Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Citra Febriony
Abstrak :
ABSTRAK
Tuberkulosis merupakan suatu penyakit infeksi menular yang mendapat perhatian khusus di dunia.Pengawas Minum Obat merupakan bagian dari Directly Observed Treatment Shourtcourse.Penelitian ini dilakukan untuk meningkatkan keberhasilan pengobatan TB Indonesia.Desain penelitian menggunakan potong lintang 205 subyek,dari data rekam medis dan TB-01 tahun 2012-2014 dan eksperimental 23 subyek kelompok kontrol,23 subyek kelompok terintervensi .Penelitian menunjukkan indikasi pemberian KDT 96,6 tepat dan 3,4 tidak tepat,lama pemberian 74,2 tepat dan 25,8 tidak tepat,pemberian dosis 85,9 tepat dan 14,1 tidak tepat. Hubungan efek samping KDT dengan keberhasilan pengobatan TB tidak bermakna secara statistik p=0,173;0,757,IK95 :0,077-1,612 .Kelompok terintervensi terjadi peningkatan PMO pengetahuan cukup 8,6 ,kelompok kontrol meningkat 13 .Pengetahuan kurang kelompok terintervensi menurun 8,6 ,kelompok kontrol menurun 13 .Tidak ada hubungan bermakna secara statistik antara hubungan pengetahuan PMO setelah 2 bulan p=0,575;IK95 : 0,978-1,151 dan 6 bulan pengobatan konversi dahak setelah 6 bulan 100 .Kepatuhan berobat pasien selama 6 bulan 100 .Efek samping minor tidak memengaruhi keberhasilan pengobatan TB,sehingga pengobatan tetap dilanjutkan meskipun muncul efek samping.Tidak ada hubungan tingkat pengetahuan PMO dengan kepatuhan berobat,tingkat pengetahuan PMO dengan konversi dahak,serta kepatuhan berobat dengan konversi dahak.
ABSTRACT
Tuberculosis is an infectious disease which is under special attention by the world.Direct Observed Treatment DOT is part of the Directly Observed Treatment Shourtcourse.This research is conducted to improve TB treatment success rate in Indonesia.Design of research used cross sectional study 205 subjects which data was obtained from medical record and TB 01 card between 2012 2014 and experimental study 23 subjects as controlled group,23 subjects as experimental group. FDC treatment indication was 96.6 correct and 3,4 incorrect, FDC treatment duration was 74.2 correct and 25.8 incorrect, FDC dosage treatment was 85.9 correct and 14.1 incorrect.There was 8.6 increase in DOT rsquo s level of understanding in the experimental group while there was 13 increase in the control group.There was no statistical significant relationship between DOT rsquo s level of understanding with 2nd month p 0.575 95 CI 0,978 1,151 and 6th month treatment sputum conversion after 6 months was 100 .Medical treatment adherence within 6 month period was 100 .Side effect does not impact TB treatment success rate,therefore patients were still continued the treatment.There is no correlation between DOT rsquo s level of understanding with medical treatment adherence, DOT rsquo s level of understanding with sputum conversion as well as between medical treatment adherence with sputum conversion.
2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aam Citrida Pramita
Abstrak :
ABSTRAK Tuberculosis Paru banyak diderita masyarakat perkotaan. Perawatan dan pengobatannya membutuhkan waktu cukup lama. Salah satu penanganan dari Tuberculosis Paru ialah Pendidikan Kesehatan terhadap klien dan keluarga sebagai pengawas minum obat terkait TB Paru dan OAT. Penulisan karya ilmiah akhir ini bertujuan untuk menganalisis intervensi keperawatan yaitu Pendidikan Kesehatan terhadap klien dan keluarga sebagai pengawas minum obat. Pendidikan kesehatan diberikan di Instalasi Penyakit Dalam Gedung A Lantai 7 Zona A RSUPN. Cipto Mangunkusumo. Hasil dari intervensi yang dilakukan yaitu bertambahnya pemahaman klien tentang TB Paru. Hal ini terlihat dari kemampuan klien menyebutkan pengertian TB Paru, 3 tanda dan Gejala TB Paru, serta 2 akibat tidak teratur minum obat. Evaluasi dari intervensi yang dilakukan merekomendasikan agar perawat melakukan beberapa modifikasi di ruang isolasi khusus Tuberculosis. Diantara modifikasi yang dapat dilakukan adalah memasang poster yang berisikan pengetahuan tentang Tuberculosis dan pengobatan teratur, meningkatkan frekuensi intervensi pendidikan kesehatan terkait Tuberculosis serta penambahan jumlah staf sebagai pengawas menelan obat di rumah sakit.
