Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 26 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Macmillan, Norman
Yogyakarta: Cahaya Langit, 2003
358.4 MAC gt
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Yudi Setiadi
"ABSTRAK
Semua bentuk tranportasi udara bagi publik membutuhkan pengawasan manajemen yang berkelanjutan, sebagaimana diketahui, kecelakaan masih tetap terjadi. Perusahaan penerbangan sipil di Indonesia seperti maskapai X mempunyai pertumbuhan yang lebih tinggi dibandingkan maskapai lain dalam hal penerbangan di daerah perintis. Selama penerbang masih berada di kokpit, penerbang harus tetap mempunyai kontrol dan laik untuk terbang. Penerbang harus paham tentang implikasi keselamatan terhadap mesin di udara dan lingkungan mereka. Stres yang berlebihan bisa merupakan faktor utama terhadap kecelakaan dan insiden. Bumout merupakan sindrom kelelahan emosional, depersonalisasi, dan pengurangan pencapaian diri, yang terjadi pada individu yang bekerja dengan orang lain (Maslach, 1982). Tujuan penelitian ini untuk mendapatkan gambaran burnout pada penerbang maskapai X yang bertugas di daerah perintis Papua secara umum, yang diikuti saran praktis bagi maskapai dan penerbang, untuk mendeteksi psychological fitness dalam rangka mengurangi human error pada operasi penerbangan. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Variabel dalam penelitian bumout ini diukur dengan Maslach Bumout Inventory (MBI) yang dikembangkan oleh Maslach dan Jackson pada tahun 1981 dan sudah pernah digunakan di Indonesia oleh Cicilia Yetiprawasti tahun 1991). Ada tiga dimensi yang diukur dalam MBI, yaitu kelelahan emosional, depersonalisasi, dan reduced personal accomplishment. Disimpulkan bahwa setidaknya sekali dalam satu tahun seorang penerbang maskapai X yang bertugas di daerah perintis Papua mengalami kondisi kelelahan emosional dan reduced personal accomplishment. Dimensi depersonalisasi tidak pernah dirasakan oleh penerbang maskapai X yang bertugas di daerah perintis Papua. Diharapkan hal ini dapat diikuti dengan asesmen oleh para ahli atau expert judge pada saat medical check up untuk memenuhi standar kesehatan guna memperpanjang lisensi penerbang, wawancara oleh pihak manajemen, dan partisipasi penerbang. Kesehatan psikis penerbang dapat dipulihkan dan karimya dapat diselamatkan jika didapat konseling yang tepat pada tahap awal sebelum terjadi gangguan mental."
2005
S3499
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Chappy Hakim
Jakarta: Dispenau, 2002
358.4 CHA p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Tantho Hartanto
1982
S2043
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Retno Wibawanti
"Buku Panduan Praktis Pengelolaan Fatigue BagiPenerbang:AktivitasFisik,LatihanFisikdan Waktu Tidur ini disusun berdasarkan sumber kepustakaan terkini dan hasil focused group discussion (FGD) dengan para penerbang dan pengampu kebijakan. Harapannya buku panduan ini dapat memberikan informasi praktis tentang fatigue serta pengelolaannya yang dapat dilakukan oleh penerbang dan dapat menjadi rekomendasi atau rujukan bagi para pemangku kebijakan di bidang penerbangan. Dengan menjadikan buku panduan ini rekomendasi untuk pengelolaan fatigue, diharapkan dapat mendukung upaya peningkatan kesehatan personil penerbangan dan keselamatan penerbangan di Indonesia
"
Jakarta: UI Publishing, 2019
620.112 6 RET p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Yudhie Harianto
"Penelitian ini membahas faktor-faktor yang berhubungan dengan persepsi penerbang terhadap risiko penerbangan malam di PT. Sriwijaya Air. Desain penelitian dengan studi potong lintang dengan menggunakan angket dan skala. Subjek yang terlibat dalam penelitian ini n= 76 orang. Hasil studi menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara Total Jam Terbang, Total Jam Terbang Malam, Sertifikat Terbang, Kualifikasi Penerbang dengan Penerbangan Malam. Hasil studi ini manganjurkan pelatihan penyegaran berkala untuk materi penerbangan malam bagi para penerbang selain pelatihan wajib yang dianjurkan pemerintah.

