Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 30 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Teguh Iman Santoso
Abstrak :
Pergantian model pada suatu lini perakitan akan selalu terjadi, Terjadinya kelamatan pada proses pergantian model menyebabkan terjadinya loss tlmeiwaktu hilang, Dari data waktu hilang lini pernkitan SA-2 di PT KYBI diketahui adanya waktu hilang sebesar 16,7% dari total waktu yang tersedia selama periode JuniAgustus 2000 ( 17715 mh), Dengan teknik paretQ diketahui bahwa ganti model menduduki peringkat panama penyebab waktu hilang (70.1% dari total waktu hilang 2933.9 mh), Dengan rnelihat kornponen utama ganti model diketahui penyebab utama waktu hi lang saat ganti model pada lini perakitan SA-2 ini adalah adanya waktu tunggu operator yang terjadi karena waktu set-up pada tiap mesin, keterlambatan proses. waktu pcrsiapan ganti model dan pengetjaan uiang rakitan bvc dan piston komplit. Dengan melakukan pengamatan terhadap frekuensi tiap-tiap komponen ganti model, diketahui bahwa waktu set-up merupakan penyebab dominan. Metode yang digunakan untuk analisa masalah dan melakukan tindakan perbaikan adalah 8 langkah untuk perbaikan dan 7 tools sebagai alat bantu analisa data. Rencana perbaikan yang dilakukan adalah meminimumkan waktu tunggu set-up saat ganti model. Pengamatan setelah perbaikan menunjukkan bahwa adanya penurunan waktu setup pada mesin bvc press, lower cap press dan packing case press. Tetapi secara keseluruhan target yang diinginkan masih belum memenuhi harapan. Hal ini digambarkan pada tingkat waktu hilang sesudah perbaikan 69.2% (dari total waktu hilang 2086 mh) dibanding saat sebelmn perbaikan 70,1% (dari total waktu hilang 2933.9 mh), effisiensi produksi rata-rata menjadi 87% dibanding sebelum perbaikan 94% dan tingkat MSPU rata-rata adalah 219 detiklunit dibanding saat sebelum perbaikan 209 detiklunit.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2000
S37644
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Subkhan
Abstrak :
Usaha kuantifikasi dengan meninjau informasi geometri pada produk terus dikembangkan, agar pengukuran kompleksitas menjadi lebih cermat dan hemat waktu. Penelitian ini menggunakan pendekatan geometri untuk mengidentifikasi keadaan komponen dalam rakitan dan pengangkaan koefisien aspek-aspek insertion seperti alignment, insertion direction, holding down dan insertion resistance. Koefisien aspek alignment didekati dengan meninjau informasi bentuk penampang memanjang dan melintang dari komponen berpasangan. Keadaan User Coordinate System (UCS) dimanfaatkan untuk menentukan posisi atas atau bawah produk, sehingga angka koefisien insertion direction dan identifikasi kondisi holding down dapat didekati. Informasi dimensi luas bidang kontak dari komponen yang berpasangan digunakan untuk menentukan kondisi suaian suatu pasangan komponen, sehingga koefisien aspek insertion resistance dapat diperoleh. Angka koefisien aspek-aspek ini diujikan dengan model pengukuran kompleksitas perakitan Elmaraghy-Samy. Grafik yang diperoleh menunjukkan perilaku nilai faktor kompleksitas insertion yang serupa dengan pengukuran yang diterapkan sebelumnya. Di sisi lain, kuantifikasi koefisien alignment memberikan ruang identifikasi lebih cermat dengan mampu mendeteksi kondisi bahwa pasangan bentuk taper berkoefisien lebih kecil dibanding pasangan prismatis, sehingga mampu memberikan penurunan Nilai Kompleksitas Perakitan(KAI). Pengukuran pada konsep Truss Foot yang dimodifikasi dengan taper pada komponen base memberikan penurunan angka KAI dari 3.998 menjadi 3.986. Penurunan ini tidak terjadi pada