Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 8 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Agus Widodo
"Patogenesis terjadinya aterosklerosis pada penyakit jantung koroner telah meluas dari suatu pandangan yang semula etiologi utama karena lemak yang abnormal menjadio proses inflamasi termasuk periodontitis. Tannerella forsythia adalah bakteri negatif Gram, anaerob, berbentuk batang fusiform yang diduga berperan pada kedua penyakit tersebut. Tujuan: Menganalisis perbedaan kuantitatif T.forsythia pada plak gigi dengan status periodontal pada penderita PJK dan non PJK. Metode: 66 pasien PJK dan 40 kontrol diperiksa status periodontal dan diambil sampel plak subgingiva dan kuantitatif T.forsythia dihitung dengan menggunakan metode real time polymerase chain reaction. Hasil: Kuantitatif T.forsythia PJK tidak berbeda dengan non PJK. Tidak terdapat hubungan antara T.denticola dengan perdarahan gingival, kedalaman poket, dan kehilangan perlekatan klinis pada penderita PJK dan non PJK. Kesimpulan: Kuantitatif T.forsythia penderita PJK tidak berbeda dengan penderita non PJK. Kuantitatif T.forsythia tidak berhubungan dengan status periodontal.

The pathogenesis of the development of atherosclerosis in subjects with coronary heart disease has evolved to the extent where abnormal fat accumulation was no longer the culprit, but rather a certain inflammatory process, including periodontitis. Tannerella forsythia is a Gram-negative anaerobic bacteria, with fusiform rod shape, that has played a role in inducing the development of both diseases. Objective : The aim of this study was to analyze the difference in quantitative measurement of Tannerella forsythia accumulated in the plaque and the periodontal status of subjects with and without coronary heart disease. Tannerella forsythia was counted by utilizing the Real-Time Polymerase Chain Reaction (RT-PCR). Methods: Periodontal status of 66 CHD patients and 40 controls was obtained. Subgingival plaque was isolated. Tannerella forsythia level were measured using real-time PCR. Result: Tannerella forsythia level of CHD patients (-6,29 log10 CFU/ml) was significantly different from control (-19,63 log10 CFU/ml). Tannerella forsythia was not significntly associated with any periodontal status (p<0.05). Conclusion: Tannerella forsythia levels of CHD patients were higher than control. Tannerella forsythia was not associated with any periodontal status."
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2016
S-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Septrianto Taslim
"Latar Belakang: Streptococcus sanguinis merupakan bakteri yang sering ditemukan pada penyakit periodontal dan penyakit jantung koroner (PJK). Bakteri ini diduga berperan terhadap kedua penyakit tersebut melalui aliran darah. Tujuan: Menganalisis perbedaan kuantitatif S. sanguinis pada plak gigi dengan status periodontal pada penderita PJK dan non PJK. Metode: 66 pasien PJK dan 40 kontrol diperiksa status periodontal dan diambil sampel plak supragingiva dan kuantitatif S. sanguinis dihitung dengan menggunakan metode real time polymerase chain reaction. Hasil: Analisis statistik menggunakan uji Mann-Whitney tidak terdapat perbedaan bermakna kuantitatif S. sanguinis antara PJK dan non PJK (p > 0,05). Uji Spearman tidak terdapat hubungan antara kuantitatif S. sanguinis dengan akumulasi plak, perdarahan gingiva, dan kedalaman poket pada penderita PJK dan non PJK (p > 0,05). Kesimpulan: Tidak terdapat perbedaan kuantitatif S. sanguinis penderita PJK dan non PJK. Tidak terdapat hubungan kuantitatif S. sanguinis dengan status periodontal antara PJK dan non PJK.

