Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Chandri Bunga Wijayanti
Abstrak :
Hipertermia merupakan peningkatan suhu tubuh sehubungan dengan ketidakmampuan mekanisme alami tubuh untuk menurunkan produksi panas. Hipertermia dapat diatasi secara farmakologis maupun non farmakologis. Tepid water sponge sebagai salah satu terapi non farmakologis sering direkomendasikan untuk menurunkan suhu tubuh secara terkontrol. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran pengetahuan orangtua terhadap tepid water sponge sebagai salah satu cara menurunkan suhu tubuh anak hipertermia di Kelurahan Bojong Kulur, Bogor. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan sampel sebanyak 102 ibu yang memiliki anak balita dan dipilih secara cluster sampling. Hasil menunjukkan bahwa 55,9% ibu memiliki pengetahuan yang cukup mengenai tepid water sponge, sedangkan 39,2% lainnya memiliki pengetahuan yang kurang dan hanya 4,9% ibu yang memiliki pengetahuan baik. Penelitian ini menyarankan diadakannya penyuluhan tentang tepid water sponge sebagai pendidikan kesehatan terkait penatalaksanaan anak hipertermia bagi ibu yang memiliki anak balita. ......Hyperthermia is a condition when the body temperature increased with respect to the inability of the body's natural mechanism to reduce heat production. Hyperthermia can be overcome by pharmacological and non-pharmacological. Tepid water sponge as a non-pharmacological therapy is often recommended to lower the body temperature in a controlled manner. This research was conducted to know the description of parental knowledge of the tepid water sponge as a way to reduce the child's temperature hyperthermia in Bojong Kulur village, Bogor. A descriptive survey was used and 102 mothers who have children between the ages of one to five years old were selected as respondents by cluster sampling technique. The results showed that 55.9% of respondents had a considerable knowledge of tepid water sponge, whereas 39.2% had less knowledge and only 4.9% of women who had a good knowledge. This study suggests the holding extension of tepid water sponge as health education related to child hyperthermia treatment for mothers with children between the ages of one to five years old
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
S45886
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syifa Putri Salsabila
Abstrak :
Anak dengan kesulitan belajar spesifik sering dianggap bodoh karena prestasi akademiknya yang kurang baik dibanding anak lainnya. Hal tersebut menjadi perhatian salah satunya bagi orangtua karena harus memiliki pengetahuan agar dapat mendeteksi dini, terutama orangtua anak usia prasekolah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan orangtua anak usia prasekolah tentang insan berkemampuan khusus dengan kesulitan belajar spesifik di TK Kota Depok. Desain penelitian yang digunakan yaitu cross sectional dengan jumlah sampel sebanyak 107 responden yang merupakan orangtua dari anak usia prasekolah yang sedang menempuh pendidikan di TK Kota Depok. Analisis data univariat menggunakan uji proporsi, menunjukkan hasil bahwa responden pada penelitian ini memiliki tingkat pengetahuan baik (79,4%). Penelitian ini merekomendasikan pemberian edukasi terkait insan berkemampuan khusus dengan kesulitan belajar spesifik, sehingga dapat meningkatkan pengetahuan orangtua, guru, maupun tenaga profesional yang lain.
Children with specific learning difficulties are often considered stupid because of their poor academic performance compared to other children. This is one of the concerns for parents because they must have knowledge in order to detect it early, especially parents of preschool children. This study aims to find out the description of parents of preschool children‟s knowledge about special ability individuals with specific learning difficulties in kindergarten in Depok. The research design used is cross sectional with a total sample of 107 respondents who are parents of preschool children who are currently attending Kindergarten in Depok City. Univariate data analysis using the proportion test, showed that the respondents in this study had a good level of knowledge (79.4%). This study recommends providing education related to persons with special abilities with specific learning difficulties, so as to increase the knowledge of parents, teachers, and other professionals.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nisrina Agustia Iswara
Abstrak :