pengukuran dengan metode sebelumnya ...... Quantification with geometry approach is necessary to be developed in measurement complexity, so that it could become objectively, precisely and shorten time to define. This research identifies the state of the part and quantifies the coefficient of insertion difficulty aspects such as alignment, insertion direction, holding down after insertion and insertion resistance, with geometry approach. The information that presented in longitudinal an transverse cross-section of the parts drawing is used to quantify th coefficient of alignment aspect of the part. Axis information in Us Coordinate System (UCS) is used to define vertical-horizontal orientation the part or product, insertion direction difficulty aspect and ?holding dow after insertion? aspect could easier to be quantified then. Intersection surface contact is applied to define tolerances of parts mate, so th coefficient of insertion resistance difficulty is easier to be quantified. These coefficients of insertion aspects are used into the model assembly complexity measurement that already presented in journal Assembly Complexity Measurement by Elmaraghy-Samy. The result show that the graphic pattern of insertion complexity factor of parts is similar t Elmaraghy-Samy?s method. On the other hand, quantification for alignme difficulty aspect gives more detail condition for alignment. The quantificatio is capable to define that parts mate with taper contact and prismat contact. The taper contact coefficient is smaller than prismatic contact and could reduce the number of product assembly complexity. Assessment o Truss Foot concept which modified on the base part by taper shap reduced the number of product assembly complexity from 3.998 to 3.98 This reduction will not exist if measured by Elmaraghy-Samy's quantificatio method.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
T31579
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Purnawidjaja Dana
1984
S29590
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sankarno
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1994
S36022
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Putut Joko Lelono
Abstrak :
Keseimbangan lintasan produksi memegang peranan yang sangat penting dalam operasi produksi, karena di dalamnya memuat ketentuannketentuan yang harus dilaksanakan untuk mencapai tingkat eflsiensi lintasan yang optfmal. Beberapa ketentuan tersebut diantaranya adalah menghituog waktu maksimal untuk stasiun kerja berdasarkan jumlah produksi yang akan dicapal terhadap waktu yang digunakan" Setdah waktu maksimal stasiun kerja diketahui • selanjutnya adalah menyusun komponen~komponen ketja unt.uk: stasiun kerja berdasarkan urutan proses dan waktu yang digunakan untuk proses. Dengan k:eseimbangan lintasan ini diharapkan volume kerja setiap stasiun kerja menjadi sama atau mendekati sama. Dalam penelitian lni, permasalahan terjadi pada llntasan perakitan pornpa air model GP-125JB pada Departemen Pompa Air PT. National Gobel, hal ini mengakibatkan rendahnya efislensi lintasan produksi, akibatnya jumlah produksi yang dihasilkan tidak sesuai dengan rencana yaitu 1700 set per hari. Lintasan perakitan pompa air ini memer!ukan 20 stasiun kerja dengan aktual hasil produksi 1200 set per hari. Langkah perbaikan dalam penganalisaan dimulai dari menguraikan seti:ap stasiun ketja atas komponen-komponen keijanya, kenmdian melakukan pengambilan waktu proses sampai dihitung waktu standard dan keseimbangan . Iintasan yang optimaL Akhirnya diperoleh basil pengurangan stasiun kerja dari 20 stasiun keija menjadi 19 stasiun kelja dan memperbaiki efisiensi lintasan dari 63,31% menjadl 94~5'76/o.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2000
