Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 77 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Vira Andalusita Mulyaningrum
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara distres psikologis dan perceived social support pada mahasiswa. Penelitian ini dilakukan menggunakan metode kuantitatif. Partisipan dalam penelitian ini adalah 1024 mahasiswa di Indonesia usia 18-25 tahun yang terdiri dari 727 orang perempuan 71 dan 297 orang laki-laki 29 . Distres psikologis diukur menggunakan Hopkins Symptom Checklist ndash; 25 HSCL-25 dan perceived social support diukur menggunakan Social Provisions Scale SPS .
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang negatif dan signifikan antara distres psikologis dan perceived social support pada mahasiswa r = -0,270, p = 0,000, signifikan pada LoS 0,01 . Artinya, semakin tinggi distres psikologis pada mahasiswa, semakin rendah perceived social support yang dimilikinya.

This research aimed to investigate the relationship between psychological distress and perceived social support among college students. This research was conducted using quantitative method. The participants of this research were 1024 college students in Indonesia aged 18 25 years old which consisted of 727 female 71 and 297 male 29 . Psychological distress was measured using Hopkins Symptom Checklist ndash 25 HSCL 25 and perceived social support was measured using Social Provisions Scale SPS .
The result of this research showed that there was a significant negative correlation between psychological distress and perceived social support among college students in Indonesia r 0,270, p 0,000, significant at LoS 0,01 . It means that the higher psychological distress, the lower perceived social support among college students.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
S66357
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dini Anindita
"Penelitian ini dilakukan untuk melihat kontribusi optimisme dan perceived social support terhadap resiliensi pada mahasiswa rantau di Universitas Indonesia. Subjek penelitiannya adalah mahasiswa rantau Universitas Indonesia sebanyak 209 orang dengan mengisi kuesioner optimisme, perceived social support, dan resiliensi. Optimisme diukur dengan menggunakan alat ukur Life Orientation Test-Revised (LOT-R) yang dikembangkan oleh Scheier, Carver, dan Bridges (1994). Perceived social support diukur dengan menggunakan alat ukur Multidimensional Scale of Perceived Social Support yang dikembangkan oleh Gregory D. Zimet (1988). Resiliensi diukur dengan menggunakan alat ukur Resilience Scale (RS) yang dikembangkan oleh Wagnild dan Young (1993). Hasil penelitian menunjukan bahwa optimisme dan perceived social support berkontribusi secara signifikan terhadap resiliensi (r = 0.252, p = 0.000). Selain itu, optimisme memiliki kontribusi yang lebih besar dibandingkan perceived social support terhadap resiliensi (β = 0.376, p = 0.000).

This research was conducted to investigate the optimism and perceived social support’s contribution in resilience among college students who go out of town to study at Universitas Indonesia. The research subjects are college student who go out of town to study in University of Indonesia as many as 209 people by filling out the questionnaire optimism, perceived social support, and resilience. Optimism was measured by Life Orientation Test-Revised (LOT-R) constructed by Scheier, Carver, dan Bridges (1994). Perceived social support was measured by Multidimensional Scale of Perceived Social Support constructed by Gregory D. Zimet (1988). While resilience was measured by Resilience Scale (RS) constructed by Wagnild and Young (1993). The result showed that optimism and perceived social support has a contribute significantly to the resilience (r = 0.252, p = 0.000). In addition, optimism has a greater contribution than the perceived social support towards resilience (β = 0.376, p = 0.000).
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2015
S58969
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Auliana Tantya Puspa
"Penelitian terkini menunjukkan bahwa masa transisi menjadi mahasiswa merupakan masa yang penuh tekanan. Berdasarkan penelitian terdahulu, distress berhubungan dengan Perceived Social Support (PSS) di mana semakin tinggi PSS maka berhubungan dengan distres yang rendah. Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan antara distress psikologis dengan PSS pada mahasiswa baru Universitas Indonesia angkatan 2018 dan melihat sumber manakah yang memiliki hubungan paling kuat dengan distres. Partisipan berjumlah 269 mahasiswa baru UI. Penelitian ini menggunakan Self Report Questionnaire (SRQ) 20 untuk mengukur distres psikologis dan Multidimensional Scale of PSS (MSPSS) untuk mengukur PSS. Hasil menjukkan terdapat hubungan yang negatif antara kedua variabel tersebut dan keluarga merupakan sumber PSS yang memiliki hubungan paling kuat dengan distres psikologis. Hasil lain yang didapatkan adalah perempuan memiliki tingkat distres yang lebih tinggi dibanding laki-laki.

