Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Indi Kurniaini Ns
Abstrak :
ABSTRAK
Sebagai institusi sosial, komunikasi dan ekonomi sosial-kemasyarakatan. sebagai media pers mempunyai peranan dalam kehidupan Peranan itu berkaitan dengan fungsi pers informasi, pendidikan, hiburan, dan warisan sosial. Begitu pula pers Islam yang ada di Indonesia yang mempunyai peran dalam kancah perjuangan kemerdekaan bangsa. Bahkan berperan sebagai cikal-bakal tumbuh-kembangnya dunia penerbitan pers di Indonesia. Peranan itu memang mengalami perubahan seiring dengan perkembangan masyarakat industri dan informasi yang sekaligus terjadi dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Perubahan peranan pers Islam yang terkait dengan perubahan sosial kemasyarakatan itu ternyata menghadapi faktor-faktor yang menyebabkan kendala bagi perkembangan pers Islam di Indonesia. Faktor-faktor tersebut yang paling utama adalah masalah profesionalisme yang berhubungan dengan semu aspek manajemen penerbitan pers seperti peliputan, percetakan, peredaran dan pemasaran. Di samping masalah teknis, ada pula masalah esensi ajaran Islam yang harus berhadapan dengan realitas sosial dan politik. Masalah esensi ajaran Islam ini menjadi persoalan tersendiri bagi perumusan pers Islam yang lebih sesuai bagi tuntutan tersebut. Ada sekelompok penerbit dan pengelola pers Islam yang lebih memilih sekadar bertahan hidup dari pada mengikuti tuntutan perkembangan tersebut, namun ada pula yang mencoba melakukan terobosan/melalui format pers Islam yang lebih bisa diterima oleh semua kalangan. Baik masalah teknis maupun esensial mempunyai jalan keluar untuk diatasi jika diiringi oleh keinginan kuat dari penerbit dan pengelola pers Islam. Terutama menyangkut masalah teknis, bisa diatasi dengan beberapa cara. Sedangkan untuk mengatasi masalah esensi ajaran diperlukan kajian yang lebih dalam terhadap ajaran Islam yang relevan dengan kehidupan masyarakat industri. Karena itu rumusan pers Islam yaitu pers yang menonjolkan aspirasi dakwah perlu mendapat kajian-ulang. Kalau perlu simbol-simbol keagamaan yang ditonjolkan oleh pers Islam dihapuskan saja, diganti dengan penampilan yang lebih inklusif. Yakni penampilan yang mengena untuk semua kalangan Islam. Pers dakwah Islam menjadi pers umum yang bernafaskan Islam.
1993
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Subhan Afifi
Abstrak :
Pers Islam dalam sejarah pers nasional masih masuk dalam kategori "pinggiran". Dalam setting sosiologi, kenyataan ini cukup mengherankan, mengingat sekitar 80 % penduduk Indonesia beragama Islam. Mengapa pers yang dengan simbol-simbol Islam atau yang jelas-jelas menyebut dirinya pers Islam tidak mampu berkembang menjadi kekuatan yang signifikan, baik dari segi pengaruh politik maupun bisnis. Penelitian ini bertitik tolak dari dua pandangan tentang segmentasi berdasarkan agama (segmentasi religius). Ada yang berpendapat tidak ada segmentasi Islam. Hal ini didukung oleh kenyataan banyaknya pers Islam yang gagal dan tidak mampu berkembang. Pendapat lainnya menyebutkan, segmentasi religius itu ada dalam pasar media. Pendapat ini memandang umat Islam di Indonesia adalah populasi, yang di dalamnya terdapat segmen-segmen. Pemikiran yang menyebutkan bahwa Islam di Indonesia langsung disebut sebagai "segmen", bukan populasi, menyebabkan berkembangnya pendapat bahwa tidak akan ada media Islam yang memenuhi persyaratan sebagai pers Industri. Artinya media itu tidak akan untung karena pembaca "Islam" itu tidak cukup prospektif. Penelitian ini menjawab pertanyaan mendasar tentang segmentasi religius : Apakah segmentasi religius itu benar-benar ada dalam pasar media di Indonesia, bagaimana keberadaannya dan sejauh mana posisinya dalam segmentasi media massa secara umum ? Bagaimana karakteristik produk (isi) pers Islam ? Bagaimanakah bentuk pasar sasaran