ABSTRACT PulmonaryTubeculosis affected many urban communities. Caring and treatment were taken a long time. One of way to handle of Pulmonary Tuberculosis was Health Education towards the client and the family as a supervisor to take medication related pulmonary TB and anti-tuberculosis drugs. This research aimed to analyze the nursing interventions toward health education to the client and families as a supervisor to take medication. A health education has been given at Medical Ward Building A 7th Floor Zone A RSUPN. Cipto Mangunkusumo Jakarta Pusat. The result of interventions that increase client understanding of pulmonary TB. This could be seen from the client's ability to mention the meaning of pulmonary TB, 3 signs and symptoms of pulmonary TB, and 2 due to irregular taking medication. Evaluation of interventions recommended that nurses perform some modifications in isolation room for Tuberculosis. Among the modifications to do is put up a poster that contains knowledge of Tuberculosis and regular treatment, increasing the frequency of health education interventions related to tuberculosis and increasing the number of staff as a supervisor for taking medication in hospital.
2016
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sumarman
Abstrak :
Penderita tuberkulosis yang telah selesai pengobatan namun tidak melaksanakan periksa ulang dahak pada fase akhir pengobatan jumlahnya mencapai 117 orang (20% dari total penderita). Pengawas Minum Obat (PMO) mempunyai tugas untuk mengingatkan penderita agar melaksanakan periksa ulang dahak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan peran PMO dengan kepatuhan periksa ulang dahak pada fase akhir pengobatan. Desain penelitian yang digunakan adalah kasus kontrol. Kasus adalah penderita tuberkulosis paru basil tahan asam (BTA) positif berumur > 15 tahun yang telah selesai mendapatkan pengobatan kategori 1 dan tidak melakukan periksa ulang dahak pada bulan kelima atau akhir pengobatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara statistik variabel confounder yaitu penyuluhan petugas dan pengetahuan penderita berhubungan bermakna dengan kepatuhan periksa ulang dahak pada fase akhir pengobatan penderita tuberkulosis dewasa. Hasil multivariat dengan regresi logistik menunjukkan bahwa peran PMO yang kurang baik berisiko sebesar 3,013 kali untuk menyebabkan penderita tidak patuh periksa ulang dahak pada fase akhir pengobatan dibandingkan dengan penderita yang memiliki peran PMO baik (95% CI = 1,615-5,621) setelah dikontrol variabel penyuluhan petugas dan pengetahuan penderita.
Patients with tuberculosis who had completed treatment but did not do sputum rechecking at the end of treatment phase reached 117 people (20% of total patients). The drug consumption supervisor has a duty to remind the patient to carry out sputum rechecking. This study aims to determine the correlation role of drug consumption supervisor with the compliance sputum rechecking at the end of treatment phase. The design study is case-control. Cases are positive pulmonary tuberculosis patients aged > 15 years who had completed a treatment category 1 and did not recheck the sputum at month 5 or the end of treatment. The results showed that statistically vari-able confounder knowledge of extension workers and patients correlated significantly with the compliance sputum rechecking at the end of treatment phase of adult tuberculosis patients. The results of multivariate showed logistic regretion that drug consumption supervisor?s role is less well having 3,013 times the risk of causing the patient not adherent to recheck the sputum at the final phase of treatment compared to patients whose drug consumption supervisor role well (95% CI = 1,615 to 5,621) after the controlled variable extension officers and the knowledge of the patient.
Dinas Kesehatan Kabupaten Oku Timur Sumatera Selatan, 2011
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Zahra Mutiara Rizka
Abstrak :
ABSTRAK
Tuberkulosis merupakan penyakit menular yang masih sulit diputus rantai penularannya. Self efficacy yang tinggi dalam beberapa penelitian mempunyai pengaruh yang baik dalam perilaku hidup sehat dan kepatuhan pengobatan yang dibutuhkan klien tuberkulosis. Beberapa sumber atau dukungan dibutuhkan dalam meningkatkan self efficacy. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kebutuhan klien tuberkulosis paru dalam meningkatkan self efficacy di wilayah kecamatan Cimanggis, Depok. Metode penelitian ini menggunakan deskriptif kuantitatif dengan cross sectional dan kuesioner yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya dengan nilai validitas sebesar r > 0,361. Nilai reliabilitas pada kuesioner A 0,759, kuesioner B 0,757, kuesioner C 0,780, dan kuesioner D 0,768. Total sampling sebanyak 83 responden di puskesmas se-kecamatan Cimanggis berpartisipasi dalam penelitian. Analisis yang dilakukan adalah univariat dan menghasilkan data bahwa sembilan kebutuhan yang diteliti adalah hal-hal yang dibutuhkan klien tuberkulosis untuk dapat meningkatkan self efficacy pada dirinya. Kebutuhan tertinggi klien tuberkulosis adalah peran pengawas minum obat. Walaupun demikian kebutuhan kenyamanan dalam pengobatan, tenaga kesehatan yang dekat, ramah, dipercaya dan enam kebutuhan lainnya juga diperlukan. Saran yang dapat diberikan adalah perlunya memelihara atau meningkatkan pelayanan kesehatan yang memuaskan untuk klien tuberkulosis dan peran petugas kesehatan perlu ditingkatkan dalam membina hubungan saling percaya dan memberikan informasi dan motivasi kepada klien tuberkulosis dan keluarganya.