Recent studies shows that the period of being an undergraduate were full of pressure. Based on previous research, unpleasant stress, also called distress, is related to Perceived Social Support (PSS). This research was conducted to examine relationship between psychological distress and PSS among first year undergraduates of Universitas Indonesia. The participants were 269 first year undergraduate of UI. This study uses Self Report Questionnaire (SRQ) 20 to assess psychological distress and Multidimensional Scale of PSS (MSPSS) to assess PSS. The results show that there is significant negative relationship between that two variables, and also indicates that PSS from family has the strongest correlation with PSS. The result also show that women has higher level of stress than men."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Frascilly Grasia
"Down syndrome merupakan suatu kondisi yang berkaitan dengan keterbatasan perkembangan. Adanya keterbatasan ini membuat anak down syndrome membutuhkan caregiver untuk membantu mereka melaksanakan aktivitas seharihari. Caregiver dapat mengalami dampak negatif akibat merawat anggota keluarga yang memiliki kebutuhan khusus. Salah satu dampak negatifnya adalah caregiver strain. Caregiver strain dipengaruhi oleh beberapa faktor. Salah satu faktor yang mempengaruhi adalah dukungan sosial. Caregiver strain dapat berkurang jika caregiver mendapatkan dukungan sosial, khususnya perceived social support.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara caregiver strain dan perceived social support. Metode pengambilan data yang dilakukan adalah pengisian kuesioner dan melakukan probing terhadap item dalam kuesioner caregiver strain (Modification of Caregiver Strain Index). Kemudian partisipan diminta untuk mengisi kuesioner perceived social support (Multidimensional Scale of Perceived Social Support).
Hasil penelitian menunjukkan hubungan yang negatif antara caregiver strain dan perceived social support dengan r=-.174, namun tidak signifikan dengan p>0,05. Pada penelitian ini, partisipan ditemukan memiliki caregiver strain yang relatif rendah dan perceived social support yang relatif tinggi.

Down syndrome is condition related with developmental impairment. These impairments make the child with Down syndrome needs caregiver to help them carry out their daily activities. Caregiver may be negatively impacted due to caring for family members with special needs. One of the negative impacts is caregiver strain. Caregiver strain is influenced by several factors. One factor that influence caregiver strain is social support. Caregiver strain can be reduced if the caregiver get social support, especially perceived social support.
This study aimed to examine the correlation between caregiver strain and perceived social support. Method of data collection was questionnaires and do some probing to the items in the questionnaire caregiver strain (Modification of Caregiver Strain Index). Then participants were asked to complete a questionnaire perceived social support (Multidimensional Scale of Perceived Social Support).
The results showed a negative relationship between caregiver strain and perceived social support with r = - .174, but not significant with p> 0.05. In this study, participants were found to have relatively low caregiver strain and perceived social support were relatively high.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S45758
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elizabeth Trifilia D.R.
"Kesehatan mental dibutuhkan mahasiswa psikologi terkait persiapan mereka untuk berkecimpung dalam helping profession. Dukungan sosial, terutama perceived social support, dan self-esteem dapat memengaruhi kesehatan mental (Taylor & Brown, 1988; Vinokur, Schul, & Caplan, 1987; Zimet, Dahlem, Zimet & Farley 1988). Berbagai penelitian menemukan semakin tinggi perceived social support seseorang, semakin tinggi self-esteem yang dimiliki. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara perceived social support dan selfesteem mahasiswa psikologi jenjang sarjana. Perceived social support diukur dengan Multidimensional Scale of Perceived Social Support (Zimet et al., 1988) dan self-esteem dengan Rosenberg Self-Esteem Scale (Rosenberg, 1965). Dari 184 mahasiswa jenjang sarjana Fakultas Psikologi Universitas Indonesia yang menjadi partisipan, hasil yang didapatkan menunjukkan adanya hubungan positif yang signifikan antara perceived social support dan self-esteem pada mahasiswa psikologi jenjang sarjana (r = 0.274; p < 0.01). Berdasarkan hasil, pendidikan psikologi dapat memerhatikan perceived social support sebagai salah satu cara meningkatkan self-esteem mahasiswa, seperti dengan melakukan intervensi psikoedukasi.