This study focus on some factors related to pilot perception on night flying risk at PT. Sriwijaya Air. Using cross sectional model with questioner and night flying risk perception scale as it main instrument. 76 respondents involved in this study. Significant relation found on Total Pilot?s Flight Hours, Total Pilot?s Night Hour, Pilot Licenses and Pilot Qualification with Night Flying Risk Perception. This study recommends night flying recurrent training other than mandatory training required by the agency."
Depok: Universitas Indonesia, 2010
T31410
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Intan Faridasari Kusumawaty
"Latar Belakang: Hiperlipidemia memiliki angka prevalensi yang tinggi pada penerbang di Indonesia. Penanganan hiperlipidemia tersebut salah satunya diterapi oleh statin dengan salah satu efek samping gangguan musculoskeletal. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan terapi statin dengan gangguan muskuloskeletal pada penerbang dengan hiperlipidemia di Indonesia.
Metode: Metode penelitian yang digunakan adalah metode potong lintang. Pengambilan data di Balai Kesehatan Penerbangan Indonesia pada bulan Mei-Juni 2018 dengan cara pengisian kuesioner terstruktur dan data rekam medis. Kuesioner diberikan kepada penerbang yang melakukan pemeriksaan kesehatan per enam bulan sebanyak 203 penerbang. Penerbang yang masuk kriteria mengalami hiperlipidemia dan menggunakan statin sebanyak 57 orang. Data kemudian diolah dengan program SPSS versi 22 dan dianalisis dengan menggunakan uji Chi-Square, Fisher, dan Kolmogorov-Smirnov.
Hasil : Dari 203 responden, 85 41,87 penerbang mengalami hiperlipidemia dengan 57 penerbang pengguna statin. Sebanyak 5 orang 8,77 penerbang pengguna statin dengan hiperlipidemia mengalami gangguan musculoskeletal. Faktor ndash; faktor risiko yang berperan seperti jenis kelamin, umur, jam terbang total, indeks massa tubuh, jenis pesawat dan jabatan tidak memiliki perbedaan yang bermakna terhadap gangguan muskuloskeletal. Tidak terdapat perbedaan bermakna antara gangguan otot yang dialami penerbang pengguna statin dengan hiperlipidemia p > 0,05.
Kesimpulan: Dapat disimpulkan penggunaan statin pada penerbang yang mengalami hiperlipidemia tidak berhubungan dengan gangguan musculoskeletal. Dengan demikian penggunaan statin bisa disarankan pada penerbang.

Background : Hyperlipidemia has a high prevalence rate among pilots in Indonesia. One of Treatment of hyperlipidemia treated by statins with one of the side effects of musculoskeletal disorders. The purpose of this study to examine the relationship between statin therapy with musculoskeletal disorder among pilots with hyperlipidemia in Indonesia.
Methods : This study using cross-sectional design. Data retrieve in Indonesian Aviation Medical Centre in May-June 2018 by structured questionaires and medical records. questionnaires is given to pilots who do general check up in six months periodically N=203 . Pilots who met with criteria statin user and hyperlipidemia 57 participants. Data processed by SPSS version 22 and analyzed using Chi-Square, Fisher and Kolmogorov-smirnov test.
Result: From 203 respondents, 85 41,87 pilot have hyperlipidemia with 57 pilots use statin. The result shows 5 participant experience muscoskeletal disorder 8,77 . The risk factors such as gender, age, total flight hour, body mass index, type of aircraft and position have no significant meaning with musculoskeletal disorders. There is no association between statin therapy among hyperlipidemia pilots with musculoskeletal disorder p>0,05.
Conclusions : There is no association between statin therapy among hiperlipidemia pilots with musculoskeletal disorder. Therefore statin therapy can be suggested to pilots.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Inka Setiorini Roebiono
"Penerbang adalah salah satu profesi yang unik, karena memiliki sifat pekerjaan yang berbeda dengan profesi lainnya. Profesi ini sudah sangat populer dalam kehidupan masyarakat modern dan sudah banyak penelitian yang dilakukan untuk menyeli- diki faktor bioteknikal dari sisi seorang penerbang. Tetapi ternyata masih sedikit yang menyelidiki aspek sosial yang terbentuk dalam kaitannya dengan profesinya tersebut, termasuk penelitian yang berkaitan dengan sisi kehidupan keluarga penerbang. Padahal, menurut pendapat beberapa ahli, keadaan keluarga sedikit banyak berpengaruh terhadap kinerja yang ia tunjukkan.
