Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sumadi Suryabrata
Jakarta: Rajawali, 1990
370.15 SUM p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Sumadi Suryabrata
Jakarta: RajaGrafindo Persada, 1998
370.15 SUM p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Sumadi Suryabrata
Jakarta: RajaGrafindo Persada, 1993
370.15 SUM p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Meliala, Adrianus Eliasta, 1966-
Abstrak :
Latar belakang Telah lama disepakati bahwa keberhasilan tugas-tugas kepolisian salahsatunya ditentukan oleh tinggi rendahnya tingkat partisipasi masyarakat (Rahardjo & Tabah, 1993). Namun di pihak lain, tingkat partisipasi itu sendiri nampaknya ditentukan pula oleh variabel lain seperti pengetahuan masyarakat pada umumnya maupun pengetahuan masing-masing individu pada khususnya mengenai peran polisi, kemampuan serta kewenangan polisional yang dimilikinya. Bila dikhususkan pada kualitas pengetahuan individu baik terhadap peran polisi, kemampuan maupun terhadap kewenangan polisional itu sendiri, nampaknya banyak ditentukan oleh bagaimana hal-hal tersebut di atas dikomunikasikan ke masyarakat. Komunikasi tersebut tentulah dapat terjadi melalui suatu proses penginformasian maupun pencitraan yang dilakukan entah oleh individu polisi itu sendiri ataupun oleh Polri sebagai organisasi kepolisian, baik secara sengaja atau langsung (misalnya dalam suatu forum penyuluhan) maupun tidak sengaja atau tidak langsung (dengan kata lain melalui penampilan para anggota polisi sehari-harinya). Demikian pula pengkomunikasian itu dapat berlangsung secara teratur (misalnya bila seseorang tengah ikut dalam suatu program pendidikan yang diadakan oleh kepolisian), setengah teratur (misalnya, tatkala seseorang tengah belajar ilmu hukum dan sesekali pasti membicarakan tentang polisi) ataupun tidak teratur sama sekali (tergantung dari seberapa mungkin seseorang terlibat sebagai obyek kegiatan kepolisian berkaitan dengan aktivitas kesehariannya). Kebervariasian tersebut di atas nampaknya cukup wajar terjadi mengingat kompleksnya peran, kemampuan serta kewenangan polisi itu sendiri.
Depok: Universitas Indonesia, 2002
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Mutiara Pratiwi,author
Abstrak :
Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa keluarga memegang peranan penting bagi perkembangan individu dari anak-anak sampai dewasa. Seorang anak yang tumbuh di keluarga yang bahagia dan dibesarkan dengan penuh kasih sayang akan lebih siap untuk bergaul dengan orang lain, punya rasa percaya diri dan mampu memperhitungkan kebutuhan orang lain (Landis& Landis, 1970). Namun demikian, karena terdapat masalah-masalah tertentu dalam sebuah keluarga (baik dalam diri anak, atau karena masalah keluarga lainnya), ada anak-anak yang tidak dapat dibesarkan dalam lingkungan keluarga sendiri, tapi harus dibesarkan di luar lingkungan keluarga, misalkan dalam keluarga angkat atau dalam panti asuhan. Panti asuhan sebagai sebuah lembaga untuk mengasuh anak-anak'bertujuan agar anak asuh bisa berkembang secara wajar dan memiliki keterampilan sehingga ia bisa terjun ke masyarakat bila ia sudah dewasa dan bisa hidup layak serta punya rasa tanggung jawab pada dirinya, keluarga dan masyarakat (Dinas Sosial, 1985). Pada setiap panti asuhan terdapat batas usia anak asuh. Biasanya, bila anak sudah mencapai usia dewasa (sekitar usia duapuluh tahun) anak asuh berakhir statusnya sebagai anak asuh sehingga harus keluar dari panti untuk kembali ke orang tua atau terjun ke masyarakat. Pada usia ini individu mulai berada pada tahap dewasa muda, sehingga sebagai manusia' individu tersebut juga menghadapi tugas perkembangan, yaitu untuk membina karier, membina kehidupan yang mandiri, serta membina hubungan intim baik dengan teman atau calon pasangan hidup (Tumer & Helms, 1995). Untuk dapat berhasil memenuhi tugas perkembangan itu, individu dipengaruhi oleh pengalaman-pengalaman yang terjadi pada tahap-tahap perkembangan sebelumnya, yaitu anak-anak dan remaja (Conger, 1991). Pada individu yang pernah tinggal di panti asuhan, pengalaman ini termasuk pengalamannya sewaktu menjadi anak panti asuhan. Anak panti asuhan sering dianggap sebagai anak yang sulit untuk berfungsi secara optimal, malas, nakal dan sulit diatur. Hal ini dapat berpengaruh pada penilaian individu akan dirinya. Whittaker (dalam Baily, & Baily, 1983) mengatakan bahwa anak panti asuhan sering memandang dirinya sebagai manusia yang jelek, berbeda, bodoh, dan tidak mampu untuk berubah. Penilaian diri ini selain dapat mempengaruhi tingkah laku individu, juga akan berpengaruh pada bagaimana ia merealisasikan potensi dirinya (kesejahteraan psikologis, selanjutnya disebut PWB). Individu tersebut akan sulit berfungsi secara optimal dalam masyarakat. Konsep PWB dikemukakan oleh RyfF (1989) sebagai konsep yang menekankan pada kemampuan seseorang untuk menjalankan serta merealisasikan fungsi dan potensi yang ia miliki. Fungsi dan potensi tersebut terdiri dari enam dimensi, yaitu dimensi otonomi, dimensi penguasaan lingkungan, dimensi pertumbuhan diri, dimensi hubungan positif dengan orang lain, dimensi tujuan hidup, dan dimensi penerimaan diri. Keadaan PWB dapat terbentuk oleh pengaruh beberapa faktor, yaitu : faktor demografis dan klasifikasi sosial; faktor dukungan sosial; faktor daur hidup keluarga; faktor evaluasi individu akan pengalaman hidupnya; serta faktor kepribadian, seperti kontrol internal dan eksternal. Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menggambarkan keadaan PWB individu dewasa muda yang pernah menjadi anak panti asuhan, dengan mengacu pada pengalaman indiviu selama menjadi anak panti asuhari dan pengaruh faktor-faktor dalam pengalaman individu tersebut terhadap keadaan PWBnya. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan teknik wawancara untuk mengumpulkan data. Selain itu, agar diperoleh gambaran PWB yang akurat, penelitian juga menggunakan alat ukur PWB (The Scales of Psychological Well-Bemg, atau SPWB) yang berbentuk kuesioner sebagai data penunjang. Subyek penelitian terdiri dari tiga orang individu dewasa muda yang pernah atau masih menjadi anak panti asuhan. Setelah data selesai dikumpulkan, dilakukan analisis kualitatif terhadap wawancara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan gambaran PWB pada dewasa muda yang pernah menjadi anak panti asuhan, antara gambaran di SPWB dengan yang terungkap dalam wawancara. Dari hasil perolehan skor tiga subyek dalam SPWB, tergambar keadaan PWB yang cukup baik, sedangkan dari wawancara dan observasi terungkap adanya beberapa aspek dari subyek yang tidak sebaik di SPWB dan masih harus dikembangkan. Pada penelitian ini didiskusikan beberapa hal yang menurut peneliti menarik, yaitu tentang tempat tinggal subyek penelitian; sebab subyek masuk panti asuhan dan hubungan subyek dengan keluarga aslinya; hubungan jenis kelamin dengan PWB; adanya tumpang tindih dalam dimensi-dimensi PWB; proses perolehan subyek penelitian; dan penggunaan dua buah metode, yaitu wawancara dan kuesioner. Saran untuk penelitian lanjutan meliputi dilakukannya wawancara dengan orang-orang dekat subyek; cara perolehan subyek yang efektif dan tidak melibatkan otoritas; dilakukannya penelitian dengan membandingkan jenis panti asuhan (asrama dan keluarga) serta penelitian dengan subyek yang benar-benar sudah keluar dari panti asuhan; dan kriteria sampel yang sesuai dengan kriteria subyek penelitian. Sedangkan saran praktis pada penelitian ini lebih mengenai pandangan pihak masyarakat luas terhadap anak panti asuhan.
Depok: Universitas Indonesia, 2000
S2974
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ira Oktora Dwi Artati
Abstrak :
ABSTRAK
Perkembangan individu sangat ditentukan oleh interaksi dengan orangtuanya, yaitu ayah dan ibu. Ayah merupakan sosok yang penting bagi seorang anak. Bagi anak perempuan ayah sangat berperan dalam pengaktualisasian potensinya karena ayah adalah pria yang dapat membantu anak perempuan menyatukan.peran jenis kelaminnya dan prestasi, yang secara tradisional merupakan karakteristik maskulin (Eckert dalam Martin & Colbert (1997) sehingga anak perempuan melihat bahwa prestasinya adalah sesuatu yang tidak bertentangan dengan peran jenis kelaminnya (Biller, 1974 dalam Conger, 1991). Oleh karena hal tersebut di atas, penelitian ini ingin melihat bagaimana ayah ..berperan baik secara langsung pada anak maupun secara tak langsung melalui istri yang dapat membawa pesan tersendiri pada anak perempuan sehingga anak perempuan tidak ragu untuk mengaktualisasikan potensi yang dimilikinya, yang dalam penelitian ini memusatkan pada prestasi akademik.

Penelitian dilakukan dengan metode kualitat'.f dimana subyek adalah para siswi SLTP yang menjadi juara umum di masing-masing sekolahnya. Subyek dipilih karena tergolong remaja awal yang berusia 11-15 tahun. Selain itu juga dilakukan wawancara dengan ayah dari subyek dengan harapan dapat memperoleh informasi tambahan selain yang sudah disebutkan oleh subyek.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ayah dari anak perempuan yang memiliki prestasi akademik tinggi pada masa remaja awal ini memberikan perhatian secara langsung dengan memberikan dukungan untuk menggali lingkungan yang dapat membantu mengembangkan kemampuan kogmtifnya seperti mengajak berdiskusi, mengajarkan dan memberitahukan hal-hal yang tidak diperoleh anak di sekolahnya sehingga wawasannya terbuka lebar; memperhatikan keberadaan anak sebagai seorang anak perempuan dan memberi dukungan terhadap itu; dan memberikan dukungan mated serta emosional pada anak seperti membelikan kamus, rumus, dan buku-buku latihan soal, memberi pujian, membangun rasa optimis, dan nasehat-nasehat yang berharga. Selain itu ayah juga memiliki hubungan yang baik dengan ibu; memberikan perlindungan secara fisik dan menghargai kontribusi ibu serta aktif terlibat/ berpartisipasi seimbang dalam tugas rumah tangga dan merawat anak; dan memberikan dukungan emosional kepada ibu, baik sebagai seorang perempuan maupun sebagai seorang ibu rumah tangga.
2000
S2850
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library