Psychology students need good mental health to be a helping professional. Social support, especially perceived social support, and self-esteem found to influence mental health (Taylor & Brown, 1988; Vinokur, Schul, & Caplan, 1987; Zimet, Dahlem, Zimet & Farley 1988). Recent studies found that people with higher level of perceived social support are having higher level of self-esteem. This research was conducted to find the relation between perceived social support and self-esteem in undergraduate psychology students. Perceived social support was measured using Multidimensional Scale of Perceived Social Support (Zimet et al., 1988) and self-esteem was measured using Rosenberg Self-Esteem Scale (Rosenberg, 1965). The participants of this research are 184 University of Indonesia undergraduate psychology students. The main results of this research show that perceived social support correlated significantly with self-esteem (r = 0.274; p < 0.01). Results of this study may be taken by psychology educational institution to increase the concern of perceived social support as one of the factor to increase their students’ self-esteem level, for example is by making a psychoeducational intervention."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S52551
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aya Audi Rachgea
"ABSTRAK
Beban dan tuntutan kerja yang tinggi menyebabkan masyarakat perkotaan kurang melakukan aktivitas fisik. Meskipun demikian, masyarakat perkotaan tetap mencari cara untuk beraktivitas fisik. Mereka melakukan aktivitas fisik baik secara individu maupun bersama-sama dalam sebuah komunitas olahraga. Selain bermanfaat untuk kesehatan fisik, bergabung dalam komunitas olahraga juga memiliki manfaat bagi kesehatan mental, yaitu menurunkan distres psikologis. Masyarakat yang bergabung dalam komunitas olahraga memiliki akses yang lebih besar untuk mendapatkan dukungan sosial yang kemudian dapat menurunkan distres psikologis. Oleh karena itu, peneliti ingin mengetahui apakah individu yang bergabung dalam komunitas olahraga memiliki dukungan sosial yang tinggi sekaligus distres psikologis yang rendah. Partisipan penelitian berjumlah 1108 orang yang berusia 18-65 tahun dan berdomisili di wilayah Jabodetabek. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan negatif yang signifikan antara persepsi terhadap dukungan sosial dan distres psikologis (r =-0,322, p <0,01). Artinya, semakin tinggi persepsi terhadap dukungan sosial seseorang, maka semakin rendah distres psikologis yang dialaminya.

ABSTRACT
Workload and high demand leads urban communities became less physically active. Nevertheless, the urban community still looking for ways to perform physical activity. They perform physical activity either individually or together in sport community. Besides beneficial for physical health, join the sports community also has benefits for mental health especially to reduce psychological distress. People who join the sports community have greater access to get social support which can lower the psychological distress. Therefore, researchers wanted to know whether the individuals who joined the sports community have a high social support dan lower psychological distress. Total research participant are 1108 age range from 18-65 and domiciled in Jabodetabek. The result of the research show there were significant negative relationship between perceived social support and pyschological distress among people who are actively engaged in physical activity in Jabodetabek (r =-0.322, p <0.01). This means the higher perceived social support, the lower psychology distress."
2016
S63991
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ni Putu Putri Puspitaningrum
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan serta melihat pengaruh guilt proneness dan perceived social support terhadap readiness to change antara Anak yang Berhadapan dengan Hukum (ABH) di LPKA Klas IIA Salemba dan PSMP Handayani. Penelitian melibatkan 59 ABH berstatus narapidana yang diminta mengisi kuesioner TOSCA-SD, MSPSS, dan URICA. Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa guilt proneness berpengaruh positif terhadap readiness to change di LPKA, tetapi tidak di Handayani. Perceived social support tidak berpengaruh terhadap readiness to change di LPKA maupun Handayani. Lalu, interaksi guilt proneness dan perceived social support berpengaruh positif terhadap readiness to change di LPKA, tetapi tidak di Handayani.