Pada kehidupan perkawinan seseorang, selalu dituntut adanya penyesuaian diri dari masing-masing pihak dan ini biasa disebut sebagai penyesuaian perkawinan. Masa penyesuaian yang paling sulit adalah pada masa 0 - 2 tahun perkawinannya, dan masa tersebut merupakan masa di mana seseorang harus menyesuaikan diri dengan pasangannya. Dikaitkan dengan kehidupan suami sebagai penerbang, pekerjaannya sendiri sudah merupakan suatu bentuk penyesuaian tersendiri, apalagi bila dikaitkan dengan awal-awal perkawinan mereka yang juga membutuhkan penyesuaian yang tidak mudah.
Penelitian ini menggunakan beberapa teori yang dikemukakan para ahli untuk menggali dan menemukan jawaban dari 3 pertanyaan yang menjadi dasar penelitian ini. Masalah yang muncul dalam masa penyesuaian perkawinan Seorang penerbang ternyata tidak hanya berasal dari 8 area penyesuaian perkawinan yang umumnya ditemui pasangan biasa, tetapi muncul masalah-masalah lain yang sangat spesifik dan berkaitan dengan kondisi kerjanya. Dari 8 area tersebut, 2 area berkaitan erat, 1 area diduga berkaitan erat tetapi masih harus diteliti lebih lanjut, sedangkan 4 area lainnya tidak berkaitan. Sedangkan area terakhir, tidak dapat dilihat kaitannya karena data yang didapat sangat minim.
Area yang berkaitan erat dengan profesi seorang penerbang adalah pembagian peran dan rekreasi/penggunaan waktu luang, serta yang diduga berkaitan dengan profesi tersebut walaupun harus diteliti lebih lanjut yaitu pada area pengasuhan anak. Sedangkan masalah yang spesifik muncul pada pasangan keluarga penerbang tetapi tidak termasuk dalam 8 area penyesuaian perkawinan tersebut adalah penyesuaian terhadap profesi suami, ketakutan yang muncul dari pihak istri serta adanya pengaruh keluarga yang mempengaruhi kinerja dan konsentrasi seorang penerbang.
Selain itu, cara penyelesaian masalah yang muncul tidak hanya berbentuk kesepakatan atau kompromi saja, tetapi ternyata muncul bentuk lain yang bukan merupakan ke 2 bentuk cara penyesuaian perkawinan tersebut dan lebih mengarah pada bentuk strategi Coping.
Terakhir, terlihat faktor-faktor yang mempengaruhi penyesuaian perkawinan pada ke empat pasang keluarga penerbang yang ditemui. Faktor-faktor yang berkaitan erat dengan kondisi kerja suami sebagai penerbang, baik sebagai faktor pendukung ataupun faktor penghambat adalah komunikasi yang terbuka, kesiapan mental istri termasuk kesadaran bahwa istri harus dapat memberikan ketenangan bagi suami, serta peranan suami untuk menceritakan dunia kerjanya secara lebih terbuka.
Penelitian studi kasus memberikan hasil yang unik, karena akan terlihat perbedaan untuk tiap pasang yang diwawancarai. Namun demikian, hasil yang diperoleh tidak begitu saja dapat digeneralisasikan untuk populasi pasangan penerbang yang baru menikah selama 2 tahun pada umumnya."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1997
S2608
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kurniawan Pratama
"Latar belakang: Kelebihan berat badan pada penerbang dapat berkaitan dengan jam terbang total dan faktor risiko lainnya. Oleh karena itu perlu diidentifikasi kaitan jam terbang total dan faktor lainnya terhadap risiko tersebut.
Metode: Studi potong lintang dengan sampel purposif diantara penerbang yang melakukan pemeriksaan kesehatan berkala di Balai Kesehatan Penerbangan Jakarta dari 27 April-13 Mei 2015. Data dikumpulkan dengan cara wawancara dan pemeriksaan antropometri. Data terdiri dari karakteristik demografi, pekerjaan, kebiasaan makan dan olahraga. Klasifikasi Indeks Massa Tubuh(IMT) berdasarkan standar WHO Asia Pasifik. Analisis dengan regresi Cox dengan waktu yang konstan.
Hasil: Diantara 690 penerbang yang berusia 19-65 tahun, diperoleh 428 penerbang yang beresdia mengikuti penelitian ini. Penerbang yang sesuai dengan kriteria berjumlah 220 orang (145 kelebihan berat badan dan 75 normal). Faktor dominan berkaitan dengan kelebihan berat badan adalah jam terbang total dan kebiasaan makan makanan berlemak. Dibandingkan penerbang dengan jam terbang total 40-2000, subjek dengan jam terbang total 2001-15000 dan 15001-30000 masing-masing mempunyai 58% risiko lebih besar untuk mempunyai kelebihan berat badan.[masing-masing risiko relatif suaian (RRa)=1,58 ; p=0,000] Dibandingkan subjek yang hampir tidak pernah makan makanan berlemak, subjek dengan kebiasaan makan makanan berlemak 3-4x/minggu mempunyai 48% risiko lebih besar untuk mempunyai kelebihan berat badan (RRa=1,48; 95% CI=1,24-1,76; p=0,000).
