Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Niken Salindri
"Penelitian ini membahas perbedaan proporsi dari berbagai faktor risiko hipertensi pada masyarakat usia dewasa (18-60 tahun) yang tinggal di daerah pesisir pantai, Karawang, Tahun 2016. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara status gizi, aspuan makan, dan gaya hidup dengan kejadian hipertensi pada masyarakat dewasa di pesisir pantai Karawang pada tahun 2016. Cross sectional adalah metode yang digunakan dalam penelitian ini yang dilakukan dengan pendekatan kuantitatif. Sampel pada penelitian ini adalah masyarakat dewasa usia 18-60 tahun. Hasil penelitian menunjukkan prevalensi hipertensi sebesar 34,8%. Variabel yang menunjukkan perbedan signifikan adalah usia (OR 6.362 dengan p value 0,000). Saran bagi masyarakat desa di pesisir pantai adalah dengan melakukan cek tekanan darah secara rutin di setiap pertambahan usia.

The study discusses differences between the proportions from the various risk factors of hypertension in adults (18-60 years) living in the coastal areas, Karawang in 2016. The purpose of this study was to investigate the relationship between nutritional status, food intake and lifestyle with hypertension a coastal communities in Karawang. Cross sectional is the method that used in this study performed with quantitative approach. Samples are adults aged between 18-60 years. Results showed the prevalence of hypertension of 34.8%. Variables that showed significant differences are age (OR 6,362 with p value of 0.000). Suggestions for people that lived in the coast is to perform regular blood pressure checks by the ageing moment.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
S63749
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Program pengentasan kemiskinan,khususnya pemberdayaan pada komunitas nelayan tradisional,merupakan kebijakan strategis yang telah diambil oleh pemerintah daerah dan instansi terkait pada era otonomi
"
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Pantai , wilayah yang terletak antara daratan dan lautan , sangat dinamis karena dipengaruhi oleh daratan dan laut. Indonesia dengan panjang garis pantai sekitar 80.570 km, memiliki potensi sumberdaya alam yang sangat potensial untuk dikembangkan, dimana pada wilayah tersebut ada sekitar 60 % (140 juta penduduk) dan 80 % dari kegiatan industri ada di pesisir , karena akses transportasinya lebih mudah ke pusat perdagangan dunia...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Umar Baihaqki
"Pemberdayaan adalah sebuah istilah yang problematik. Sebagai sebuah turunan dari konsep pembangunan, pemberdayaan dijadikan solusi untuk menambal Iubang-lubang pembangunan. lerbagai fakta empiris menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi yang tinggi tidak menjamin terciptanya pemerataan hasil-hasil pembangunan. Pemberdayaan menjadi jembatan penghubung jurang ketimpangan sosial akibat pembangunan yang tidak merata. Melalui berbagai program pemberdayaan, warga negara yang tidak beruntung diikutsertakan dalam berbagai kegiatan yang ditujukan untuk meningkatkan kualitas hidup mereka. Akan tetapi, dalam konteks Indonesia, sejak tahun 1970an istilah pemberdayaan didiskusikan dan dipraktekkan dalam bentuk kebijakan, istilah tersebut belum menemukan maknanya yang tepat. Pemberdayaan lebih sering menjadi jargon dan retorikan dari pemerintah maupun masyarakat sipil untuk menjadikan mereka yang tidak beruntung sebagai objek kepentingan mereka. Pemberdayaan yang seperti itu justru membuat warga negara semakin terekslusi dari pembangunan. Tesis ini akan mendiskusikan pemberdayaan dalam makna yang sebenarnya. Hanya saja, cakupannya dibatasi dalam tata ruang wilayah pesisir.
