Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 32 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Ekstrak kacang kedelai diketahui berkhasiat sebagai zat aktif
antiaging. Pada penelitian kali ini, ekstrak kacang kedelai pada konsentrasi
2%, 4%, 6%,dan 8% diformulasikan dalam sediaan krim. Adanya
penambahan ekstrak kacang kedelai dengan konsentrasi yang berbeda-beda
pada krim diperkirakan dapat mempengaruhi kestabilan fisik krim. Uji
kestabilan fisik dilakukan melalui pengamatan pada penyimpanan selama
delapan minggu di suhu kamar, suhu tinggi (40oC±2oC), dan suhu rendah
(4oC±2oC), cycling test, dan uji mekanik. Parameter kestabilan yaitu
organoleptis, pH, diameter globul rata-rata, viskositas, cycling test dan uji
mekanik. Keempat formula menunjukkan kestabilan fisik berdasarkan
pengamatan organoleptis, pemeriksaan pH, diameter globul rata-rata,
konsistensi, viskositas, cycling test, uji mekanik."
Universitas Indonesia, 2009
S32713
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tri Nofianty
"Tomato (Solanum lycopersycum L.) that the fruit mainly contained lycopene, beta carotene, vitamin C and vitamin E indECated that the fruit had antioxidant activity. These compound were known able to prevent and retention of free radECal forming whECh can cause aging and chronEC disease. This research, tomato with different concentration 0,5%, 1%, 2%, and 3% were formulated in cream. PhysECal stability test including the storage at three different temperatures including cool temperature (4oC), room temperature, and high temperature (40+2oC), mechanECal test, and cycling test. Measurement of antioxidant activity tomato cream that using DPPH method pursuant to value of DPPH retention (EC50). This research resulted that shown tomato cream 0,5% 1%, 2%, and 3% have physECal stability with storage at cool temperature (4oC), room temperature, and high temperature (40+2oC). Tomato cream 1%, 2%, and 3% reach minimum value of retention DPPH (EC50) but tomato cream 0,5% not reach minimum value of retention DPPH (EC50). Cream tomato 1% have the best physECal stability and cream tomato extract 3% have the best antioxidant activity."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2008
S32733
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Saragih, Wendy M.
"Obat yang digunakan pada pemberian sistemik dengan dosis tinggi untuk jangka panjang umumnya sangat toksik. salah satu upaya untuk menekan efek samping obat adalah dengan menginkorporasikan obat tersebut kedalam pembawa obat (drug carries) sehingga obat dapat langsung mencapai organ sasaran. Salah satu pembawa obat yang belum banyak diteliti karena merupakan formula liposom yang baru yaitu liposom EPC-TEL 2,5. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui stabilitas liposom EPC-TEL 2,5 dengan perlakuan ekstruksi pada dua suhu penyimpanan yang berbeda (4 derajat dan 37 derajat celcius) selama tiga bulan. Kestabilan liposom ditentukan dengan membandingkan jumlah dan diameter liposom."
Depok: Universitas Indonesia, 2009
S09123fk
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
"Tabir surya merupakan suatu sediaan kosmetik yang mengandung zat atau
bahan yang dapat melindungi kulit sehingga sinar ultraviolet (UV) A dan B
pada matahari tidak dapat memasuki kulit. Tanaman lidah buaya diperkirakan
dapat digunakan sebagai tabir surya karena mengandung antraquinon atau
aloin yang dapat mengabsorpsi sinar UV, menghambat aktifitas tirosinase,
mengurangi pembentukan melanin dan kemungkinan hiperpigmentasi. Telah
dilakukan penelitian mengenai pemanfaatan lidah buaya (Aloe vera L) dan uji
stabilitas fisik formula gel lidah buaya sebagai gel tabir surya. Selain itu juga
telah dilakukan uji aplikasi sediaan gel pada sukarelawan untuk membuktikan
khasiat lidah buaya sebagai tabir surya dengan melakukan pengukuran
terhadap indeks melanin. Formulasi sediaan gel tabir surya menggunakan
getah dan lendir lidah buaya sebanyak 50% dan 10% cairan hasil
penyaringan dari daging lidah buaya yang dihaluskan. Sediaan gel tabir surya
dengan konsentrasi 5000 μg/ml memiliki serapan maksimum 1,57844 pada
panjang gelombang 296 nm. Pengujian stabilitas fisik sediaan meliputi
pengamatan warna, bau, pH, dan homogenitas selama penyimpanan 8
minggu. Sediaan stabil selama penyimpanan pada suhu kamar dan suhu
rendah, sedangkan pada suhu tinggi sediaan menunjukkan perubahan warna
pada minggu ke-6 dan ke-8. Pengamatan pH, viskositas, dan konsistensi
menunjukkan adanya penurunan nilai pH, viskositas, dan konsistensi. Hasil
pengukuran indeks melanin setiap 2 minggu selama 8 minggu pemakaian
sediaan gel tabir surya menunjukkan adanya penurunan indeks melanin."