Latar belakang: Risiko infeksi COVID-19 di tempat praktik dokter gigi menyebabkan pelayanan kedokteran gigi diprioritaskan untuk kasus kegawatdaruratan gigi, yaitu keadaan mulut yang mengancam nyawa dan membutuhkan perawatan segera untuk menghentikan perdarahan, infeksi, maupun nyeri. Anak kelompok usia 3-6 tahun sering mengalami trauma dental dan nyeri karena gigi berlubang yang termasuk dalam kegawatdaruratan gigi. Orang tua perlu diedukasi untuk mengetahui kasus kegawatdaruratan gigi yang mungkin terjadi pada anak dan penanganannya selama pandemi COVID-19 tanpa kontak langsung untuk mencegah penyebaran infeksi COVID-19, seperti sekolah taman kanak-kanak (TK) yang telah melakukan pembelajaran secara daring. Edukasi menggunakan media visual secara daring berpotensi untuk memperbaiki pengetahuan orang tua mengenai kegawatdaruratan gigi pada anak. Tujuan: menganalisis efektivitas edukasi media visual secara daring tentang kegawatdaruratan gigi anak selama pandemi COVID-19 terhadap pengetahuan orang tua murid (OTM) TK. Metode: Penelitian ini merupakan studi eksperimental dengan cara menilai pengetahuan OTM sebelum dan setelah dilakukan edukasi menggunakan media visual secara daring melalui kuesioner yang diberikan secara daring. Media visual berupa video animasi berdurasi 2 menit dengan narasi tertulis. Hasil: Penelitian diikuti oleh 45 OTM dari TK kecamatan Setiabudi, Jakarta Selatan. Pengetahuan OTM setelah edukasi meningkat secara signifikan dibandingkan sebelum edukasi (Uji Wilcoxon, p < 0,05), tetapi tidak dipengaruhi oleh pendidikan, usia, dan pekerjaan orang tua murid (Uji Mann Whitney dan Kruskal Wallis, p > 0,05). Kesimpulan: Edukasi menggunakan media visual secara daring tentang kegawatdaruratan gigi anak efektif dalam meningkatkan pengetahuan OTM TK. ......Background: Dental threatening or needs immediate treatment to control bleeding, infection, or pain, during COVID-19 pandemic to minimize the transmission risk of COVID-19 infection in dental setting. The children in 3-6-year age group are frequently experienced from dental trauma or pain due to dental caries that needs immediate treatment. Thus, an education in pediatric dental emergency during this pandemic is necessary to reduce the morbidity rate in children, especially for parents. An online education using visual aid, that is currently applied in most schools in Indonesia, can be useful to improve the parent’s knowledge in pediatric dental emergency. Objective: To analyze the effectiveness of online visual education about pediatric dental emergency during COVID-19 pandemic to improve the parents’ knowledge, who have children in kindergarten. Method: This study was an experimental study that was comparing parent’s knowledge before and after online visual education using online questionnaires. The visual aid was a 2-minute-animated video with written narration. Results: A total of fourty five parents who have children in kindergarten located in Setiabudi district, South Jakarta. Parent’s knowledge in pediatric dental emergency increased significantly after the visual education (Wilcoxon test, p<0.05), and was not influenced by the differences in parents’ educational level, ages, and occupation (Mann Whitney and Kruskal Wallis test, p>0,05). Conclusion: Online visual education is effective to improve the parents’ knowledge in pediatric dental emergency.
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mathilda Albertina
Abstrak :
Latar Belakang: Pada tahun 2001-2005, angka kejadian penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi meningkat. Berdasarkan data WHO-UNICEF, angka kelengkapan imunisasi, yang digambarkan dengan cakupan imunisasi campak, adalah 78% di tahun 2005. Namun, angka cakupan imunisasi campak belum tentu tepat dalam menggambarkan kelengkapan imunisasi dasar. Tujuan: Untuk mengetahui kelengkapan imunisasi dasar, alasan ketidaklengkapan imunisasi dasar, karakteristik orangtua (pendidikan orangtua, pekerjaan orangtua, pendapatan keluarga), pengetahuan serta sikap orangtua terhadap imunisasi, dan hubungan antara karakteristik, pengetahuan dan sikap orangtua dengan kelengkapan imunisasi dasar pada anak balita di Poliklinik Ilmu Kesehatan Anak RS. Cipto Mangunkusumo (RSCM). Metode: Penelitian cross-sectional dengan wawancara melalui kuesioner pada orang tua yang membawa anak balita di Poliklinik Ilmu Kesehatan Anak RS. Cipto Mangunkusumo pada tanggal 04-14 Maret 2008. Hasil: Dari 76 sampel, 65,8% anak balita memiliki status imunisasi dasar yang lengkap dan 34,2% lainnya tidak lengkap. Jenis imunisasi yang paling banyak tidak lengkap adalah hepatitis B (17,1%). Alasan ketidaklengkapan imunisasi antara lain anak sakit (66,7%), orangtua tidak tahu jadwal imunisasi (18,5%), vaksin habis (7,4%), orangtua lupa (3,7%), dan tidak ada Pekan Imunisasi Nasional (3,7%). Tidak ada hubungan yang signifikan secara statistik antara pendidikan orangtua, pekerjaan orangtua, pendapatan keluarga, pengetahuan serta sikap orangtua terhadap imunisasi dengan kelengkapan imunisasi dasar anak balita. Kesimpulan: Kelengkapan imunisasi dasar anak balita di Poliklinik Ilmu Kesehatan Anak RSCM adalah 65,8%. Ketidaklengkapan imunisasi paling banyak disebabkan karena anak sakit (66,7%). Tidak didapatkan hubungan antara faktor orangtua dengan kelengkapan imunisasi dasar anak balita di Poliklinik Ilmu Kesehatan Anak RSCM. ......Introduction: From the year 2001 to 2005, number of vaccine-preventable diseases was increased. According to WHO-UNICEF, this number, which regards the coverage of measles immunization, is 78% in 2005. However, the coverage number of measles immunization does not necessarily accurate in representing the number of complete basic immunization. Objective: To explore complete of basic immunization on children under five year old at Pediatric Clinic in Cipto Mangunkusumo Hospital (RSCM), the underlying reasons of incomplete basic immunization, parent's characteristics (educational background, occupation, family income, knowledge and attitude toward