Background: Streptococcus sanguinis is a common bacteria found in periodontal disease and coronary heart disease (CHD). This bacteria is suspected to have important role in relationship between both diseases through blood streams. Objectives: To analyze quantitative difference of S. sanguinis on dental plaque between CHD and non CHD patients. Methods: 66 CHD and 40 non-CHD patients were examined for periodontal status and supragingival dental plaque were collected. Quantitative Measurement of S. sanguinis was done with RT-PCR. Result: Statistic analyzing using Mann-Whitney test showed there is no significant difference between S. sanguinis of CHD and non CHD (p > 0,05). Spearman test showed there is no correlation between quantitative S. sanguinis with plaque accumulation, gingival bleeding, and pocket depth in CHD and non CHD (p > 0,05). Conclusion: There is no difference between quantitative S. sanguinis in CHD and non CHD patients. There is no correlation between quantitative S. sanguinis with periodontal status in CHD and non CHD p"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2016
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diana Khoirowati
"Periodontitis adalah penyakit inflamasi yang berhubungan dengan bakteri, terutama bakteri red complex. Penuaan dapat mengubah kemampuan untuk merespons berbagai rangsangan dan kondisi fisik. Pertahanan host, Lingkungan rongga mulut, dan virulensi bakteri yang memengaruhi status periodontal dan kuantitas bakteri red complex. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbandingan dan hubungan antara status periodontal dengan kuantitatif bakteri red complex pada lanjut usia. Studi klinis ini meneliti 20 subjek dewasa sebagai kontrol dan 20 subjek lanjut usia penderita periodontitis. Pengukuran klinis dengan penilaian Papillary Bleeding Index dan Oral Hygiene Index score. Koleksi plak subgingiva diperoleh dari gigi dengan kedalaman probing 5-7 mm menggunakan paper point. Analisis kuantitatif bakteri red complex dengan RT-PCR. Hasil Uji Mann- Whitney Upada perbandingan status periodontal antara kedua kelompok menunjukkan tidak ada perbedaan bermakna (p>0,05), namun sebaliknya terdapat perbedaan bermakna untuk kuantitas ketiga bakteri red complex pada tiap kelompok (p<0,05). Uji Spearman menunjukkan terdapat hubungan antara kuantitas bakteri dengan skor kebersihan mulut dan secara statistik hanya P. gingivalis yang berhubungan dengan kuantitas bakteri (p<0,05). Hasil penelitian menyimpulkan pada kedua kelompok memiliki status periodontal yang buruk dengan kuantitas bakteri red complex lebih tinggi pada kelompok lansia. Hubungan antara OHIS dan PBI dengan bakteri red complex menunjukkan hasil positif.

Periodontitis is an inflammatory disease associated with bacteria, especially the red complex bacteria. Aging can change the ability to respond to various stimuli and physical conditions. Host defense, oral environment, and bacterial virulence influencing periodontal status and red complex bacteria quantity. This study aims to analyze the comparison and relationship between periodontal status and quantitative red complex bacteria in the elderly. This clinical study examined 20 adult and 20 elderly subjects with periodontitis. Clinical measurement with Papillary Bleeding Index and Oral Hygiene Index scores. The subgingival plaque collection was obtained from the teeth with a probing depth of 5-7 mm using paper points. Quantitative analysis of red complex bacteria by RT-PCR. The results of the Mann-Whitney U test on the comparison of periodontal status between the two groups showed no significant difference (p>0.05), but on the contrary there was a significant difference for the quantity of the three red complex bacteria in each group (p<0.05). Spearman's test showed that there was a relationship between the quantity of bacteria and the oral hygiene score and statistically only P. gingivalis was associated with the quantity of bacteria (p<0.05). The results of the study concluded that both groups had poor periodontal status with a higher quantity of red complex bacteria in the elderly group. The relationship between OHIS and PBI with red complex bacteria showed positive results."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2021
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nafisah Ibrahim Ahmad
"Latar Belakang: Mayoritas penelitian menemukan hubungan periodontitis dengan penyakit jantung koroner (PJK), namun hubungan status periodontal penderita PJK dengan kadar LDL (Low Density Lipoprotein) sebagai faktor risiko aterosklerosis penyebab PJK belum diteliti.
Tujuan: Menganalisis hubungan antara kadar LDL dengan status periodontal PJK.
Metode: 60 penderita PJK dan 40 kontrol diperiksa status periodontal (PBI, PPD, CAL) dan darah perifer untuk dinilai kadar LDL.
Hasil: Ditemukan perbedaan kadar LDL (p=0,005) antara PJK dengan non PJK, korelasi kadar LDL dengan PPD (p=0,003) dan CAL (p=0,013) pada penderita PJK, dan PPD (p=0,001), CAL (p=0,008) pada non PJK, namun tidak ada korelasi kadar LDL dengan PBI (p=0,689) pada penderita PJK, PBI (p=0,302) pada non PJK.
Kesimpulan: Terdapat korelasi antara kadar LDL dengan status periodontal.