ABSTRACT
This study is conducted to compare and determine how guilt proneness and perceived social support can predict readiness to change of juvenile inmates in LPKA Klas IIA Salemba and PSMP Handayani. There are 59 participants were ask to fill the TOSCA-SD, MSPSS, and URICA which is then processed by using regression analysis. This study found guilt proneness gives positive effect on readiness to change in LPKA, but no effect in Handayani. Perceived social support has no effect on readiness to change in LPKA and Handayani. Then, this study found that interaction between guilt proneness and perceived social support significantly gives positive effect on readiness to change in LPKA, but no effect in Handayani."
2016
S66484
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mutia Rahmah Fajriyah
"Fenomena perceraian di Indonesia mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Salah satu hal yang dapat menyebabkan meningkatnya angka perceraian adalah ketidaksiapan dewasa awal untuk menikah dan menjalani kehidupan pernikahan. Adanya dukungan sosial yang dipersepsikan dari orang lain dapat menjadi faktor penting bagi kesiapan menikah dewasa awal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kesiapan menikah pada dewasa awal dan dukungan sosial yang dipersepsikan dari keluarga, teman, dan significant other selama pandemi Covid-19. Partisipan penelitian ini adalah 174 dewasa awal Indonesia berusia 19-26 tahun yang telah memiliki pasangan dan belum menikah. Alat ukur yang digunakan adalah Multidimensional Scale of Perceived Social Support (MSPSS) dan Inventori Kesiapan Menikah. Analisis regresi berganda dilakukan dengan mengontrol variabel jenis kelamin, usia, dan pendapatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dukungan sosial yang dipersepsikan dari significant other berhubungan secara signifikan dan positif dengan kesiapan menikah pada dewasa awal, namun tidak ditemukan hubungan antara dukungan sosial yang dipersepsikan dari keluarga dan teman dengan kesiapan menikah dewasa awal. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi dukungan sosial yang dipersepsikan dari significant other, maka semakin tinggi pula kesiapan menikah dewasa awal selama pandemi Covid-19.

The phenomenon of divorce in Indonesia has increased from year to year. One point that can cause the divorce rate is the individual's unpreparedness to marry and face challenges in married life. Perceived social support from others can be one of the important factors for marriage readiness among emerging adult. This study aims to find out the relationship between marriage readiness among emerging adults and perceived social support from family, friends, and significant other during Covid-19 pandemic. Participants involved in this study were 174 Indonesian emerging adults aged 19-26 years, who is currently in a relationship, and unmarried yet. The measurement applied in this study is using the Multidimensional Scale of Perceived Social Support (MSPSS) and the Marriage Readiness Inventory. Multiple regression analysis conducted with gender, age, and income as control variable. The results showed that there is positive and significant relationship between perceived social support from significant other and marriage readiness among emerging adults, but there is no significant relationship between perceived social support from family and friends and marriage readiness. Therefore, it can be concluded that the higher perceived social support from significant other, the higher marriage readiness among emerging adults during Covid-19 pandemic."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mutia Rahmah Fajriyah
"Fenomena perceraian di Indonesia mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Salah satu hal yang dapat menyebabkan meningkatnya angka perceraian adalah ketidaksiapan dewasa awal untuk menikah dan menjalani kehidupan pernikahan. Adanya dukungan sosial yang dipersepsikan dari orang lain dapat menjadi faktor penting bagi kesiapan menikah dewasa awal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kesiapan menikah pada dewasa awal dan dukungan sosial yang dipersepsikan dari keluarga, teman, dan significant other selama pandemi Covid-19. Partisipan penelitian ini adalah 174 dewasa awal Indonesia berusia 19-26 tahun yang telah memiliki pasangan dan belum menikah. Alat ukur yang digunakan adalah Multidimensional Scale of Perceived Social Support (MSPSS) dan Inventori Kesiapan Menikah. Analisis regresi berganda dilakukan dengan mengontrol variabel jenis kelamin, usia, dan pendapatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dukungan sosial yang dipersepsikan dari significant other berhubungan secara signifikan dan positif dengan kesiapan menikah pada dewasa awal, namun tidak ditemukan hubungan antara dukungan sosial yang dipersepsikan dari keluarga dan teman dengan kesiapan menikah dewasa awal. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi dukungan sosial yang dipersepsikan dari significant other, maka semakin tinggi pula kesiapan menikah dewasa awal selama pandemi Covid-19.