Ada dua alasan yang melatarbelakangi pembatasan ini. Pertama, konsep pembangunan masyarakat Iebih memungkinkan menerapkan model pembangunan lokal (locallity development) yang terbatas pada tingkat lokal secara geografis. Model ini diharapkan Iebih mampu menggerakkan masyarakat yang memiliki kesamaan kebutuhan dan kepentingan dibandingkan dengan wilayah yang Iebih Iuas, serta mampu mengantisipasi perbedaan karakteristik antara wilayah daratan dengan wilayah pesisir dan kelautan, Kedua, pembatasan ini jugs dilatarbelakangi oleh prioritas permasalahan sosial, yaitu tereksklusinya komunitas pesisir secara sosial, ekonomi dan politik dalam pembangunan di republik ini. Tiga aiternatif model pemberdayaan komunitas pesisir diuji dengan pendekatan kuantitatif dalam tesis ini. Ketiga alternatif model tersebut adalah model koperasi, model pusat komunitas dan model inti plasma. Sebagai lokus peneiitian adalah Kecamatan Pelabuhanratu, yang menjadi sentra perikanan di sepanjang garis Pantai Selatan Pulau Jawa.
Hasil analisis data dari responden ahli yang diolah melalui teknis Analytic Hierarchy Process (AHP) menempatkan model koperasi sebagai alternatif model yang memiliki peluang keberhasilan tertinggi di Pelabuhanratu. Akan tetapi, basil survey atas 55 responden di Desa Pelabuhanratu menunjukkan adanya kekecewaan atas kinerja koperasi maupun program-program bantuan yang disalurkan kepada warga. Hasil survery juga menemukan tetap terbukanya peluang bagi perbaikan model koperasi sehingga memberikan kepuasan bagi warga lokal yang mengikuti program pemberdayaan. Peluang tersebut bisa menjadi nyata bila model koperasi yang baru benar-benar memperlihatkan perbaikan kinerja, terutama pada sisi pelayanan.

Empowerment is a problematic concept. As a part of development theory, empowerment means to be the solution to cover everything that left behind in development process. There are many facts showing that a high economic growth doesn't always distribute equally in society. This condition is what make empowerment become a strategic issue in development. Through many empowerment program, every unlucky citizen were joined together and organized to help them to rise their quality of life. Unfortunately, in Indonesian context, the practical of empowerment progress is not as good as the discussion of the concept. Almost every empowerment practical experience in Indonesia has not find its true meaning. Empowerment is just a slogan and rhetoric from government or professional to cover their interest. This is why empowerment program only make community become dependent to the program or the actor, instead gaining a better wealth and better life. This thesis discuss empowerment concept in its true meaning. Only, the scope is limited to coastal area.
There are two reason for this limitation. First, community development as practical concept has a higher rate of success if running in a limited area. A local development model can generate better participation from the people to gain their needs together. This strategy also avoid generalization in implementing strategy of empowerment in land area and coastal area. Second, the priority in solving social and economic problem in coastal community. The Indonesian coastal community has already excluded from national social and economic development for many years. Three aIterratives of coastal community empowerment model are tested in field research with quantitative approach. Those three models are cooperation model, community center model, and local company model. As the locus of the study, this research is conduct in Kecamatan Palabuhanratu of Sukabumi Regency in West Java province.
The founding of this study with Analytic Hierarchy Process (AHP) show that cooperation model is the most suitable model among the three alternatives. The local company model is in the second place. But, when a survey conduct to show community perception about the three alternatives, a surprising result was appear. The survey show that most of the community member in grass root level were disappointed to cooperation performance recently, This finding can be concluded that participation in empowerment program doesn't always support the success of the program and rise the quality of life from member of the community."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2008
T24394
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Teguh Maulana
"ABSTRAK
Menggunakan perspektif perencanaan lingkungan yang diatur dalam peraturan perundang-undangan, khususnya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan, untuk meninjau rencana pokok proyek National Capital Integrated Coastal Development NCICD di wilayah pesisir Pantai Utara dan Teluk Jakarta. Sebagai proyek strategis nasional, tujuan utama proyek NCICD ditujukan sebagai upaya untuk menanggulangi banjir yang melanda Jakarta. Selain dengan membangun tanggul laut raksasa ldquo;Great Garuda rdquo; di lepas pantai Teluk Jakarta, proyek berencana juga membangun berbagai macam infrastruktur dan juga real estate di atas lahan hasil reklamasi. Karena itu akan menjadi sangat krusial untuk melakukan tinjauan hukum terhadap proyek ini, sebab proyek ini berpotensi mengakibatkan kerusakan dan penecemaran lingkungan hidup. Terutama dalam hal ini lingkungan wilayah pesisir Pantai Utara dan Teluk Jakarta.