Universitas Indonesia, 2009
S32930
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Euntong Army
"Remdesivir merupakan obat yang memberikan efek besar dalam menyembuhkan pasien yang terjangkit COVID-19, ketersediaan remdesivir di pasaran sangat terbatas dalam segi jumlah, bentuk sediaan hingga dosis. Terbatasnya dosis membuat adanya kesulitan dalam penyesuaian dosis, terutama pasien geriatri dan pediatri, sehingga banyak dosis obat yang akan terbuang karena obat remdesivir yamg telah direkonstitusi hanya stabil selama 4 jam pada suhu 25ºC. Tujuan penelitian ini untuk melihat kestabilan obat remdesivir yang beredar di Indonesia secara fisik dan kimia pada penyimpanan dengan suhu 2-8 ºC selama 2 hari dan suhu -10 s/d 20ºC selama 44 hari. Parameter stabilitas secara fisik diantaranya dilakukan uji pH, bobot jenis, viskositas, ukuran partikel dan potensial zeta, parameter secara kimia dilakukan uji penetapan kadar menggunakan kromatografi cair kinerja tinggi. Hasil yang diperoleh selama penyimpanan 48 jam pada suhu 2-8ºC memberikan hasil yang stabil secara fisika ditinjau dari pH dan ukuran partikel, namun belum dapat dibuktikan stabil secara kimia ditinjau dari kadarnya. Untuk penyimpanan suhu -10 s/d -20 ºC selama 44 hari tidak memperlihatkan kestabilan yang baik secara fisik maupun kimia karena parameter fisika maupun kimia tidak dapat bertahan selama masa penyimpanan.

Remdesivir is a drug that has a great effect in curing patients infected with COVID-19, the availability of remdesivir on the market is very limited in terms of quantity, dosage form and dosage. Since the drug's limited dose makes it difficult to change the dosage, particularly for elderly and pediatric patients, many doses of the medication will be squandered. Remdesivir, when reconstituted, is only stable for four hours at 25°C. The goal of this study was to assess the physical and chemical stability of remdesivir, which was circulating in Indonesia at temperatures of 2–8 C for 2 days and –10–20 C for 44 days. Particle size, pH, specific gravity, viscosity, and zeta potential were assessed for physical stability characteristics, while high performance liquid chromatography was used to measure chemical stability parameters. Physically stable results were obtained for pH and particle size after 48 hours of storage at a temperature between 2 and 8 oC, but chemical stability for levels was not established. Because the physical and chemical characteristics could not endure the 44-day storage period, storage at -10 to -20 C did not demonstrate good physical or chemical stability."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raditya Iswandana
"Kurkumin telah banyak digunakan dan masih terus diteliti pada pemakaian topikal karena mempunyai aktivitas sebagai antioksidan dan antiinflamasi. Pada dasarnya untuk mendapatkan efek yang optimal dari sediaan topikal, zat berkhasiat yang ada dapat terpenetrasi melalui lapisan kulit teratas. Oleh karena itu, dibuat tiga bentuk sediaan guna membandingkan perbedaan jumlah kurkumin yang terpenetrasi, yaitu krim, salep, dan gel. Daya penetrasinya diuji secara in vitro dengan alat sel difusi Franz menggunakan membran abdomen tikus galur Sprague-Dawley. Jumlah kumulatif kurkumin yang terpenetrasi dari sediaan salep, krim, dan gel secara berturut-turut adalah sebanyak 192,22 ± 2,25 μg/cm², 69,18 ± 2,79 μg/cm², dan 32,26 ± 4,63 μg/cm². Persentase jumlah kurkumin yang terpenetrasi dari sediaan salep, krim, dan gel secara berturut-turut adalah 0,53 ± 0,01%, 0,20 ± 0,01%, dan 0,09 ± 0,01%. Selain itu juga dilakukan uji stabilitas fisik melalui cycling test, uji mekanik dan pengamatan pada penyimpanan selama 8 minggu di suhu kamar, suhu hangat (40° ± 2°C), dan suhu dingin (4° ± 2°C). Ketiga sediaan menunjukkan kestabilan fisik dengan parameter kestabilan di ketiga suhu yaitu organoleptis, pH, diameter globul rata-rata, dan konsistensi.

