Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Kevin Dermawan
"Latar Belakang. COVID-19 sempat menjadi pandemi global yang fatal. Penggunaan dari remdesivir sebagai terapi emergensi pada pertengahan tahun 2020 menyebabkan munculnya berbagai laporan yang mengaitkan penggunaannya terhadap gagal ginjal akut. Molekul sulfobutylehter-beta-cyclodextrin (SBECD) yang dapat menumpuk pada ginjal dicurigai sebagai penyebabnya. Remdesivir lebih diutamakan pada kasus berat dan proporsi dari gagal ginjal akut lebih tinggi dilaporkan pada pasien perawatan ICU, sehingga penelitian ini ditujukan untuk mengetahui bagaimana fungsi ginjal dapat terganggu akibat penggunaannya.
Metode. Penelitian dilakukan secara observasional, pengumpulan data berdasarkan rekam medis RS Swasta di Tangerang periode Januari 2021-Juli 2022. Analisis menggunakan uji dan dibentuk model prediktif dengan regresi linear.
Hasil. Dari 46 subyek yang mendapat terapi remdesivir didapatkan mayoritas adalah laki-laki dengan median usia 57 tahun. Model prediktif dengan variabel usia, jenis kelamin, hipertensi, DM, CRP, dan D-dimer menghasilkan nilai P 0,341; R2 0,153. Analisis stratifikasi dengan hipertensi, DM, CRP dan D-dimer menunjukkan adanya kemaknaan secara statistik (nilai P < 0,05).
Kesimpulan. Terapi dengan remdesivir pada pasien COVID-19 yang dirawat di ICU dapat mengalami penurunan fungsi ginjal yang bermakna. Faktor risiko hipertensi, DM, nilai CRP dan D-dimer yang tinggi dapat memperburuk penurunan fungsi ginjal, sehingga perlu diperhatikan penggunaannya pada praktik klinis sehari-hari.

Background. COVID-19 was a terrifying global pandemic. The use of remdesivir as emergency treatment of COVID-19 was approved during the mid of 2020 and since then there were reports indicating acute kidney injury. This was hypothesized to be caused by SBECD which can cause deposits in the kidney. Remdesivir has been widely used in severe cases and acute kidney injury was found to be higher in ICU patients. Therefore, this study aims to show how these factors can cause kidney injury.
Methods. This observational study was conducted using hospital medical records from private hospitals in Tangerang during January 2021 to July 2022. These data were analysed using Wilcoxon and predictive model generated with linear regression.
Results. Total of 46 subjects in which most participants were male with the age median of 57 years old. Predictive model with age, gender, hypertension, DM, CRP, and D-dimer showed a P-value 0,341 and R2 0,153. However, stratification analysis with hypertension, DM, CRP, and D-dimer as covariates shows statistically significant decrease in eGFR with P-value < 0,05.
Conclusion. Patients with risk factors such as hypertension, diabetes melitus, higher CRP and D-dimer value should be monitored closely by checking the creatinine and urine output regularly.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irsanty Collein
"Sebagian besar klien PGK stadium awal tidak menyadari bahwa mereka telah mengalami penurunan fungsi ginjal sehingga mereka tidak melakukan tindakan apapun terkait penyakitnya. Perawat memiliki peran penting untuk membuat klien PGK stadium awal melakukan pengelolaan diri akan tetapi pada kenyataannya belum maksimal dilakukan oleh perawat. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan identifikasi model pengelolaan diri klien PGK stadium awal untuk meningkatkan kemampuan pengelolaan diri dan mencegah progresivitas penurunan fungsi ginjal. Penelitian ini dilakukan dalam dua tahapan, tahap satu adalah pengembangan model dan tahap dua dilakukan melalui uji coba model. Penelitian tahap 1 diawali dengan penelitian kualitatif fenomenologi, sedangkan tahap dua adalah penelitian kuasi eksperimen menggunakan pre tes dan post tes design dengan kelompok kontrol, dengan jumlah sampel sebanyak 68 orang yang terdiri dari 33 orang kelompok intervensi dan 35 orang kelompok kontrol. Hasil penelitian tahap satu didapatkan 4 tema dari hasil wawancara mendalam dengan partisipan sehingga dihasilkan model pengelolaan diri klien PGK stadium awal beserta buku panduan intervensi model, modul untuk perawat serta booklet untuk pasien. Hasil penelitian tahap dua membuktikan adanya perbedaan kemampuan klien yang ditunjukkan dengan perbedaan efikasi diri, kualitas hidup, status kesehatan, pemanfaatan layanan kesehatan, dan sedangkan untuk penilaian progresivitas pada pengukuran tekanan darah sistole yang bermakna pada awal pengukuran sampai pengukuran bulan ke tiga antara kelompok intervensi dengan kelompok kontrol. Sedangkan untuk nilai LFG tidak berbeda bermakna. Kesimpulan hasil penelitian yaitu model pengelolaan diri klien PGK stadium awal efektif meningkatkan kemampuan merawat diri yang dinilai dari efikasi diri, kualitas hidup, status kesehatan, pemanfaatan layanan kesehatan serta mempertahankan nilai tekanan darah sistole tetap stabil, tetapi tidak untuk mempertahankan nilai LFG.