The phenomenon of divorce in Indonesia has increased from year to year. One point that can cause the divorce rate is the individual's unpreparedness to marry and face challenges in married life. Perceived social support from others can be one of the important factors for marriage readiness among emerging adult. This study aims to find out the relationship between marriage readiness among emerging adults and perceived social support from family, friends, and significant other during Covid-19 pandemic. Participants involved in this study were 174 Indonesian emerging adults aged 19-26 years, who is currently in a relationship, and unmarried yet. The measurement applied in this study is using the Multidimensional Scale of Perceived Social Support (MSPSS) and the Marriage Readiness Inventory. Multiple regression analysis conducted with gender, age, and income as control variable. The results showed that there is positive and significant relationship between perceived social support from significant other and marriage readiness among emerging adults, but there is no significant relationship between perceived social support from family and friends and marriage readiness. Therefore, it can be concluded that the higher perceived social support from significant other, the higher marriage readiness among emerging adults during Covid-19 pandemic."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Chyntia Paramitha Azka
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana dukungan sosial yang dipersepsikan dapat mempengaruhi distres psikologis dengan sense of belongingness sebagai moderator pada mahasiswa. Mahasiswa yang sedang beradaptasi dengan lingkungan perkuliahan memiliki kecenderungan untuk mengalami distres psikologis. Efek dari distres psikologis sendiri dapat diminimalisir dengan adanya dukungan sosial dari keluarga, significant other dan kelompok pertemanan. Penelitian sebelumnya menemukan bahwa sense of belongingness pada mahasiswa dapat memperkuat peran dukungan sosial dalam menurunkan distres psikologis. Partisipan dalam penelitian ini berusia 18-25 tahun (N=780, M = 20,7) yang merupakan mahasiswa di pulau Jawa . Peneliti menggunakan alat ukur Hopkins Symptom Checklist (HSCL-25) untuk mengukur variabel distres psikologis, Multidimensional Scale of Perceived Social Support (MSPSS-12) untuk mengukur variabel dukungan sosial, dan Sense of Belongingness Scale (SBS-26). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa distres psikologis berkorelasi negatif dengan dukungan sosial, serta variabel sense of belongingness hubungan antara dukungan sosial dan distres psikologis dengan nilai sebesar p = 0.7913 > 0,05, yang artinya variabel sense of belongingness tidak memoderasi hubungan antara dukungan sosial yang dipersepsikan terhadap distres psikologis.
This study aims to see how perceived social support can influence psychological distress with a sense of belonging as a moderator in students. Students who are adapting to the college environment have a tendency to experience psychological distress. The effects of psychological distress itself can be minimized by the presence of social support from family, significant other and friendship groups. Previous research has found that a sense of belonging to students can strengthen the role of social support in reducing psychological distress. Participants in this study were 18-25 years old (N = 780, M = 20.7) who were students on the island of Java. Researchers used the Hopkins Symptom Checklist (HSCL-25) measurement tool to measure psychological distress variables, the Multidimensional Scale of Perceived Social Support (MSPSS-12) to measure social support variables, and the Sense of Belongingness Scale (SBS-26). The results of this study indicate that psychological distress has a negative correlation with social support, and the sense of belongingness with a value of p = 0.7913> 0.05, which means that the sense of belongingness variable does not moderate the relationship between perceived social support and psychological distress."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8   >>