Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
El Khalieqy, Abidah, 1965-
Jakarta: Noura books, 2017
899.221 ABI k
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Elizabeth Kristi Poerwandari
"Dengan dimasukkannya permasalahan peningkatan peranan perempuan dalam Garis-garis Besar Haluan Negara, jelas bahwa sesungguhnya perempuan mempunyai hak, kewajiban dan kesempatan yang sama dengan laki-laki untuk ikut serta dalam segala kegiatan pembangunan. Perlu digarisbawahi bahwa perempuan bukan hanya memiliki hak yang sama dalam pembangunan, tetapi juga kewajiban yang sama dengan laki-laki dalam melaksanakan dan menikmati pembangunan.
Dalam kenyataannya, meskipun iklim yang dikembangkan pemerintah memberikan banyak peluang sekaligus kewajiban pada perempuan untuk aktif dalam kegiatan kemasyarakatan dan pembangunan, faktor-faktor kultural dan pandangan sebagian kelompok masyarakat tertentu masih menghambat pengembangan perempuan tersebut. Faktor penghambat tersebut mencakup faktor yang berasal dari luar, maupun dari dalam, seperti 'konsep diri' dan persepsi perempuan itu sendiri terhadap peran dan kedudukannya.
Dilandasi permasalahan dan situasi-kondisi seperti di atas, akan sangat bermanfaat bila dapat diperoleh gambaran dari perempuan sendiri, khususnya perempuan muda (yang tentunya masih memiliki peluang besar untuk mengembangkan dirinya) mengenai aspirasi, harapan-harapan, dan gambaran masa depan yang dicita-citakannya, bagaimana ia melihat dan mengolah aspirasi tersebut dalam keterkaitan dan saling pengaruhnya dengan berbagai aspek kehidupannya, serta bagaimana ia kemudian menampilkan dirinya. Melalui penelitian mengenai hal tersebut, akan dipahami secara lebih mendalam hal-hal berkaitan dengan aspirasi perempuan, faktor-faktor yang mempengaruhinya (peluang dan kendala), serta bagaimana perempuan mengambil keputusan dan mengaktualisasikan aspirasinya.
Penelitian ini mengambil subyek perempuan muda (usia 25-35 tahun) yang bekerja penuh di suatu instansi formal, dengan posisi staf pelaksana atau lebih tinggi, dengan kemungkinan pengembangan posisi. Penelitian dilakukan dengan pendekatan kualitatif, dengan metode pengambilan data wawancara mendalam. Walau penelitian dilakukan dengan pendekatan kualitatif, untuk mengungkap data dari dasar, dan tidak dimaksudkan untuk meninjau atau menguji teori/hipotesis tertentu, sebagai landasan berpikir peneliti mencoba mengutip pandangan psikologi humanistik tentang manusia (Maslow dan Allport, 1961) peranan sosialisasi terhadap kepribadian dan aspirasi perempuan (Bern, 1967), kepribadian perempuan yang relasional (Miller; 1976, 1984 dan Surrey, 1984). Berikut ini dikemukakan integrasi dari kerangka teori yang digunakan, yang sekaligus merupakan kerangka kerja penelitian mengenai aspirasi perempuan."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1993
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kharrizma Kanya Sani
"Aktivisme feminisme telah menemukan dinamika baru seiring dengan kehadiran media sosial. Media tersebut digunakan para aktivis, tak terkecuali feminis perempuan muda, dalam mempraktikkan aktivisme digitalnya. Akan tetapi, feminis tersebut akan lebih memilih media sosial yang dapat memenuhi kebutuhan mereka. Studi ini merangkum beberapa penelitian terdahulu yang mengkaji bagaimana feminis perempuan menggunakan media digital tertentu yang dapat memenuhi kebutuhan mereka sebagai aktivis. Teori Uses and Gratification dipinjam untuk melihat karakteristik kebutuhan yang dijadikan pertimbangan mereka ketika menggunakan media sosial tertentu. Berdasarkan rangkuman literatur, terdapat lima kategori kebutuhan yang menggambarkan alasan feminis perempuan muda untuk menggunakan media sosial dalam aktivitasnya. Kebutuhan tersebut meliputi tension release needs, personal gain needs, cognitive needs, social interaction needs, serta affective emotional needs. Tulisan ini kemudian menawarkan informasi tambahan terhadap literatur terkait kebutuhan yang mungkin mendorong aktivitas feminis perempuan dalam media sosial.