ABSTRACT
Tuberculosis is an infectious disease that is still difficult to break the chain of transmission. High self efficacy in some studies has a good effect on healthy living behaviors and medication adherence required by tuberculosis clients. Some resources or support is needed to improve self efficacy. This study aims to portrait the pulmonary tuberculosis clients rsquo demands in improving self efficacy at the district of Cimanggis, Depok. This research method using descriptive quantitative with cross sectional, using questionnaires that have been tested validity and reliability with validity value of r 0,361. Reliability score on questionnaire A 0,759, questionnaire B 0,757, questionnaire C 0,780, and D questionnaire 0,768. This study applied total sampling with 83 clients at public health centres in sub district Cimanggis. The analysis was univariate and yielded nine things of the tuberculosis clients rsquo demands to improve self efficacy. The highest demand was the role of tuberculosis medication supervisor. It is suggested that the need to maintain or improve the health services that compromise the tuberculosis client and the role of health workers need to be improved in fostering mutual trust relationships and providing information and motivation to tuberculosis clients and their families.
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shania Adhanty
Abstrak :
Indonesia merupakan negara yang menempati urutan kedua dengan kasus TB tertinggi di dunia. Kasus TB di Indonesia paling banyak ditemukan di tiga Provinsi, salah satunya Provinsi Jawa Barat. Berdasarkan Perhimpunan Organisasi Pasien TB (POP TB) estimasi beban TB tertinggi di Indonesia berada di Provinsi Jawa Barat dengan cakupan pengobatan hanya 50%. Ketidakpatuhan pada pengobatan dapat menyebabkan resistensi obat, kekambuhan penyakit dan kematian. Oleh karena itu dibutuhkan seseorang yang dapat mengawasi pengobatan yang harus dijalani oleh penderita TB. Memastikan kehadiran PMO merupakan salah satu langkah yang solutif untuk meningkatkan keberhasilan pengobatan TB. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara ketersediaan PMO dengan kepatuhan minum obat penderita Tuberkulosis Paru di Provinsi Jawa Barat. Desain studi yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross- sectional dengan pendekatan kuantitatif dan menggunakan data sekunder Riskesdas 2018. Analisis dilakukan terhadap 124 penderita TB di Provinsi Jawa Barat yang telah memenuhi kriteria inklusi maupun eksklusi. Hasil analisis menunjukkan bahwa proporsi ketidakpatuhan penderita TB paru di Provinsi Jawa Barat mencapai 28,23% dan tidak tersedianya PMO mencapai 37,10%. Analisis multivariat menunjukkan bahwa penderita TB yang tidak memiliki PMO 1,35 kali berisiko untuk tidak patuh minum obat dibandingkan dengan yang memiliki PMO setelah dikontrol oleh variabel kovariat (PR 1,35; 95% CI: 0.68 – 2.70). Namun hubungan antara keduanya tidak signifikan secara statistik (p value > 0,05). Memastikan PMO melaksanakan tugasnya dengan baik dengan memberikan fasilitas transportasi yang memadai, memberikan edukasi secara lengkap baik pada PMO maupun penderita TB, pengembangan teknologi dalam melakukan pengawasan, serta menambah jumlah fasilitas pelayanan kesehatan perlu dilakukan sebagai upaya untuk meningkatkan kepatuhan penderita TB. ......Indonesia is one of the countries that ranks second as the country with the highest TB cases in the world. Most TB cases in Indonesia are found in three Provinces, one of which is West Java Province. Based on the Association of TB Patient Organizations (POP TB) it is estimated that the highest TB burden in Indonesia is in West Java Province with only 50% treatment coverage. Non-adherence with treatment can lead to drug resistance, disease recurrence and death. Therefore it takes someone who can supervise the treatment that must be undertaken by TB patient. Ensuring the presence of drug supervisors is one of the solution to increase the success of TB treatment. This study aims to see the relationship between the availability of drug supervisors with Pulmonary Tuberculosis Patients Medication Adherence in West Java Province. The study design used in this study is cross-sectional with a quantitative approach and used Riskesdas 2018 secondary data. Analysis was carried out on 124 TB patients in West Java Province who had met the inclusion and exclusion criteria. The results of the analysis showed that the proportion of non-adherence with pulmonary TB patients in West Java Province reached 28.23% and the unavailability of drug supervisors reached 37.10%. Multivariate analysis showed that TB patients who did not have drug supervisors were 1.35 times at risk for not adhere to take medication compared to those who had drug supervisors after controlled by covariate variables (PR 1,35; 95% CI: 0.68 – 2.70). However, the relationship was not statistically significant (p value > 0.05). Ensuring drug supervisors carry out their duties properly by providing adequate transportation facilities, provide education for both drug supervisors and TB patients, developing technology in conducting supervision, and increasing the number of health service facilities needs to be done as an effort to increase adherence of TB patients.
Depok: 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library