Kesimpulan: Jam terbang total lebih dari 2000 jam dan kebiasaan makan makanan berlemak 3-4x/minggu mempertinggi risiko kelebihan berat badan di antara penerbang sipil Indonesia.

Background: Overweight at risk on pilots can be related to the total flying hours and other risk factors. This study aimed to identify the relationship between total flight hours and other factors related to overweight at risk in Indonesian civil pilot.
Methods: A cross-sectional study with a purposive sampling was conducted among pilots undergoing periodic medical check up on April 27th-May 13th 2015 at Aviation Medical Centre (Balai Kesehatan Penerbangan) The collected data were demographic and characteristics, eating and exercise habits. Data were collected through interviews and anthropometric measurements. Subjects were classified normal and overweight at risk according to WHO Asia Pacific. Analysis was using Cox regression with constant time.
Results: A number of 690 pilots who conducted medical examinations, 428 subjects agreed to join the study. A number of 220 subjects were available for this study, which consisted of 145 overweight at risk pilots and 75 normal. Pilots who had 2001-15000 and 15001-30000 total flight hours, compared to pilots who had 40?2000 total flight hours had 58% increased risk to be overweight [adjusted relative risk (RRa)= 1.58; p = 0.000]. Pilots who had eating fatty food habit 3-4 times a week had 48% increased risk to be overweight at risk (RRa = 1.48; 95% CI= 1.24 to 1.76; p = 0.000).
Conclusion: Flying hours total 2000 or more and eating fatty foods habit increase the risk of overweight at risk civilian pilot in Indonesia.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Vika
"ABSTRAK
Penelitian ini merupakan uji validitas dan reliabilitas kuesioner Morisky Medication Adherence Scale 8 (MMAS-8) versi bahasa Indonesia untuk mengukur kepatuhan konsumsi statin pada 40 penerbang militer di Skadron Udara Halim Perdanakusuma pada tanggal 6 April-15 Mei 2016. Hiperkolesterolemia merupakan penyebab penyakit kardiovaskular yang dapat menyebabkan inkapasitasi dalam penerbangan. Salah satu cara untuk mengontrol hiperkolesterolemia adalah dengan minum obat antikolesterol golongan statin, namun belum ada instrumen yang dapat digunakan untuk mengukur kepatuhan minum obat statin di kalangan penerbang militer di Indonesia. Validitas diuji dengan validitas kriteria. Reliabilitas diuji dengan konsistensi internal dan uji ulang (test-retest). Didapatkan korelasi negatif lemah dan tidak ditemukan hubungan bermakna antara antara kadar kolesterol dan tingkat kepatuhan minum statin (koefisien Spearman -0,199; p=0,218). Konsistensi internal moderat (Cronbach?s α=0,759) dengan reliabilitas tes ulang yang baik (koefisien Spearman=0,860). Hasil uji validitas dan reliabilitas MMAS 8 versi bahasa Indonesia pada penerbang militer belum dapat digunakan untuk mengukur kepatuhan minum statin pada penerbang militer di Indonesia.

ABSTRACT
This study analyzed the validity and reliability of Morisky Medication Adherence Scale 8 (MMAS-8) Bahasa version to measure statin adherence among 40 military pilots in Halim Perdanakusuma Air Force Base on April 06th-May 15th 2016. Hypercholesterolemia is the cause of cardiovascular disease which lead to inflight incapacitation. One of the way to control hypercholesterolemia is using statin medication, however there has not been an instrument to measure statin adherence in military pilots in Indonesia. Validity was confirmed using crirerion-related validity. Reliability was tested for internal consistency and test-retest reliability. Negative weak correlation and no significant association between cholesterol and statin adherence level (Spearman coefficient -.199, p=0.218) was found. Moderate internal consistency and excellent test-retest reliability were found (Cronbach?s α=0.759; Spearman correlation=0.860). Validity and reliability of MMAS 8 Bahasa version has not been able to be used to measure statin adherence among military pilots in Indonesia."
2016
T46639
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>