Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Wahyu Tini Astuti
Abstrak :
Penelitian ini mencoba mengkaji keterkaitan antara fenomena penjual atau pelayan minuman dengan praktek perdagangan perempuan untuk tujuan pelacuran. Mengingat bahwa fenomena penjual/pelayanan minuman ringan merupakan suatu praktek pelacuran terselubung. Fokus utama dari penelitian ini adalah perempuan penjual minuman ringan di sepanjang rel kereta api Manggarai Jatinegara, Jakarta. Hasil penelitian memperoleh temuan bahwa ada keterkaitan antara praktek pelacuran terselubung dengan modus perempuan penjual minuman ringan dengan praktek perdagangan perempuan dan ada empat perempuan penjual minuman ringan yang menjadi korban perdagangan perempuan. Artinya mereka mengalami tiga unsur penting dalam praktek perdagangan perempuan yaitu proses, cara dan tujuan. Pada kegiatan proses, korban melewati proses perekrutan dengan cara iming-iming dan janji palsu untuk tujuan eksploitasi seksual. Temuan lain dalam penelitian ini adalah adanya faktor pendorong dan penarik yang menyebabkan korban terjerat dalam praktek perdagangan. Faktor-faktor pendorong lain adalah marjinalisasi perempuan dalam ekonomi, tingkat pendidikan yang rendah, konflik dalam keluarga, pernikahan dini yang berakhir dengan perceraian, dan stigma sosial negatif terhadap perempuan yang berstatus janda, dan budaya konsumerisme masyarakat. Sedangkan faktor penarik adalah maraknya bisni seks itu sendiri yang memberikan banyak keuntungan bagi berbagai pihak kecuali perempuan penjual minuman. Temuan akhir yang saya peroleh adalah kondisi kerja anak perempuan penjual/pelayan minuman. Mereka mengalami kekerasan phisik dan psikis dari mucikari. Korban juga mengalami kekerasan phisik, psikis dan seksual dari tamu laki-laki, aparat yang sering merazia mereka. Mereka juga mendapatkan stigma yang negatif dari masyarakat sekitar dan masyarakat dari daerah korban berasal. Kondisi kerja para perempuan penjual minuman sangat memprihatinkan. Mereka harus bekerja selama 10 jam setiap hari dari jam 7 hingga 5 dini hari. Mereka juga terjebak oleh lilitan hutang yang tidak ada habisnnya.
The main focus of this research is the phenomenon of drinks seller girls along the rail way in Jakarta. This research explores the relation between drinks seller girls with the phenomenon of human trafficking, because the drinks seller girls phenomenon is a form of hidden prostitution. Based on the finding of this research, there is a relation between drinks seller girls with human trafficking and four respondents are the victims of human trafficking for sexual exploitation. This is because there the three main things to indicate the human trafficking. There are process, methods and purpose. The next finding is there are pull and push factors in human trafficking. The pull factor is the sex business itself that can profit a lot of people who are in the network. The push factors are poverty, education, family conflicts, early marriage, social stigma, and consumerism. The last finding is the condition of drinks seller girls. They have experienced physical violence, psychology violence, and sex abuse from the pimps, customers, and the officers. They also have to work 10 hours a day. Debt bondage is a way to keep the victims working for the pimps.