Background: Studies found an association between periodontitis and coronary heart disease (CHD), but relationship between periodontal status CHD patients with LDL (Low Density Lipoprotein) levels, as risk factors for atherosclerosis, has not been studied.
Objective: To analyze relationship between LDL and periodontal status CHD.
Methods: Periodontal status of 60 CHD, 40 controls wasd examined (PBI, PPD, CAL) and their blood was taken to assess levels LDL.
Result: Found significant differences LDL (p=0.005), correlation LDL with PPD (p=0.003) and CAL (p=0.013) CHD, and PPD (p=0.001), CAL (p=0.008) non-CHD, but no significant correlation LDL with PBI (p=0.689) CAD and PBI (p=0.320) non-CAD.
Conclusion: There is a correlation between the LDL level with periodontal status.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2016
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rosy Valensia
"Latar Belakang: Penyakit jantung koroner (PJK) adalah suatu kelainan penyempitan pembuluh darah arteri jantung yang berhubungan dengan akumulasi lokal dari lipid, dalam bentuk kolesterol dan trigliserid. Penyakit periodontal merupakan inflamasi kronis yang berperan dalam perkembangan PJK. Pada periodontitis dilaporkan terjadi perubahan profil lipid berupa peningkatan kadar kolesterol dan LDL dalam darah.
Tujuan: Menganalisis hubungan kadar kolesterol dalam darah dengan status periodontal pada penderita PJK dan non PJK.
Metode: 60 penderita PJK dan 40 kontrol diperiksa status periodontal dan diambil sampel darah untuk pemeriksaan kadar kolesterol.
Hasil: Kadar kolesterol darah penderita PJK berbeda dengan non PJK. Terdapat hubungan antara kadar kolesterol darah dengan status periodontal pada penderita PJK dan non PJK.
Kesimpulan: Kadar kolesterol darah pada non PJK lebih tinggi daripada penderita PJK. Kadar kolesterol darah penderita PJK berhubungan dengan kedalaman poket dan kehilangan perlekatan. Kadar kolesterol darah non PJK berhubungan dengan kedalaman poket.

Background: Coronary heart disease (CHD) is an abnormal narrowing of heart arteries associated with local accumulation of lipids, in the form of cholesterol. Periodontal disease is a chronic inflammatory that sugested link to the development of CHD. In periodontitis have been reported changes in lipid profile, include increased of cholesterol and LDL levels of blood.
Objective: to analyse correlation between blood cholesterol level with periodontal status of CHD patients and control group.
Methods: Periodontal status of 6 CHD patient and 40 control group was measured. Measurement of blood cholesterol level on both group.
Result: Blood cholesterol level in CHD patients differ from control group. Blood cholesterol level associated with periodontal status.
Conclusion: Blood cholesterol level in control group higher than CHD patients. Blood cholesterol level positively associated with pocket depth and clinical attachment loss in CHD patients. Blood cholesterol level positively associated with pocket depth in control group.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2016
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dina Suci Yunita
"Latar Belakang: Penyakit jantung koroner (PJK) disebabkan penyempitan arteri koronaria jantung, terdapat hipotesis mengenai infeksi periodontal yang dapat meningkatkan faktor risiko terjadinya PJK. Alkaline phosphatase (ALP) sebagai penanda inflamasi akan meningkat pada aterosklerosis dan penyakit periodontal.
Tujuan: Menganalisis hubungan antara kadar ALP dalam saliva pada penderita PJK dan non PJK dengan status periodontal.
Metode: Saliva dari 104 subjek diambil sebanyak 1 ml, kadar ALP dianalisis menggunakan Abbott architect ci4100.
Hasil: Tidak terdapat perbedaan bermakna kadar ALP dalam saliva antara penderita PJK dan non PJK.
Kesimpulan: ALP dalam saliva pada penderita PJK lebih tinggi daripada non PJK dan tidak ada hubungan ALP dengan status periodontal.