Feminist activism has found a new dynamic along with the presence of social media. This media is used by activists, including young feminist girls, in their digital practice. However, these feminists only choose social media that are able to meet their needs. This review summarizes previous studies that examine how feminist girls choose digital media that can fulfil their needs as an activist. The Uses and Gratification theory is borrowed to analyse the characteristics of needs that were taken into consideration by these feminists when using social media. Based on the literature summary, there are five categories of needs that describe the reasons of young feminist girls' use of social media for activism. These needs include the need to release tension, personal gain needs, cognitive needs, social interaction needs, and affective emotional needs. This paper then offers additional information on needs that might encourage feminist activities in social media. "
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Rusita Zanjabyla Indriati
"Film memiliki kemampuan menggabungkan penglihatan, suara, dan gerakan dengan sempurna, sehingga kerap digunakan untuk merepresentasikan realitas sosial dan budaya saat ini. Film Bande de filles (2014) karya Céline Sciamma merupakan salah satu film yang membahas realitas sosial di Prancis. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap upaya pencarian kebebasan remaja perempuan berkulit hitam bernama Marieme di banlieue Prancis dalam Film Bande de filles (2014). Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Untuk meneliti aspek naratif dan sinematografis dalam film menggunakan pendekatan struktural A.J Greimas (1983) dan kajian film dari Petrie & Boggs tenth edition (2022). Konsep feminisme eksistensialis oleh Simone de Beauvoir dalam penelitian ini digunakan untuk mengungkap perjalanan kebebasan tokoh Marieme. Keberhasilan Marieme untuk mendapatkan kebebasannya tergantung pada kemandirian ekonomi dan sosial sebagai seorang perempuan muda di banlieue. Hasil analisis memperlihatkan terdapat upaya yang dilakukan Marieme untuk mencapai kebebasan seperti perubahan sikap yang drastis, meninggalkan zona nyamannya hingga menjadi pengedar narkoba. Namun, belum tercapainya kebebasan sejati Marieme disebabkan oleh kemandirian ekonomi dan sosial yang belum dimiliki sepenuhnya.

Film has the ability to perfectly combine visual, sound, and motion, so they are often used to represent current social and cultural realities. Céline Sciamma's Bande de filles (2014) is one of the films that explores social realities in France. This research aims to reveal the quest for freedom of a black teenage girl named Marieme in France’s Banlieue area through Céline Sciamma's Bande de filles (2014). The methodology used in this research is qualitative research. To examine the narrative and cinematographic aspects of the film using the theory of A.J Greimas structural approach (1983) and film studies from Petrie & Boggs tenth edition (2022). The concept of existentialist feminism by Simone de Beauvoir in this study is used to reveal Marieme's journey to freedom. Marieme's success in gaining her freedom depends on her economic and social independence as a young woman in the banlieue. The results of the analysis show that there are efforts made by Marieme to achieve freedom such as drastic changes in attitude, leaving her comfort zone to become a drug dealer. However, Marieme's true freedom has not yet been achieved due to her lack of economic and social independence."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2025
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rusita Zanjabyla Indriati
"Film memiliki kemampuan menggabungkan penglihatan, suara, dan gerakan dengan sempurna, sehingga kerap digunakan untuk merepresentasikan realitas sosial dan budaya saat ini. Film Bande de filles (2014) karya Céline Sciamma merupakan salah satu film yang membahas realitas sosial di Prancis. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap upaya pencarian kebebasan remaja perempuan berkulit hitam bernama Marieme di banlieue Prancis dalam Film Bande de filles (2014). Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Untuk meneliti aspek naratif dan sinematografis dalam film menggunakan pendekatan struktural A.J Greimas (1983) dan kajian film dari Petrie & Boggs tenth edition (2022). Konsep feminisme eksistensialis oleh Simone de Beauvoir dalam penelitian ini digunakan untuk mengungkap perjalanan kebebasan tokoh Marieme. Keberhasilan Marieme untuk mendapatkan kebebasannya tergantung pada kemandirian ekonomi dan sosial sebagai seorang perempuan muda di banlieue. Hasil analisis memperlihatkan terdapat upaya yang dilakukan Marieme untuk mencapai kebebasan seperti perubahan sikap yang drastis, meninggalkan zona nyamannya hingga menjadi pengedar narkoba. Namun, belum tercapainya kebebasan sejati Marieme disebabkan oleh kemandirian ekonomi dan sosial yang belum dimiliki sepenuhnya.