S37637
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mogadishu Djati Ertanto
Abstrak :
PT DCI merupakan suatu perusahaan yang bergerak dalam bidang industri manufaktur untuk perakitan mobil baik itu mobil niaga (commercial vehicle) maupun berupa mobil penumpang (passenger car). Sebagai perusahaan yang menghasilkan produk kelas dunia (world class product), PT DCI melaksanakan produksi yang berorientasi pada konsumen yakni menawarkan produk mobil atau truk dengan spesifikasi pilihan yang dapat dikombinasikan oleh konsumen sesuai dengan kebutuhan. Kombinasi pilihan tersebut menghasilkan produk dengan jenis yang sangat beragam, sehingga timbul beberapa masalah dalam proses perencanaan produksi. Untuk jenis produk akhir dengan pilihan yang beraneka ragam, sangat tidak efisien jika perencanaan produksi dilakukan untuk masing-masing jenis produk akhir dalam keadaan sudah terkonfigurasi dengan kombinasi pilihan tertentu. Hal ini disebabkan kita tidak akan pernah tahu produk akhir dengan spesifikasi seperti apa yang akan dipilih oleh konsumen. Dengan semakin banyaknya pilihan terhadap produk akhir sangat sulit untuk membuat satu perencanaan produksi yang dapat memenuhi seluruh kebutuhan komponen dari jenis produk yang berbeda-beda spesifikasinya. Pengontrolan terhadap proses perencanaan produksinya pun juga menjadi lebih kompleks. PT DCI memang telah mempunyai konsep strategi perencanaan produksi untuk memenuhi kondisi-kondisi seperti disebutkan di atas. Namun dalam konsep tersebut didapatkan adanya beberapa kekurangan yang dapat menyebabkan proses perencanaan produksi menjadi kurang efisien dan efektif. Untuk itu perlu dilakukan pembenahan terhadap konsep tersebut, yakni dengan menerapkan teknologi informasi berupa perangkat lunak system SAP R/3, agar kekurangan-kekurangan yang ada dapat dihapuskan demi tercapainya proses perencanaan produksi dengan tingkat efisiensi dan efektivitas yang lebih maksimal yaitu dengan menerapkan strategi produksi proses perakitan dengan characteristic planning.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
S49653
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Abstrak :
Sebagai sebuah produk baru, perusahaan belum memiliki Cara kerja baku yang efektif untuk tipe VR-188, sebab itu target produksi yang diinginkan belum dapat tercapai terutama pada lini perakitan total assy yang terjadi ketidakseimbangan beban kerja, antar operator sehingga mengakibatkan produktifitasnya rendah.

Untuk mengatasi masalah di atas maka diusulkan untuk menyeimbangkan lini tersebut. Dalam usaha penyeimbangan lini digunakan dua metode, yaitu deterministic, yang menganggap waktu proses tidak bewariasi (invariant) dan menggunakan probabilistic line balancing didapat tujuh kemungkinan yang ada namun masing-masing kemungkinan tersebut memiliki cycle time, line ehirciency, dan smoothness index yang berbeda-beda. Dari hasil pengelompokan semua kemungkinan maka yang diusulkan digunakan dalam perusahaan adaiah hasil pengelompokan secara probabilistik dengan p = 0,05 yang memiliki cycle time terkecil, yaitu 23140644 detik, line efficiency tertinggi, yaitu 98,920 %, dan smoothness index terkecii, yaitu 7,328 detik.

Hasil dari penyeimbangan lini tersebut tetap tidak dapat memenuhi target produksi perusahaan, yaitu 140 unit/hari dengan 25 orang tenaga kerja (operator), karena itu perlu dilakukan penambahan jam kerja sebanyak 61,71 menit/hari serta penambahan biaya untuk keperluan tersebut adalah sebesar Rp. 28.203,19/hari.

