru dengan murid autistiknya, paralel dengan capaian kompetensi yang menjadi ekspektasi dari pendidikan inklusi di Indonesia.
This research is motivated by a paradigm shift in the study of autism, transitioning from defining autism as a cognitive deficit to understanding it as a bodily experience. Based on this shift, the author examines how autism is understood within inclusive education in Indonesia and how such education is generally implemented. In Indonesia, inclusive education for children with autism is carried out through an individually tailored design based on assessment results and includes competency targets suited to the child's abilities (a personalized curriculum). The aim of this research is to bring attention to the relationship between teachers and autistic students, ensuring it receives equal focus alongside the competency targets emphasized in the personalized curriculum. The author employs the philosophical framework of Maurice Merleau-Ponty to propose a more empathetic relationship in inclusive education. Empathy, in Merleau-Ponty's phenomenological understanding, is the recognition of the body as a distinct subjectivity. Furthermore, the author discusses the awareness of intercorporeal experiences or reciprocal bodily relations between perception and action. This article suggests recognizing such relationships as essential in the interactions between teachers and their autistic students, alongside the competency targets expected in inclusive education in Indonesia."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2025
TA-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library