Curcumin has been used and still being researched in topical use because it has antioxidant and antiinflammation activities. Basically, to get the optimum effect from topical preparation, drug should be penetrated through top skin layer. Therefore, three kinds of preparation were made to measure the total cumulative penetration of curcumin, i.e. cream, ointment, and gel. Penetration ability through skin was examined by in vitro Franz diffusion cell test using Sprague-Dawley rat abdomen skin as membrane diffusion. Total cumulative penetration of curcumin from ointment, cream, and gel preparations measured were 192.22 ± 2.25 μg/cm², 69.18 ± 2.79 μg/cm², and 32.26 ± 4.63 μg/cm², respectively. The percentage of penetrated curcumin from ointment, cream and gel preparations were 0.53 ± 0.01%, 0.20 ± 0.01%, and 0.09 ± 0.01%, respectively. Besides that, it also done stability test including cycling test, mechanical test, and the storage for eight weeks at room temperature, warm temperature (40° ± 2°C), and cold temperature (4° ± 2°C). The three dosage forms showed physical stability w ith stability parameters in the three temperatures were organoleptic observation, pH, globule diameter, and consistency."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2009
S32695
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dinar Amalia
"Daun mangkokan (Nothopanax scutellarium Merr.) secara empiris memiliki kandungan flavonoid yang dapat memberikan aktivitas pada pertumbuhan rambut. Fitosom adalah suatu sistem pembawa obat dimana komponen ekstrak tanaman herbal berikatan dengan fosfolipid yang dapat meningkatkan absorpsi obat. Penelitian ini bertujuan untuk membuat fitosom fraksi etil asetat daun mangkokan serta memperoleh karakteristik fitosom yang dibentuk dengan metode hidrasi lapis tipis. Selanjutnya fitosom diformulasikan ke dalam sediaan lotion untuk mengetahui stabilitas secara fisik. Uji kestabilan fisik dilakukan dengan pengamatan lotion fitosom yang disimpan pada tiga suhu yang berbeda, yaitu suhu rendah (4o±2oC), suhu kamar (25o±2oC), dan suhu tinggi (40o±2oC); cycling test; dan uji sentrifugasi. Pembuatan fitosom dengan perbandingan antara fraksi etil asetat dan fosfatidilkolin sebesar 1 : 2 menunjukkan nilai efisiensi penjerapan sebesar 74,36%, nilai distribusi ukuran partikel sebesar 335,4 nm, nilai polidispersitas sebesar 0,252, dan nilai zeta potensial sebesar -3,5 mV. Sediaan lotion fitosom fraksi etil asetat daun mangkokan 1%, 0,5%, dan 0,25% mengalami peningkatan ukuran partikel setelah fitosom ditambahkan ke dalam sediaan lotion tetapi secara fisik terbukti stabil dalam berbagai suhu penyimpanan, cycling test, dan uji sentrifugasi.