Most patients with early-stages CKD are not aware that they have decreased kidney function so they are not take any action related to the disease. Nurses have an important role to make patients with early-stages CKD perform self-management, but in reality the nurses has not yet made the most of it. This study aimed to identify a self-management intervention of the early stages of CKD to improve self-management and prevent risk progression of kidney function. This study was conducted in two stages. The first stage was the development of the model. The second stage was conducted through a trial of the self-management program to determine the effect of the model in improving self-management ability and preventing the risk progression of early stages of CKD. The first stage was a qualitative method and the second study was a quasi-experimental study using pre-test and post-test design with a control group. The total sample were 68 people ( 33 intervention groups and 35 control groups). The results of the first phase of the research obtained 4 themes from the results of in-depth interviews with participants so that the resulting self-management model of the client decreased kidney function along with a model intervention manual, modules for nurses, and booklets for patients. The results of the second phase of the study that there were significant differences in self-efficacy, quality of life, health status, utilization of health services, and systolic blood pressure at the start of measurement until the third-month measurement between the intervention group and the control group. GFR value was not significantly different. The result of the research is the self-management model for early stages CKD effectively increasing the ability to care for themselves as measured by self-efficacy, quality of life, health status, utilization of health services, and maintaining a stable systolic blood pressure value, but not to maintain the LFG value."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shinta Tri Septyani
"Penyakit ginjal merupakan kelainan struktur atau fungsi ginjal yang terdiri dari gangguan ginjal akut (GGA) dan penyakit ginjal kronis (PGK) yang mengalami penurunan fungsi ginjal. Hal tersebut dapat menyebabkan akumulasi obat di ginjal sehingga meningkatkan risiko toksisitas. Oleh karena itu, penyesuaian dosis obat perlu diperhatikan pada pasien penyakit ginjal. Studi ini bertujuan untuk mengevaluasi peresepan obat yang membutuhkan penyesuaian dosis pada pasien rawat inap dengan penurunan fungsi ginjal di Rumah Sakit Universitas Indonesia tahun 2023. Desain penelitian ini adalah cross sectional dengan menggunakan data rekam medis, resep dokter, dan hasil laboratorium. Kriteria sampel pada studi ini adalah pasien diagnosis GGA atau PGK, >18 tahun, LFG<60 mL/menit, dan menerima obat yang membutuhkan penyesuaian dosis. Dalam penelitian ini, mayoritas pasien laki-laki (51,0%), dengan jenis gangguan ginjal PGK (67,4%), > 60 tahun (52,1%), jumlah komorbid ≥ 5 (55,6%), jumlah obat 5–10 (45,2%), nilai LFG 30–59 (44,1%), serta tidak menjalani hemodialisis (75,5%). Prevalensi pasien dengan penyesuaian dosis yang tepat (51,7%) lebih besar dibandingkan pasien dengan penyesuaian dosis yang tidak tepat. Obat dengan penyesuaian tidak tepat yang paling banyak ditemukan adalah meropenem (96,3%). Hasil uji Chi-square menunjukkan adanya perbedaan signifikan antara jenis gangguan ginjal, jumlah penyakit komorbid, nilai LFG, serta status hemodialisis dengan penyesuaian dosis (p < 0,05) dan tidak adanya perbedaan yang signifikan antara jenis kelamin, usia, serta jumlah obat dengan penyesuaian dosis (p > 0,05). Dapat disimpulkan bahwa masih banyak ketidaksesuaian penyesuaian dosis yang diresepkan pada pasien dengan penurunan fungsi ginjal sehingga diperlukan intervensi tenaga kesehatan untuk mengurangi hal tersebut.

Kidney disease is an abnormality in the structure or function of the kidney consisting of acute kidney injury (AKI) and chronic kidney disease (CKD) which experience decreased kidney function. It can cause drug accumulation in the kidneys so increasing the risk of toxicity. Therefore, drug dosage adjustments need to be considered in patients with kidney disease. This study aimed to evaluate the prescription of drugs that require dose adjustments in inpatients with decreased kidney function at the Universitas Indonesia Hospital in 2023. The design of this study is cross sectional using medical record data, doctor's prescriptions, and laboratory results. The sample criteria were patients diagnosed with AKI or CKD, >18 years, GFR <60 mL/minute, and receiving medication that required dose adjustment. In this study, the majority of patients were male (51,0%), with CKD (67,4%), > 60 years (52,1%), number of comorbidities ≥ 5 (55,6%), number of medications 5–10 (45,2%), GFR value 30-59 (44,1%), and not undergoing hemodialysis (75,5%). The prevalence of patients with appropriate dose adjustments (51,7%) was greater than patients with inappropriate dose adjustments. The drugs with the most frequent inappropriate adjustments was meropenem (96,3%). The results of the Chi-square showed that there were a significant difference between type of kidney disorder, the number of comorbid diseases, GFR values, and hemodialysis status with dose adjustments (p < 0.05) and there were no significant differences between gender, age, and number of medications with dose adjustments (p > 0.05). In conclusion, there are still many inappropriate dose adjustments in patients with decreased kidney function so that intervention by health workers is needed to reduce this."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library