Penyeimbangan Iini yang diusulkan tersebut tidak akan dapat menghasilkan sejumlah produk seperti yang diharapkan jika tidak didukung oleh kompresor rakitan hasil pengelasan yang datang tepat waktu ke lini totai assy itu sendiri untuk diproses. Dalam kenyataannya, kedatangan hasii pengelasan tersebut sering mengalami keterlambatan. Untuk mengantisipasi hal tersebut maka perlu adanya buffer storage dan dari hasil perhitungan diperlukan buffer sejumlah 6 unit. Jumlah tersebut ditentukan berdasarkan patokan biaya minimal yang dilakukan secara trial and error, yaitu sebesar Rp.98.259,8122
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1999
S49865
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hermanto
Abstrak :
ABSTRAK
Sektor Perindustrian merupakan salah satu sektor yang diupayakan pemerintah dalam rangka meningkatkan taraf kehidupan masyarakat secara keseluruhan. Industri perakitan kendaraan merupakan salah satu upaya pemerintah untuk mencapai tujuan tersebut. Tingkat pertumbuhan yang dialami oleh industri perakitan sangat pesat, sehingga pertumbuhan ini dapat dikatakan sebagai akumulasi keberhasilan unit-unit yang saling terkait. Unit-unit tersebut antara lain pembuatan komponen dan industri karoseri. Beberapa tahun terakhir ini PT Multi Astra menunjukkan tendensi adanya kesenjangan antara kapasitas produksi dan realisasinya. Hal ini dapat dilihat dari target produksi yang tidak dapat dicapai. Berkaitan dengan hal tersebut maka perlu ditelusuri faktor-faktor apa yang menyebabkan terjadinya penyimpangan dalam produksi tersebut. Dalam upaya menelusuri faktor-faktor tersebut maka perlu dilihat bagaimana proses produksi berlangsung, bagaimana peeencanaan dibuat, dan bagaimana pengawasan produksi dilakukan. Untuk mendapatkan data dan fakta-fakta yang diperlukan, penulis melakukan penelitian lapangan dan penelitian kepustakaan. Berdasarkan hasil penelitian tersebut terungkap bahwa perencanaan dan pengawasan produksi di PT Multi Astra telah dijalankan dengan baik, terbukti telah dilaksanakan fungsi-fungsi pengawaaan yaitu: inventory, routing, scheduling, dispatching, dan follow-up. Fungsi-fungsi tersebut dapat terlihat di dalam kegiatan sebelum, selama dan sesudah manufacturing. Adapun faktor-faktor yang menyebabkan tidak tercapainya target produksi adalah line stop yang tinggi terjadinya kerusakan mesin, defect pengecatan, pendistribusian komponen yang tidak lancar dan lain.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1988
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakhran Dyra Suwandi,author
Abstrak :
Dalam dunia yang saling terhubung, produsen sering mengembangkan rantai pasokan global. Artinya, produk mungkin sebenarnya tidak diproduksi di mana merek itu lahir. Banyak produk, tak terkecualikan mobil, outsourcing produksi ke negara-negara berkembang, seperti Indonesia, dan mengambil keuntungan dari pengurangan biaya tenaga kerja, antara lain. Terlepas dari asal-usul merek, muncul pertanyaan apakah lokasi perakitan suatu produk menjadi sebuah faktor kunci bagi konsumen untuk dipertimbangkan. Penelitian ini akan melakukan menelaah tentang hubungan antara COA dan penilaian produk, dimediasikan oleh etnosentrisitas konsumen. Dalam survei ini, responden dibagi menjadi dua kelompok akan mengevaluasi produk yang sama, dengan spesifikasi yang sama, hanya dengan COA yang berbeda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada efek signifikan diantara COA dan evaluasi produk, maupun dengan moderasi oleh etnosentrisme konsumen. ...... In a world that is becoming more interconnected, producers often develop globalized supply chains. That is, a product may not actually be produced where its brand had originated. Many products, especially automobiles, have outsourced their production to developing countries like Indonesia to take advantage of lower labor costs among other reasons. That being said, questions emerge on whether where a product is assembled, regardless of its brand origin, will be a major factor for consumers to consider. The research will perform a study into the relationship between COA and product evaluation moderated by consumer ethnocentrism. The study will divide respondents into four groups based on the stimuli they will receive. The stimuli will be based on the corresponding COA. They will then answer questions pertaining to the evaluation of the product given in the stimulus, their consumer ethnocentrism, and their demographics. The results show that there is a no significant correlation between a product's COA and their product evaluation. Furthermore, consumer ethnocentrism has no significant effects toward the relationship between COA and product evaluation.
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>