Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Paath, Emilia Helena
"ABSTRAK
Penelitian mengenai penggunaan kata er pada mahasiswa program studi Belanda FSUI, telah dilakukan pada bulan Maret 1995. Tujuannya adalah untuk mengetahui kemampuan mahasiswa dalam menggunakan kata er dalam wacana berdasarkan persentase kesalahan yang dilakukan, melihat apakah lama masa studi berpengaruh pada peningkatan kemampuan serta mencari penyebab terjadinya kesalahan dalam penggunaan kata er tersebut.
Data yang diteliti diambil dari hasil tes yang diberikan pada mahasiswa dari tingkat I sampai dengan tingkat IV. Proses pengolahan data dijelaskan.
Hasilnya menunjukkan bahwa secara umum kemampuan mahasiswa adalah buruk (rata-rata kesalahan 53%). Selain itu kemampuan mahasiswa tidak dapat selalu dilihat dari lama masa studinya. Dengan kata lain, mahasiswa dari tingkat yang lebih tinggi belum tentu kemampuannya selalu lebih tinggi daripada mahasiswa dari tingkat yang lebih rendah. Adapun penyebab terjadinya kesalahan pads penggunaan kata er adalah: ketidaktahuan akan letak penggunaan er dalam kalimat secara tepat, ketidaktahuan mahasiswa bahwa er harus digunakan dalam kasus tertentu, pengaruh bahasa ibu dan kurangnya ketelitian mahasiswa.

"
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1995
S15832
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indrijani Kusnadi
"ABSTRAK
Penelitian ini terutama bertujuan untuk mengetahui penggunaan doen dan laten dari segi bentuk dan segi makna dalam teks-teks tertulis.
Kita mengenal doen dan laten sebagai verba mandiri, verba bantu ataupun doen dan laten yang muncul dalam ungkapan. Selain itu doen dan laten sebagai verba mandiri mempunyai beberapa makna, dalam hal ini saya berpedoman pada makna yang terdapat dalam kamus Belanda Van Dale Groot Woordemboeft der Nederlandse Taal. Sebagai verba bantu penggunaan doen dalam beberapa kalimat dapat diganti dengan laten. Namun ada juga kalimat yang tidak dapat digantikan.
Bertolak dari keragaman makna doen dan laten sebagai verba mandiri dan penggunaan doen dan laten sebagai verba bantu, maka saya tertarik untuk mengeta_hui dalam jenis dan makna apakah doen dan laten banyak digunakan dalam teks-teks tertulis. Untuk menjawab permasalahan tersebut saya menggunakan penelitian kepustakaan dan penelitian korpus.
Dari penelitian korpus yang telah dilakukan dalam teks-teks tertulis dan kemudian membandingkannya dengan teori yang telah disusun, maka saya mendapatkan bahwa doen sebagai verba mandiri transitif digunakan sebesar 73,58%, sebagai verba bantu sebesar 5,17%, sebagai verba mandiri intransitif sebesar 5,74% dan sebagai bagian dari ungkapan sebesar 15,51%. Sedangkan untuk laten sebagai verba mandiri transitif digunakan sebesar 6,41%, sebagai verba bantu sebesar 84,61% dan sebagai bagian dari ungkapan sebesar 8,98%."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1995
S15744
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Simanjutak, Tiar Adam
"ABSTRAK
Salah satu jenis kata yang termasuk dalam pembagian kata secara tradisional adalah konjungsi. Konjungsi dalam bahasa Belanda mempunyai dua macam yakni konjungsi setara dan konjungsi bertingkat.
Konjungsi bertingkat omdat, doordat dan aangezien merupakan tiga konjungsi dari beberapa konjungsi yang digunakan untuk menunjukkan hubungan kausal. Pada dasarnya, pemakaian istilah hubungan kausal tersebut mencakup dua istilah umum yang masih dipergunakan dalam bahasa Belanda. yakni hubungan alasan dan hubungan sebab.
Beberapa ahli tata bahasa Belanda dalam bukunya menggolongkan omdat dan aangezien sebagai penunjuk hubungan alasan sedangkan doordat sebagai penunjuk hubungan sebab. Walaupun penggolongan ini diupayakan untuk tetap diperta_hankan tetapi apa yang terjadi tidaklah sesuai dengan yang diharapkan.
Dalam praktek penggunaan ketiga konjungsi bertingkat tersebut ditemukan adanya penyimpangan. Ada kecenderungan bahwa omdat dapat juga dipergunakan untuk menunjukkan hubungan sebab. Bahkan sekaligus memperlihatkan makna hubungan alasan dan sebab secara bersamaan. Demikian pula halnya dengan konjungsi doordat, yang dapat memperlihatkan hubungan alasan. Sementara aangezien yang umumnya dipakai dalam bentuk bahasa yang formal lebih cenderung hanya memperlihatkan hubungan alasan saja.
Adapun proses analisis yang dilakukan terhadap kalimat majemuk yang menggunakan ketiga konjungsi bertingkat tadi ialah dengan Cara memparafrasekan klausa sematan pada kalimat majemuk tersebut menjadi adverbia daarom/daardoor dan frasa preposisional yang didahului oleh preposisi wegens/door. Selain itu, analisis juga dilakukan terhadap kalimat majemuk berkonjungsi omdat, doordat dan aangezien dengan menentukan sifat obyektif/subyektif yang selanjutnya digunakan untuk menentukan hubungan yang diperlihatkannya."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1995
S15842
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dea Adhista
"Bahasa gay merupakan salah satu variasi bahasa yang terdapat di kelompok masyarakat. Bahasa tersebut termasuk ke dalam kelompok bahasa slang yang pembentukan dan penggunaannya memiliki maksud dan tujuan-tujuan tertentu dari para penggunanya. Penelitian ini membahas proses pembentukan kata yang terjadi dalam bahasa gay dan penggunaannya dalam percakapan. Data yang digunakan merupakan percakapan yang dilakukan oleh sebuah kelompok gay dalam media sosial Whatsapp. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan penyajian data secara deskriptif. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pembentukan kata dalam bahasa gay terbagi ke dalam tiga klasifikasi utama pembentukan, yaitu pembentukan berdasarkan asosiasi fonetis, asosiasi semantis, dan rujukan bahasa asing. Asosiasi semantis terdiri dari enam subklasifikasi, yaitu abreviasi, paragog, abreviasi dan paragog, asosiasi bunyi, onomatope, dan modifikasi internal. Kemudian, asosiasi semantis terdiri dari dua subklasifikasi, yaitu asosiasi semantis konteks lingual dan asosiasi semantis konteks nonlingual. Di sisi lain, rujukan bahasa asing terdiri dari tiga subklasifikasi bahasa asing yang dirujuk, yaitu bahasa Inggris, bahasa Belanda, dan bahasa Hokkien. Dari segi penggunaan katanya, bahasa gay digunakan untuk tujuan-tujuan khusus, seperti menimbulkan kesan genit dalam percakapan, penghalusan kata, serta sebagai pemberi ciri khusus kelompok pemakainya.