ABSTRACT
Using an environmental planning perspective regulated in legislation, in particular Law No. 32 of 2009 on Environmental Protection and Management, to review the main plan of the National Capital Integrated Coastal Development NCICD project in the coastal areas of the North Coast and Jakarta Bay. As a national strategic project, the main objective of the NCICD project is to tackle the floods that hit Jakarta. In addition to building a giant sea wall Great Garuda off the coast of Jakarta Bay, the project also plans to build various infrastructure and real estate on reclaimed land. It will therefore be crucial to undertake a legal review of this project, as this project has the potential to cause environmental damage and pollution. Especially in this case the coastal area of te North Coast and Jakarta Bay. "
2017
S67618
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Achmad Arvanza Rivaie
"Teritip (Thecostraca) adalah satu krustasea laut yang memiliki keragaman paling tinggi dan sangat penting secara ekologis di dunia. Pulau Pramuka dengan keragaman terumbu karang yang sangat tinggi, merupakan habitat bagi berbagai biota laut. Diduga keragaman teritip cukup tinggi di pulau ini, mengingat ekosistem lautnya yang hangat, merupakan habitat optimal bagi teritip. Akan tetapi, sejauh ini informasi mengenai keragaman teritip di Pulau Pramuka masih terbatas. Untuk itu, telah dilakukan suatu penelitian untuk mengkaji keragaman spesies teritip secara morfologi di Pulau Pramuka dan Area Perlindungan Laut Taman Nasional Kepulauan Seribu, guna mendapatkan informasi yang diperlukan untuk penelitian selanjutnya. Penelitian dilakukan pada bulan Januari dan Februari 2024, pada pengambilan sampel di kedalaman 10–25 m. Identifikasi dan deskripsi morfologi dari sampel teritip dilakukan dengan cara mencocokkan karakter morfologi dari spesimen teritip yang diperoleh dengan deskripsi terdahulu untuk dilihat persamaan dan perbedaannya, di laboratorium Krustasea dan Entomologi, BRIN Cibinong. Hasil penelitian ini menemukan 7 genus dan 10 spesies teritip di perairan Pulau Pramuka. Spesies-spesies teritip tersebut berasal dari 3 famili teritip acorn dan 1 famili teritip penggali (burrowing barnacle). Spesies-spesies teritip yang ditemukan antara lain adalah Chthamalus malayensis, Chthamalus sp., Trevethana sarae, Darwiniella angularis, Tetraclita squamosa, Neonrosella vitiata, Megabalanus tintinnabulum, Amphibalanus Amphitrite, Amphibalanus reticulatus, dan Amphibalanus zhujiangensis. Teritip-teritip tersebut ditemukan baik di zona intertidal maupun pada rataan terumbu karang. Pada zona intertidal, sebagian besar teritip menempel pada struktur buatan manusia, sedangkan pada zona subtidal ditemukan berasosiasi dengan terumbu karang sebagai inangnya.