Nothopanax scutellarium leaves contain flavonoid compounds which have hair growth activity. Phytosome is a drug carrier system which herbal plant extracts bind with phospholipid that can enhance the absorption of the drug. The aims of this research are to formulate ethyl acetate fraction phytosome of Nothopanax scutellarium leaves and to obtain phytosome characteristic which formed by thin layer hidration method. Subsequently, the phytosome was formulated into lotion dosage form to know the physical stability. The physical stability test was conducted at low temperature (4o±2oC), room temperature (25o±2oC), and high temperature (40o±2oC) storage; cycling test; and centrifugation test. Phytosome formulation with a ratio of ethyl acetate fraction and phosphatidylcholine was 1 : 2 indicated the entrapment efficiency value was 74,36%, the particle size distribution value was 335,4 nm, polidispersity index was 0,252, and zeta potential value was -3,5 mV. Phytosome lotion containing ethyl acetate fraction of Nothopanax scutellarium leaves 1%, 0,5%, and 0,25% increased the particle size after phytosome was added to the lotion but phytosome lotion was physically proved that stable in a wide range of temperature storage, cycling test, dan centrifugation test."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2015
S59558
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Asti Rahmawati
"Daun mangkokan (Nothopanax scutellarium Merr.) mengandung senyawa flavonoid yang memiliki aktivitas penumbuh rambut. Fitosom merupakan suatu sistem pembawa yang mengandung fitokonstituen bioaktif dari ekstrak tanaman yang dikelilingi dan diikat oleh lipid. Tujuan penelitian ini adalah untuk membuat dan memperoleh karakteristik fitosom yang terbentuk melalui metode hidrasi lapis tipis serta untuk memformulasikan dan menguji stabilitas fisik dari sediaan gel fitosom yang mengandung fraksi etil asetat daun mangkokan dengan konsentrasi yang bervariasi, yaitu 1%, 0,5% dan 0,25%. Pembuatan fitosom dengan perbandingan fraksi etil asetat dan fosfatidilkolin sebesar 1 : 2 menunjukkan nilai efisiensi penjerapan sebesar 74,37% dengan nilai distribusi ukuran partikel sebesar 335,4 nm, nilai polidispersitas sebesar 0,252 dan nilai potensial zeta sebesar -3,50 mV. Selanjutnya dilakukan uji stabilitas fisik terhadap gel fitosom yang dilakukan selama 8 minggu dengan uji stabilitas dipercepat. Hasil uji stabilitas menunjukkan bahwa gel dengan konsentrasi fitosom sebesar 0,5% terbukti paling stabil dalam berbagai suhu penyimpanan dan cycling test.

Nothopanax scutellarium leaves contains flavonoid compounds which have hair growth activity. Phytosome is a carrier system which contains bioactive phytoconstituent of plant extract which surrounded and bonded by lipid. The aims of this research were to make and obtain phytosome characteristic which formed by thin layer hydration method and to formulate and examine the physical stability of phytosome gel containing ethyl acetate fraction of Nothopanax scutellarium with various concentration, that is 1%, 0,5% and 0,25%. Phytosome formulation by ethyl acetate fraction and phosphatydilcholine ratio was 1 : 2 indicated the entrapment efficiency value 74,34% with particle size distribution value 335,4 nm, polidispersity index 0,252 and zeta potential value -3,50 mV. Subsequently physical stability test was performed for phytosome gel during 8 weeks with accelerated stability test. The result of stability test indicated that gel with 0,5% phytosome concentration proved to be the most stable in various temperature storage and cycling test."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2015
S59555
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hilda Nur Aziza
"ABSTRAK
Ketokonazol merupakan antifungi golongan imidazol spektrum luas yang digunakan sebagai anti jamur untuk mengobati infeksi jamur sistemik dan superfisial. Ketokonazol diformulasikan sebagai mikroemulsi gel untuk meningkatkan kelarutan dan efektifitasnya. Tujuan dari penelitian ini adalah membuat dan mengevaluasi sediaan mikroemulsi gel ketokonazol yang jernih dan stabil. Formula mikroemulsi ketokonazol dioptimasi, dengan membuat diagram fase pseudo-terner dengan menggunakan Tween 80 sebagai surfaktan, dan propilen glikol digunakan sebagai kosurfaktan dengan perbandingan 1:1. Formula mikroemulsi yang didapatkan dari hasil optimasi mengandung 5 Isopropil Miristat sebagai fase minyak, 25 Tween 80 sebagai surfaktan, 25 Propilen Glikol sebagai kosurfaktan, sedangkan untuk basis gel yang digunakan adalah carbopol. Dalam penelitian ini diperoleh sediaan mikroemulsi yang memiliki warna kuning transparan dan mikroemulsi gel memiliki warna kuning keruh. Mikroemulsi gel ketokonazol tidak memenuhi kriteria stabilitas setelah dilakukan penyimpanan pada berbagai suhu, Cycling test dan uji sentrifugasi, pengukuran globul.