Gay language is one of variations of language in society. That language included in slang language which have special formation and uses of the weare group. This research analyzed the formation of word and its use in the conversation. The data is the conversation that used by a gay group on Whatsapp social media. This research used a qualitative method with descriptive data presentation. The result showed that the formation of words in gay language is divided into three classifications phonetic association, semantic association, and foreign language references. Phonetic association divided into six subclassifications abbreviation, paragogue, abbreviation and paragogue, sound association, onomatope, and internal modifications. Then, semantic association divided into two subclassifications semantic association lingual context and semantic association nonlingual context. On the other hand, foreign language references divided into three subclassifications English, Dutch, and Hokkien. In addition, gay word used for special purpose, such as rise the impression of a flirty in conversation, euphemism, and distinctive feature of the weare group.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2017
S69502
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alya Siti Maulidiya
"Kata aing adalah salah satu pronomina persona pertama tunggal dalam bahasa Sunda yang saat ini mulai digunakan dalam bahasa Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk menelusuri perkembangan kata aing dalam bahasa Sunda dan menjelaskan penggunaannya dalam bahasa Indonesia. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan menjelaskan data secara deskriptif. Selain itu, penelitian ini juga berlandaskan kajian sosiolinguistik berupa variasi tingkat tutur. Data yang digunakan diambil dari naskah abad ke-16 berjudul Carita Parahyangan, naskah abad ke-18 berjudul Carita Waruga Guru, dan novel abad ke-20 berjudul Babalik Pikir sebagai data bahasa Sunda dan korpus deipzig Corpora Corporation (LCC) sebagai data bahasa Indonesia.  Hasil analisis menunjukkan bahwa kata aing pada naskah abad ke-16 digunakan pada empat variasi tingkat tutur, yaitu penutur kelas lebih tinggi kepada mitra tutur kelas lebih rendah, penutur kelas lebih rendah kepada mitra tutur kelas lebih tinggi, penutur dan mitra tutur dari kelas sosial yang sama, dan penutur kepada dirinya sendiri, pada naskah abad ke-18 kata aing digunakan pada dua variasi tingkat tutur, yaitu penutur kelas lebih tinggi kepada mitra tutur kelas lebih rendah dan penutur kepada dirinya sendiri, dan pada naskah abad ke-20 digunakan pada tiga variasi tingkat tutur, yaitu penutur kelas lebih tinggi kepada mitra tutur kelas lebih rendah, penutur dan mitra tutur dari kelas sosial yang sama, dan penutur kepada dirinya sendiri. Sementara itu, kata aing dalam bahasa Indonesia digunakan pada empat variasi tingkat tutur, yaitu penutur kelas lebih tinggi kepada mitra tutur kelas lebih rendah, penutur kelas lebih rendah kepada mitra tutur kelas lebih tinggi, penutur dan mitra tutur dari kelas sosial yang sama, dan penutur kepada dirinya sendiri.

Aing is one of the first-person singular pronouns in the Sundanese language that is currently starting to be used in Indonesian. This research aims to trace the development of the word of aing in the Sundanese language and its usage in Indonesian. The study employs a qualitative method by describing the data descriptively. Additionally, it is grounded in sociolinguistic studies, focusing on variations in speech levels. The data used is extracted from 16th-century manuscripts titled Carita Parahyangan, 18th-century manuscripts titled Carita Waruga Guru, and a 20th-century novel titled Babalik Pikir as Sundanese language data. The Leipzig Corpora Corporation (LCC) corpus is used as Indonesian language data. The analysis results indicate that the word of aing in 16th-century manuscripts is used in four variations of speech levels: speakers of higher classes to lower-class interlocutors, speakers of lower classes to higher-class interlocutors, speakers and interlocutors from the same social class, and speakers referring to themselves, in 18th-century manuscripts, the word of aing is used in two variations: speakers of higher classes to lower-class interlocutors and speakers referring to themselves, and in 20th-century manuscripts, aing is used in three variations: speakers of higher classes to lower-class interlocutors, speakers and interlocutors from the same social class, and speakers referring to themselves. Meanwhile, the word of aing in Indonesian is used in four variations of speech levels: speakers of higher classes to lower-class interlocutors, speakers of lower classes to higher-class interlocutors, speakers and interlocutors from the same social class, and speakers referring to themselves."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library