Background: Coronary heart disease (CHD) is a disease that causes narrowing of the coronary arteries. Currently, there is a hypothesis regarding periodontal infection that increase risk for heart disease. Alkaline phosphatase (ALP) as a marker of inflammation will increase in atherosclerosis and periodontal disease.
Objective: To analyze the relationship between the levels of alkaline phosphatase in saliva with periodontal status in patients with CHD and non CHD.
Methods: saliva of 104 subjects were taken, each 1 ml, and levels of Alkaline Phosphatase was analyzed using Abbott ci4100 architect.
Results: No significant difference of Alkaline Phosphatase levels in saliva between CHD patients and non CHD.
Conclusion: The level of ALP in saliva was higher in patients with CHD and no association between ALP level and periodontal status.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2016
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Stephani Dwiyanti I.
"Latar Belakang: Porphyromonas gingivalis adalah salah satu bakteri penyebab utama periodontitis kronis. Infeksi kronis merupakan salah satu faktor risiko penyakit jantung koroner, yaitu penyempitan arteri jantung karena tumpukan plak.
Tujuan: menganalisis perbedaan kuantitatif P.gingivalis plak gigi serta hubungannya dengan status periodontal PJK dan non PJK.
Metode: 66 pasien PJK dan 40 non PJK dilakukan pemeriksaan status periodontal dan plak subgingiva untuk diketahui kuantitatif P.gingivalis dengan real-time PCR.
Hasil: Terdapat perbedaan bermakna pada kuantitatif P. gingivalis penderita PJK dibandingkan dengan non PJK. Pada PJK terdapat hubungan antara kuantifikasi P.gingivalis dengan kedalaman poket.
Kesimpulan: Kuantitatif P.gingivalis penderita PJK lebih tinggi dibandingkan non PJK. Pada penderita PJK terdapat hubungan kuantitatif P.gingivalis dengan kedalaman poket.

Background: Porphyromonas gingivalis is one of the bacterias that causes chronic periodontitis. Chronic infection is a risk factor for coronary heart disease, a narrowing of coronary artery due to plaque build-up.
Objective: to analyse quantitative difference of P.gingivalis on dental plaque and its relationship with periodontal status of CHD patient and control.
Methods: Periodontal status of 66 CHD patient and 40 control was checked. Subgingival plaque was isolated and P.gingivalis was measured using real-time PCR.
Result: There was significant difference between P.gingivalis of CHD and non CHD patients. There was relationship between P.gingivalis and pocket depth of CHD patient.
Conclusion: Quantity of P.gingivalis in CHD patients is higher than non CHD patients. There was relationship between quantity of P.gingivalis and pocket depth of CHD patients.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2016
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Lenggogeny
"Latar Belakang: Periodontitis merupakan faktor risiko terjadinya Penyakit Jantung Koroner (PJK). Interleukin-1β merupakan sitokin pro-inflamasi utama yang dapat ditemukan pada kedua penyakit ini.
Tujuan: Menganalisis hubungan kadar interleukin-1β dalam cairan sulkus gingiva (CSG) penderita PJK dan non PJK dengan status periodontal.
Metode: Pemeriksaan klinis 40 subjek PJK dan 40 subjek non PJK, pemeriksaan laboratorium kadar Interleukin-1β dengan ELISA.
Hasil : Tidak terdapat perbedaan bermakna Interleukin-1β antara penderita PJK dan non PJK (p>0,05); tidak terdapat perbedaan bermakna antara kadar Interleukin-1β dengan status periodontal penderita PJK dan non- PJK (p>0,05).
Kesimpulan: Kadar Interleukin-1β penderita PJK tidak memiliki hubungan dengan status periodontal.

Background: Periodontitis is a risk factor for coronary heart disease. Interleukin-1β as a pro-inflammatory main cytokine, can be found in this both diseases.
Objective: To analyze the relationship of interleukin-1β levels in CSG CHD and non-CHD patients with periodontal status.
Methods: Clinical Examination for 40 Subject CHD and 40 controls was checked, laboratory test for measured the levels of Interleukin-1β with ELISA.
Results: There were no significant differences between patients Interleukin-1β CHD and non-CHD (p>0.05); there is no significant difference between the levels of Interleukin-1β with periodontal status CHD and control patients (p>0.05).
Conclusions: Levels of Interleukin-1β of CHD patients do not have a relationships with periodontal status.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2016
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library