ABSTRACT
Ketoconazole is a synthetic broad spectrum antifungal agent, is used for treatment of superficial and systemic fungal infections. Formulating ketoconazole into microemulsion was to enhace solubility and effectivity. The purpose of this study was to evaluate physical stability of clear microemulsion gel ketoconazole. Pseudoternary phase diagrams were constructed using Tween 80 as surfactants and propylene glycol as cosurfactants in the ratio 1 1. The optimized microemulsion containing 5 isopropyl myristate, 25 Tween 80, and 25 propylene glycol, while gel base is prepared using carbopol 940 as gelling agent. Microemulsion formulation showed clear and transparent yellowish microemulsion, while the microemulsion gel showed cloudy yellowish colour. The physical stability test of the microemulsion gel ketoconazole was carried out by stored the microemulsion gel at three different temperatures, cycling test, centrifugation test and also globul size. Tests on several physical stability parameters showed none the formulated microemulsion gel ketoconazole met the criteria for physical stability."
2017
S67551
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tambunan, Lidia Romito
"Seledri dan urang aring adalah tanaman yang memiliki efek terhadap pertumbuhan rambut. Kandungan kimia yang terdapat dalam tanaman tersebut kaya akan nutrisi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan rambut , seperti flavonoid, saponin, sterol/terpenoid, dan tanin. Ekstrak etanol diformulasikan dalam sediaan mikroemulsi dengan tiga jenis formula, yaitu ekstrak seledri 10% (formula A), ekstrak urang aring 10% (formula B), dan kombinasi ekstrak seledri 5% dan urang aring 5% (formula C). Mikroemulsi diaplikasikan ke kulit punggung tikus yang telah dicukur. Tujuan penelitian ini adalah membuat mikroemulsi yang jernih, menguji stabilitas fisik dan aktivitas dari mikroemulsi tersebut. Efikasi formulasi ditentukan melalui perhitungan panjang rambut tikus. Hasil menunjukkan bahwa mikroemulsi jernih, tidak terjadi pemisahan fase, dan homogen secara fisik. Hasil uji stabilitas fisik menunjukkan ketiga mikroemulsi stabil pada penyimpanan suhu rendah, suhu kamar, dan suhu tinggi. Efek yang paling potensial terhadap pertumbuhan rambut tikus adalah mikroemulsi dengan konsentrasi ekstrak urang aring 10%.

Celery and urang aring are plants having effect on hair growth. The chemical constituents in these plants are rich of nutrients for hair growth such as flavonoids, saponins, steroids/terpenoids, and tannins. The ethanol extract was formulated into microemulsions with three different kinds of formula which were 10% extract of celery (formula A), 10% extract of urang aring (formula B), and combination of 5% extract of celery and 5% extract of urang aring (formula C). Microemulsions were topically applied to the dorsal skin of rats which had been shaved before. The research aim is to formulate a clear microemulsion and to test the physical stability and activity of the microemulsion. The efficacy of the formulation was determined by measuring the length of the hair rats. The experiment result showed that the microemulsions were clear, no phase separation, and were physically homogeneous. The result of physical stability tests showed that all the three microemulsions were stable at low temperature, room temperature, and high temperature. The most potential effect on rats hair growth of is the microemulsion with 10% urang aring extract.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S42983
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>