dan segmentasi yang dilakukan pers Islam ? Apakah pers Islam telah membidik pasamya dengan jelas, dengan menetapkan segmen yang tepat ?. Bagaimana strategi segmentasi yang digunakan ? Bagaimanakah model dari segmentasi religius yang dilakukan pers Islam ? semua pertanyaan tersebut diharapkan dapat mendiskripsikan pers Islam secara komprehensif ? Penelitian ini dilakukan berdasarkan kerangka konseptual tentang Pers sebagai Institusi Bisnis, Pers dan Khalayak, Segmentasi sebagai Strategi Bisnis Pers, Segmentasi Religius sebagai Strategi Menembus Pasar Muslim, Pers Islam di Indonesia, dan Masyarakat Muslim sebagai Khalayak Pers Islam. Penelitian ini dilakukan dengan metode yang memiliki perspektif/pendekatan kualitatif. Perspektif ini dikenal sebagai pendekatan subjektif (dtasosiasikan juga dengan istilah-istilah hurnanisttk, interpetif, fenomenologis, konstruktivis, naturalistik, interaksionis^ induktif, holistik, eksploratori, mikro, interpretif, kontemporer dan dinamis. Perspektif yang digunakan berlandaskan pada phenomenologi yang menuntut pendekatan holistik, mendudukkan obyek penelitian dalam suatu konstruksi ganda dan melihat obyeknya dalam suatu konteks natural bukan parsiaf. Pendekatan ini tidak bermaksud melakukan generalisasi secara universal, hasilnya sangat tergarttung pada konteks penelitian dilakukan. Media-media yang menjadi objek kajian ini adalah : Harian Republika, Pelita, majalah Sabili, Ummi, Amanah, Aku Anak Sa/eh, Suara Muhammadiyah, Media Dakwah, dan Tabloid Fikri. Pemilihan media-media tersebut didasarkan atas pertimbangan eksistensi dan pengaruhnya sebagai pers Islam di Indonesia. Dari penelitian yang dilakukan diperoleh beberapa temuan, diantaranya : walaupun yang dibidik pers Islam secara umum adalah masyarakat muslim, ada perbedaan segmen pembaca yang dibidik berdasarkan "tingkat keberagamaan" masyarakat muslim itu sendiri. Ada yang membidik kelompok masyarakat muslim yang telah memilikt komitmen keagamaan yang tinggi, dalam arti menjalankan ajaran Islam secara ketat (disebut juga sebagai Islam Kaffah/menyeluruh). Ada juga yang membidik kelompok sebaliknya, masyarakat yang penghayatan dan pengamalan keagamaannya masih "pas-pasan" (belum mendalam). Ada juga yang tidak terlalu memperhitungkan persoalan tingkat keberagamaan tersebut. Fenomena tersebut dapat memperkuat argumen bahwa Islam di Indonesia bukan segmen melainkan populasi. Di dalam populasi tersebut terdapat segmen-segmen pembaca muslim yang didasarkan "tingkat keberagamaan". Beberapa pers Islam yang membidik segmennya secara tepat dengan karakteristik isi yang sesuai, relatif disebut berhasil, yaitu Harian Republika, majalah Sabili, Aku Anak Saleh dan tabloid Fikri. Pers Islam yang tergolong gagal dam menjalankan industrinya disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya : segmentasi yang dilakukan terlalu umum, jalur distribusi yang digunakan hanya jalur distribusi umum, padahal jalur tersebut memiliki tingkat kompetisi yang ketat, dan gaya bahasa/ungkapan/sajian isi yang digunakan tidak sesuai dengan karakter segmen yang dipilih. Berdasarkan hasil penelitian ini, untuk praktisi pers Islam direkomendasikan agar melaksanakan segmentasi secara lebih tajam berdasarkan pemetaan kondisi keberagamaan masyarakat muslim yang ada. Segmentasi yang tajam merupakan salah satu kunci keberhasilan pers Islam. Hal ini telah dibuktikan dengan keberhasilan beberapa pers Islam dalam merumuskan segmentasi secara tepat dan menyajikan isi media sesuai dengan karakter pembacanya. Untuk para peneliti media, khususnya yang tertarik mengkaji fenomena pers spesifik, dapat melanjutkan penelitian ini dengan mengkaji beberapa hal yang belum terungkap dalam penelitian ini, seperti kecenderungan/orientasi isi pers Islam secara lebih mendalam.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
T160
