Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
Depok: Bagian Psikologi Industri & Organisasi Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
658.300 959 8 PER
Buku Teks Universitas Indonesia Library
Fauzia Astuti
Abstrak :
Penelitian ini membahas tentang sisi lain kehidupan Ilbongun Wianbu Korea dilihat dari sudut pandang budaya pada masa kolonialisme Jepang. Secara epistemologi, wianbu memiliki makna sebagai pendamping, atau sebagai pekerja perempuan sukarela yang mengikuti para tentara Jepang selama berperang. Namun setelah The Rape of Nanking yang terjadi pada tahun 1937, interpretasi istilah wianbu selalu identik dengan budak seks tentara Jepang. Sementara itu, Laporan Komisi Hak Asasi Manusia Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) menyebutkan bahwa Ilbongun Wianbu bukan budak seks, melainkan pekerja yang mendapat bayaran dan fasilitas berupa makanan, pakaian, dan kesehatan di wianso (barak resmi). Penelitian ini menekankan pada dialektika pemakaian istilah Ilbongun Wianbu dan comfort women yang dianalisis berdasarkan fakta kehidupan yang dialami oleh Ilbongun Wianbu asal Korea dengan menggunakan korpus transkrip wawancara Laporan Kesaksian Ilbongun Wianbu oleh Kementerian Kesetaraan Gender Korea tahun 2002. Penelitian ini memakai metode kualitatif eksplorasi yang dipadukan dengan pendekatan diakronis. Hasil penelitian ini menunjukan ada perbedaan makna antara wianbu dan comfort women yang dibuktikan oleh sisi lain kehidupan seorang Ilbongun Wianbu di wianso yang tidak murni hanya menjadi pelayan seks bagi tentara Jepang.
...... This paper discusses the other side of Ilbongun Wianbu Koreans life from a cultural point of view during the Japanese colonial era. Epistemologically, wianbu means a companion, or a voluntary female worker who follows Japanese soldiers during war. But after The Rape of Nanking which occurred in 1937, the meaning of wianbu was identical to Japanese army sex slaves. Meanwhile, United Nations Commission of Human Rights reported that Ilbongun Wianbu is not sex slaves, but workers who get paid and given food, clothing, and health at wianso (comfort station). This paper focus on the dialectics use of the terms Ilbongun Wianbu and comfort women which analyzed based on the facts of life experienced by Ilbongun Wianbu from Korea using the corpus transcript of the interview of Ilbongun Wianbu Testimony Report by the Korean Ministry of Gender Equality. This paper uses the qualitative exploration method combined with diachronic approaches. The results of this study indicate that there are differences in meaning between wianbu and comfort women as evidenced by the other side of the life of an Ilbongun Wianbu in wianso who is not only becomes sex servants for Japanese soldiers.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2019
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja Universitas Indonesia Library
Hutajalu, Marina Sinarta Sarmauli
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan pentingnya User Generated Content(UGC)dalam aspek citra merek, trust, danperanbudaya dalam kaitannya dengan niat pembelian. Existingliteraturditerapkan untuk mencapai pemahaman lebih lanjut terkait pemahaman tentang UGC dalam citra merek, trust, dan peran budaya. Studi ini menerapkan metode penelitian kuantitatif dengan ukuran sampel 108 peserta di Indonesia dan Inggris didistribusikan secara merata pada54 peserta per negara dalam bentuk survei untuk membuktikan kesenjangan penelitian dan,oleh karena itu diskusi diterapkan di bagian temuan. Hasilmenunjukkan bahwa citra merekdan trustmemiliki hubungan positif yang kuat dengan UGC. Sebaliknya, ditemukan bahwabudaya tidak memainkan peran penting dalam cara UGC mempengaruhi niat beli. Berdasarkan hasildiskusi, UGC direkomendasikan sebagai alat komunikasi karena dampaknya untuk berinteraksi dengan konsumen dan kemampuannya untuk mengubah niat konsumen untuk membeli
The research is aimed at determining the importance of UGC in the aspect of brand image and trust and culture roles in relation to purchase intention. Existing literatures are applied to reach a further in-depth understanding of UGC in brand image, trust, and culture. The study applied a quantitative research method with the sample size of 108 participants in Indonesia and United Kingdom distributed evenly at 54 participants per country in the form of a survey to testify research gaps and, therefore discussion is applied in findings section. The result shows that Brand Image and Trust has a strong positive relationship with UGC. On the contrary, it is found that culture does not play a crucial role in the way UGC affect purchase intention. Derived from the discussions, UGC is recommended as a communication tool due to its impact to interact with consumers and its ability to alter consumers intention to buy.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2019
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library