immunization) and relationship between parent's characteristic and the completeness of basic immunization. Method: Cross-section study with questionnaire guided interview to parents who brought underfive children to pediatric clinic in Cipto Mangunkusumo National Hospital (RSCM) on 04?14 March 2008. Result: From 76 samples, 65,8% children have complete basic immunization and 34,2% others have incomplete basic immunization. The most incomplete type of immunization is Hepatitis B (17,1%).The reasons for these children to have incomplete basic immunization were due to sickness occuring concurrently with the immunization schedule (66.7%), parents' unawareness of the immunization schedule (18.5%), insufficient amount of vaccine supply (7.4%), parents not recalling of giving their children immunization (3.7%), and the absence of National Immunization Week or PIN (3.7%). There is no statistically significant relationship between the parent's educational background, occupation, family income, knowledge and attitude toward immunization and complete of basic immunization on children under age five at RSCM's Pediatric Clinic. Conclusion: Complete basic immunization on children under five years old at RSCM's Pediatric Clinic reached 65.8%. The reason of incomplete basic immunization was mostly due to sickness happening concurrently with the immunization schedule (66.7%). There was no relation between parent's characteristisc and the completeness of basic immunization on children under age five at RSCM's Pediatric Clinic.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2009
S-pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Yusie Luciana Permata
Abstrak :
Latar Belakang: Imunisasi merupakan upaya pencegahan yang efektif terhadap penyakit infeksi. Namun, belum ada data yang jelas mengenai angka kelengkapan imunisasi dasar. Tentu saja ada banyak faktor yang mempengaruhi kelengkapan imunisasi dasar pada anak balita, dan salah satu yang terpenting ialah orangtua. Tujuan: Untuk mengetahui kelengkapan imunisasi dasar, alasan ketidaklengkapan imunisasi dasar, karakteristik orangtua (pendidikan orangtua, pekerjaan orangtua, pendapatan per kapita keluarga per bulan), pengetahuan serta sikap orangtua terhadap imunisasi, dan hubungan antara karakteristik, pengetahuan dan sikap orangtua dengan kelengkapan imunisasi dasar pada anak balita di Rumah Sakit Mary Cileungsi Hijau Bogor, Maret 2008. Metode: Penelitian cross-sectional dengan sampel minimal 73 orang. Pengambilan data dilakukan pada tanggal 07?16 Maret 2008 di ruang tunggu Poliklinik Anak Rumah Sakit Mary Cileungsi Hijau Bogor dengan menggunakan kuesioner yang telah diuji coba sebelumnya. Hasil: Dari 87 sampel, 88,5% balita memiliki status imunisasi dasar yang lengkap dan 11,5% lainnya tidak lengkap. Alasan ketidaklengkapan imunisasi antara lain anak sakit (70%) dan orangtua takut akan efek samping imunisasi (30%). Tidak didapatkan hubungan antara hubungan pendidikan orangtua, pekerjaan orangtua, pendapatan per kapita keluarga per bulan, pengetahuan serta sikap orangtua terhadap imunisasi dengan kelengkapan imunisasi dasar anak balita. Kesimpulan: Kelengkapan imunisasi dasar anak balita di RS Mary Ciileungsi Hijau Bogor adalah 88,5%. Ketidaklengkapan imunisasi paling banyak disebabkan karena anak sakit (70%). Tidak didapatkan hubungan antara faktorfaktor yang diteliti dengan kelengkapan imunisasi dasar anak balita di RS Mary Cileungsi Hijau Bogor.
Introduction: Immunization is an effective effort to prevent infection. But there's still no data that can show the coverage number of basic immunization. Talking about the complete of basic immunization, surely there are some factors that affect it, including parent's characteristic. Objective: To explore the complete of basic immunization in children under five at Mary Cileungsi Hijau Hospital, Bogor, underlying reasons of incomplete basic immunization, parent's characteristics (educational background, occupation, monthly per capita income, knowledge and attitude toward immunization) and relationship between parent's characteristic and the complete of basic immunization. Method: Cross-sectional study which questionnaire guided interview to parents wgo brought underfive children to pediatric clinic in Mary Cileungsi Hijau Hospital, Bogor, on March 7th?16th, 2008. Minimun samples amount is 73. Result: From 87 samples, 88,5% children got basic immunization completely and 11,5% others incomplete. The reasons for these children incompleteness were due to illness concurrently with the immunization schedule (70%) and parents' fear of the immunization side effect (30%). Statistic showed no relationship between the researched factors and the complete of basic immunization in children under five at Mary Cileungsi Hijau Hospital. Conclusion: Complete of basic immunization in children under five at Mary Cileungsi Hijau Hospital reached 88,5%. The reason for children have incomplete basic immunisation was mostly due to sickness concurrently with the immunization schedule (70%). There was no relationship between parent's characteristisc and the complete of basic immunization in children under five at Mary Cileungsi Hijau Hospital.
2009
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library