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raisye Soleh Haghia
Abstrak :
Tesis ini membahas mengenai pers Islam khusunya mengangkat tentang Pedoman Masjarakat. Majalah tersebut terbit di Medan pada tahun 1935-1942. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa Pedoman Masjarakat merupakan pelopor pembaruan pers Islam di Indonesia. Kepeloporan Pedoman Masjarakat terletak pada kemampuan majalah tersebut berperan sebagai media yang mampu menghadapi ideologi-ideologi yang tidak hanya ideologi Islam. Pedoman Masjarakat berusaha memberikan alternatif bacaan kepada masyarakat yang sedang terjebak dalam dua konfrontasi antara Islam dan Nasionalis. Pedoman Masjarakat hadir sebagai media yang mampu memberikan solusi dan menanamkan pemahaman bahwa antara Islam dan Nasionalisme bukanlah suatu hal yang beseberangan dan tidak untuk dipertentangkan. Majalah ini senantiasa menanamkan bahwa Islam bukanlah agama yang hanya mengatur urusan ritualitas keagamaan, namun Islam hadir sebagai sebuah agama yang mampu memberikan solusi dalam segala aspek kehidupan seperti sosial, ekonomi dan politik. ...... This research discusses about Islamic press as specially Pedoman Masjarakat. That magazine published at Medan in 1935-1942. The results conclude that Pedoman Masjarakat is the pioneer of renovation Islamic press in Indonesia. Pioneering of Pedoman Masjarakat lies in the ability of the magazine serves as a media that is able to face another ideologys not only Islam ideology. Pedoman Masjarakat attempt to provide alternate readings to people who were stuck in two confrontations between Islam and nationalist. That magazine is present as medium that is able to provide solutions and instilling an understanding that between Islam and nationalism is not be in contradiction and not to be disputed. This magazine?s thought concerning convey that Islam not only regulate the affairs of religious ritualitas, but also Islam regualates all aspects of life like as social, economic and political.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2014
T41609
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yahya Andi Saputra
Abstrak :
Mempelajari sejarah Indonesia pada masa pergerakan nasional (1990-1942), sebenarnya mempelajari sejarah kebangkit_an bangsa Indonesia yang diikuti dengan kesadaran nasionalnya. Kebangkitan kesadaran ini dapat terjadi antara lain karena dampak kebijaksanaan pemerintah kolonial sendiri. Tat_kala pemerintah membutuhkan banyak tenaga administrasi atau pegawai rendahan di kantornya, didirikanlah lembaga pendidikan formal untuk rnendidik bangsa pribumi (baca bangsa Indone_sia) agar sekedar tidak buta huruf dan tidak terlalu bodoh. Tetapi di luar perhitungan pemerintah, bangsa pribumi yang telah memperoleh pendidikan formal (Barat) tersebut ti_dak hanya memenuhi kebutuhan pegawai, namun melahirkan pula bangsa Indonesia yang sadar pada realitas sosial mereka yang sebenarnya. Suatu kesadaran yang mencengangkan bangsa Indonesia sen_diri, sehingga dengan serta merta mereka dapat mengucapkan dan mengungkapkan kondisi mereka sendiri, seperti yang dipa_parkan salah satu surat kabar yang terbit masa itu. Boemi-poetera menjadi perkasanya bangsa asing yang menambah kekayaannya di tanah kita, dan menjadi sebagai lembu yang diperes susunya sampai kurus padahal gemuknya jatuh pada yang meminumnya. Kurang lebih sudah 300 tahunlah kita bangsa Jawa diinjak-injak oleh lain bangsa, 300 tahulah kita dihinakan oleh lain bangsa, 300 tahunlah kita di bubuti oleh lain bangsa, 300 tahunlah kita diisap darah kita oleh lain bangsa. Kemudian kesadaran tersebut dipacu pula dengan dicipta_kannya kelas sosial yang ketat atau dengan ungkapan yang lebih kasar lagi, diterapkannya perbedaan warna kulit.
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1988
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library