Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Amanda Amilia Atmaheni
Abstrak :
ABSTRAK
Pola spasial kebiasaan penikmat musik dibangun oleh berbagai faktor seperti pengetahuannya tentang musik dan aktivitas untuk mendengarkan musik. Pengetahuan kognisi tentang musik dan aktivitas menikmati musik membentuk kebiasaan penikmat musik. Studi ini dilakukan di Jakarta dengan metode pengumpulan data secara online. Hasil pengumpulan data diklasifikasi dan dianalisis dengan metode tumpang tindih dan statistik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola spasial kognisi musik dipengaruhi oleh karakteristik kualitas tempat tinggalnya. Sementara pola spasial kebiasaan menikmati musik cenderung dilakukan sambil beraktifitas dengan menggunakan media campuran yaitu media modern dan juga konvensional dan dinikmati sambil beraktifitas. Kesimpulan penelitian ini menunjukkan bahwa secara spasial lingkungan tempat tinggal berpengaruh terhadap kognisi musik, namun tidak berpengaruh terhadap kebiasaan menikmati musik
ABSTRACT
Spatial pattern of music rsquo s devotees are built by various factors such as music knowledge and habit to listen to music. The knowledge cognition of music and the habit to listen music develop habit of music rsquo s devotees. This study was conducted in Jakarta. The data was collected by online method. The results are analyzed by overlapping several variables that been constructed in form of maps dan statistic. The results showed that the spatial pattern of music cognition is influenced by the characteristics of residence qualities. While the spatial pattern of habit of enjoying music is carry out by using mixed media between the modern and the conventional and listen during activities . The conclusions of this study indicate that spatially the living environment affects the cognition of music, but does not affect habit to listen to the music.
2017
S68926
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Henny Heryatni
Abstrak :
ABSTRAK
Musik menipakan suatu karya seni yang dapat dinikmati oleh siapa saja, kapan saja dan dimana saja. Musik menimbulkan respons pada pendengamya. Respons terhadap musik berdasarkan domain afektif dan estetis terdiri dari tiga tahap, yaitu respons emosional, respons berdasarkan preferensi, dan respons berdasarkan selera musik. Ketiga respons ini tidak dapat saling dipisahkan, melainkan merupakan suatu proses yang berkelanjutan, yang sejalan dengan proses intemalisasi dari Krathwohl, Bloom, dan Masia (dalam Abeles dan Chung, 1996). Beberapa peneliti mengatakan bahwa pendengar memilih untuk mendengar musik tertentu karena memiliki karakteristik kepribadian tertentu. Hal ini menimbulkan ketertarikan untuk dilakukannya penelitian yang menggambarkan kepribadian dari penikmat musik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ciri khas kepribadian pada individu yang menyukai musik klasik, jazz, dan dangdut. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif, dengan membuat daftar pertanyaan berdasarkan teori respons terhadap musik dari Abeles dan Chung (1996) dan kepribadian dari Allport (1961). Selanjutnya dilakukan wawancara terhadap 2 orang penikmat musik klasik, 2 orang penikmat musik Jazz, dan 2 orang penikmat musik dangdut. Dari hasil wawancara didapat gambaran mengenai respons terhadap musik dan gambaran kepribadian dari setiap subyek. Kemudian dilakukan perbandingan dari keenam subyek untuk dibuat kesimpulan. Saran yang diberikan adalah untuk mengembangkan penelitian ini lebih lanjut pada subyek dengan seleia musik selain musik klasik. Jazz, dan dangdut. Hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran kepribadian dari penikmat jenis musik selain yang dipaparkan dalam penelitian ini.
2004
S2812
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Windi Ulfiatun Nasikha
Abstrak :
Sejauh saya melihat tenun ikat hanya dianggap sebatas sebuah simbol mati yang tidak memiliki kekuatan pada konteks kehidupan, seolah-olah corak motif tenun ikat memang berjalan sebagaimana mestinya. Lebih daripada itu, tenun ikat di Desa Nggela, kecamatan Wolojita, Kabupaten Ende justru menunjukkan sisi dinamika yang berusaha mempertahankan keragaman tenun di masa kini. Melalui kacamata antropologi seni, terdapat peran agensi yang masing-masing memiliki kekuatan sekaligus mengalami dinamika untuk menjaga keberlangsungan ragam tenun di Desa Nggela, Kecamatan Wolojita, Kabupaten Ende - Lio Selatan pada masa kini. Tulisan ini akan mengulik bagaimana para penenun, material, objek tenun, dan penikmat berusaha membangun dan mengakomodasi setiap peran untuk menentukan sebuah keputusan keberlangsungan ragam tenun saat ini. ......As far as I can see, the ikat weaving is only considered limited as a symbol of stagnation ithout any power in the context of life, as if the ikat weaving patterns simply exist as they should. However, the ikat weaving in Nggela Village, Wolojita District, Ende Regency, actually demonstrates a dynamic aspect that strives to preserve the diversity of weaving in the present time. Through the lens of art anthropology, there is an agency role that possesses power while also experiencing dynamics to sustain the variety of weaving in Nggela Village, Wolojita District, Ende Regency- Lio Selatan today. This article will delve into how the weavers, materials, weaving objects, and appreciators strive to build and accommodate each role in determining the decision for the sustainability of weaving varieties at present.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library