Film has the ability to perfectly combine visual, sound, and motion, so they are often used to represent current social and cultural realities. Céline Sciamma's Bande de filles (2014) is one of the films that explores social realities in France. This research aims to reveal the quest for freedom of a black teenage girl named Marieme in France’s Banlieue area through Céline Sciamma's Bande de filles (2014). The methodology used in this research is qualitative research. To examine the narrative and cinematographic aspects of the film using the theory of A.J Greimas structural approach (1983) and film studies from Petrie & Boggs tenth edition (2022). The concept of existentialist feminism by Simone de Beauvoir in this study is used to reveal Marieme's journey to freedom. Marieme's success in gaining her freedom depends on her economic and social independence as a young woman in the banlieue. The results of the analysis show that there are efforts made by Marieme to achieve freedom such as drastic changes in attitude, leaving her comfort zone to become a drug dealer. However, Marieme's true freedom has not yet been achieved due to her lack of economic and social independence."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2025
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Cantiki Syawalia
"Penelitian ini bertujuan mengungkap pengalaman perempuan muda sebagai pelaku usaha kecil dengan fokus pada gaya kepemimpinan transformasional menurut Bass dan Riggio (2006). Kepemimpinan transformasional diasosiasikan dengan gaya kepemimpinan perempuan dengan menginspirasi dan memotivasi lingkungan usaha yang dibangunnya. Penelitian ini menyoroti tantangan stereotip gender, diskriminasi, serta minimnya dukungan kepada perempuan muda dalam memimpin usahanya. Kajian-kajian sebelumnya menunjukkan ketidaksesuaian antara gagasan dan ekspektasi peran gender perempuan di masyarakat, bahwa perempuan tidak selayaknya sebagai pelaku usaha. Adanya bias gender tersebut telah merugikan perempuan karena membatasi peran perempuan termasuk sebagai pelaku usaha. Studi sebelumnya lebih banyak memfokuskan pada peran gender dalam dunia kerja, namun belum banyak yang mengkaji kepemimpinan perempuan pelaku usaha. Melalui pendekatan interseksionalitas gender dan usia dari Kimberlé Crenshaw (1991), penelitian ini melihat bagaimana perempuan muda mempraktekkan gaya kepemimpinan transformasional. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus pada tiga perempuan pelaku usaha melalui wawancara mendalam. Temuan menunjukkan bahwa perempuan muda menerapkan gaya kepemimpinan transformasional melalui komunikasi terbuka, pengambilan keputusan partisipatif, dan pemberdayaan tim. Pengalaman yang dilalui perempuan muda dalam merespon berbagai tantangan baik internal maupun eksternal, telah berkontribusi pada gaya kepemimpinan transformasional.

This study aims to reveal the experiences of young women as small business entrepreneurs, focusing on transformational leadership style according to Bass and Riggio (2006). Transformational leadership is associated with women’s leadership style, inspiring and motivating the business environment they build. This research highlights the challenges such as gender stereotypes, discrimination, and the lack of support for young women in leading their businesses. Previous studies have shown a mismatch between societal ideas and expectations regarding women's gender roles, suggesting that women are not suitable as entrepreneurs. Such gender bias has disadvantaged women by limiting their roles, including as business actors. Prior research has mostly focused on gender roles in the workplace, but there has been limited examination of women's leadership as entrepreneurs. Using Kimberlé Crenshaw's (1991) intersectionality approach of gender and age, this study explores how young women practice transformational leadership style. This research employs a qualitative approach with a case study method involving three female entrepreneurs through in-depth interviews. Findings indicate that young women apply transformational leadership styles through open communication, participative decision-making, and team empowerment. The experiences of young women in responding to various internal and challenges have contributed to their transformational leadership style."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diqsha Satya Alifya
"Penelitian ini mengungkap praktek diskriminasi berlapis yang dialami pekerja perempuan di sektor F&B dan ritel di Kota Depok. Pekerja perempuan di sektor ini tidak hanya menghadapi diskriminasi dari pemberi kerja, tetapi juga dari konsumen dan rekan kerja, yang memperburuk kerentanan mereka. Penelitian ini menggunakan pendekatan interseksionalitas dengan perspektif feminis sosialis untuk menganalisis bagaimana gender dan kondisi pasar tenaga kerja yang kompetitif memperburuk ketidakadilan yang mereka alami. Studi dilakukan dengan metode studi kasus, adapun wawancara mendalam digunakan untuk menggali pengalaman perempuan pekerja tentang bentuk-bentuk diskriminasi yang pernah terjadi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa diskriminasi yang dialami pekerja perempuan di sektor ini terjadi dalam berbagai bentuk, seperti kekerasan seksual, eksploitasi kerja, dan ketimpangan akses terhadap promosi, yang semuanya dipengaruhi oleh faktor gender, kelas sosial, relasi kuasa di tempat kerja, isu struktural dan kultural, serta tuntutan ekonomi yang saling berkelindan.

This research reveals the multiple discriminatory practices experienced by women workers in the F&B and retail sectors in Depok City. Women workers in this sector not only face discrimination from employers, but also from consumers and coworkers, which exacerbates their vulnerability. This research uses an intersectionality approach with a socialist feminist perspective to analyze how gender and competitive labor market conditions exacerbate the injustices they experience. The study was conducted using a case study method, while in-depth interviews were used to explore women workers' experiences of forms of discrimination that have occurred. The results show that discrimination experienced by women workers in this sector occurs in various forms, such as sexual violence, work exploitation, and unequal access to promotions, all of which are influenced by intertwined factors of gender, social class, power relations in the workplace, structural and cultural issues, and economic demands."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library