Barnacle (Thecostraca) is one of the most diverse and ecologically important marine crustaceans in the world. Pramuka Island, with its very high diversity of coral reefs, is a habitat for various marine biota. It is suspected that the diversity of barnacles is quite high on this island, considering that its warm marine ecosystem is an optimal habitat for barnacles. However, so far, information regarding their diversity on Pramuka Island is still limited. A research was carried out to identify the morphological diversity of barnacle species on Pramuka Island and the National Park Marine Protection Area at Seribu Islands in order to obtain the information needed for further research. The research was carried out in January and February 2024, at a depth of 10–25 m. Identification and morphological description of the barnacle samples were carried out by matching the morphological characters of the barnacle specimens obtained with the previous description to see the similarities and differences at the Crustacean and Entomology Laboratory, BRIN Cibinong. The results of this research revealed seven genera and 10 species of barnacles in the waters of Pramuka Island. Species of barnacles come from three families of acorn barnacles and one family of burrowing barnacles. The barnacle species found included Chthamalus malayensis, Chthamalus sp., Trevethana sarae, Darwiniella angularis, Tetraclita squamosa, Neonrosella vitiata, Megabalanus tintinnabulum, Amphibalanus amphitrite, Amphibalanus reticulatus, and Amphibalanus zhujiangensis. These barnacles were found both in the intertidal zone and on coral reef flats. In the intertidal zone, most barnacles were attached to man-made structures, while on coral reef flats, they were found associated with coral reefs as their hosts."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arti Aulia
"Desa pesisir Parangtritis terletak di pantai selatan Kabupaten Bantul yang terkenal dengan kegiatan wisata dan perikanan tangkap. Keuntungan dari sektor pariwisata dan perikanan tangkap membuat Desa Parangtritis dipandang sebagai ladang untuk mencari nafkah dan menyebabkan penyembuhan dalam populasi atau pendapatan masyarakat Desa Parangtritis. Situasi ini dapat mempengaruhi kebutuhan akan ruang dan tanah yang dapat berdampak pada penurunan daya dukung lingkungan sehingga diperlukan prediksi tentang ketersediaan lahan dengan menggunakan model dinamika spasial. Penelitian ini bertujuan untuk membuat model dinamika spasial untuk ketersediaan lahan dan menganalisis hubungan antara model-model ini dengan tingkat pendidikan dan pendapatan Desa Parangtritis. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pemodelan dinamika spasial yang menggunakan data populasi untuk 2008-2018 dan citra Google Earth pada 2008, 2013, dan 2018, dan wawancara dengan area grid yang digunakan untuk tingkat pendidikan dan pendapatan. Pengembangan wilayah yang dibangun diamati melalui model dinamika spasial dari hubungan antara pertumbuhan penduduk dan ketersediaan lahan pada periode 2008-2100. Prediksi model menunjukkan bahwa lahan yang dikembangkan telah berkembang dari area yang sesuai untuk memenuhi kapasitas regional yang tidak sesuai pada tahun 2039. Hasil analisis menunjukkan bahwa pertumbuhan tercepat dari area terbangun adalah di area dengan tingkat pendidikan tinggi dan pendapatan tinggi level.

The coastal village of Parangtritis is located on the southern coast of Bantul Regency which is famous for tourism activities and capture fisheries. The benefits of the tourism and capture fisheries sector make Parangtritis Village seen as a field for earning a living and causing healing in the population or income of the Parangtritis Village community. This situation can affect the need for space and land that can have an impact on reducing the carrying capacity of the environment so that predictions about land availability using a spatial dynamics model are needed. This study aims to create a spatial dynamics model for land availability and analyze the relationship between these models with the level of education and income of Parangtritis Village. The method used in this study is a spatial dynamics modeling method that uses population data for 2008-2018 and Google Earth imagery in 2008, 2013 and 2018, and interviews with the grid area used for education and income levels. Development of the developed area was observed through a spatial dynamics model of the relationship between population growth and land availability in the 2008-2100 period. Model predictions indicate that developed land has developed from suitable areas to meet inappropriate regional capacities by 2039. The results of the analysis show that the fastest growth of the built area is in areas with high education and high income levels."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
Spdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library