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2008
T25540
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Edith Anindita Wardani
Abstrak :
Artikel ini bertujuan untuk membahas mengenai pengaruh antara kekerasan orangtua terhadap perilaku kekerasan anak. Dalam beberapa tahun belakangan, kasus kekerasan yang dilakukan oleh anak- anak cenderung meningkat. Studi- studi sebelumnya memaparkan bahwa tayangan kekerasan, teman sebaya, dan orangtua sebagai faktor yang menentukan perilaku kekerasan anak. Melengkapi studi tersebut, penulis berargumen bahwa kekerasan orangtua mempengaruhi perilaku kekerasan anak karena anak meniru perilaku yang dilakukan oleh orangtuanya, dimana anak laki-laki cenderung melakukan kekerasan fisik dan anak perempuan cenderung melakukan kekerasan verbal. Artikel ini juga ingin mengetahui bagaimana perilaku kekerasan dari orangtua berpengaruh terhadap perilaku kekerasan anak perempuan dan laki-laki. Artikel ini menggunakan metode pendekatan kuantitatif dengan teknik pengumpulan data simple random sampling. Total sampel dari sebanyak 105 responden anak kelas 1 SMPN 246 di Jakarta. Hasil dari penulisan artikel ini membuktikan bahwa anak yang pernah menerima kekerasan verbal dari orangtuanya cenderung melakukan perilaku kekerasan verbal kepada temannya, baik laki-laki maupun perempuan. Namun, hal tersebut tidak berlaku untuk kekerasan fisik. ...... This article aims to discuss the influence of parental violence to child violence behavior. Within a few years, cases of violence by children increased. Previous studies have suggested that violence shows, peers, and parents are the factors that determine child violence behavior. Complementing the studies, this article argue that parental violence affects the behavior of child violence because children imitate behavior of their parents, where bpys tend to resort to physical violence and girls tend to resort to verbal violence. This article also want to know whether the socialization of violent behavior from parents are took effect on violent behavior of girls and boys. This article uses a quantitative method with simple random sampling data collection thecnique. The number of samples are 105 respondents from grade 1 SMPN 246 in Jakarta. The result proves that children who have received verbal violence from their parents tend to engage in verbal violence behavior toward their friends, both girl and boy. However, this does not apply to physical violence.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Octa Amalia
Abstrak :
Kekerasan terhadap anak merupakan masalah kesehatan masyarakat yang berpengaruh pada kesehatan dan kesejahteraan anak di sepanjang hidupnya. Berdasarkan Sistem Informasi Online Perlindungan Perempuan dan Anak (SIMFONI PPA) pada tahun 2022, lebih dari separuh kasus kekerasan terjadi pada anak dan 34,27% pada anak berusia 13-17 tahun. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor yang berkontribusi pada kejadian kekerasan terhadap anak usia 13-17 tahun di Indonesia. Penelitian menggunakan kerangka model sosio-ekologi yang menganalisis faktor individu (jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan status pekerjaan), interpersonal (status domisili, status orang tua kandung, pengalaman menyaksikan kekerasan, dan status pernikahan), dan komunitas (tempat tinggal) terhadap kekerasan anak berusia 13-17 tahun. Penelitian ini menggunakan data Survei Nasional Pengalaman Hidup Anak dan Remaja (SNPHAR) di Indonesia tahun 2021 dengan studi cross sectional dan sampel sebanyak 4.903 anak berusia 13-17 tahun, yang dianalisis menggunakan uji regresi logistik. Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa hampir setengah dari anak-anak usia 13-17 tahun mengalami kekerasan, dengan tingkat prevalensi sebesar 46,2% (95% CI: 43,6%-48,8%). Kekerasan ini terjadi pada anak perempuan sebanyak 50,6% dan anak laki-laki sebanyak 42,1%. Bentuk kekerasan tersebut meliputi kekerasan fisik (13,8%), kekerasan emosional (41,6%), dan kekerasan seksual (6,9%). Faktor yang berhubungan dengan kekerasan terhadap anak adalah status pekerjaan anak (OR: 1,852; 95% CI: 1,478-2,320), status domisili (OR: 1,253; 95% CI: 1,018-1,541), dan pengalaman anak menyaksikan kekerasan (OR: 6,784; 95% CI: 5,778-7,966) yang merupakan faktor paling dominan. Anak yang berpengalaman menyaksikan kekerasan berisiko hampir 7 kali untuk mengalami kekerasan dibanding yang tidak memiliki pengalaman, setelah dikontrol oleh status pekerjaan dan status domisili. Diperlukan peningkatan kesadaran, penguatan intervensi, dan deteksi dini dalam pencegahan kekerasan terhadap anak. ......Violence against children is a public health concern that has long-term impacts on their health and well-being. In 2022, the Online System for the Protection of Women and Children (SIMFONI PPA) reported that more than half of the violence cases involved children, with 34.27% of these cases affecting children aged 13-17 years. This study aims to identify the factors contributing to violence against children aged 13-17 years. Using a socio-ecological model framework, it analyzes individual factors (sex, education level, and employment status), interpersonal factors (living arrangement, biological parents' status, witnessing violence, and marital status), and community factors (place of residence), related to child abuse among 13-17 years olds. The study used data from the National Survey on Children and Adolescent’ Life Experience (SNPHAR) conducted in Indonesia in 2021. It employed a cross-sectional design, which involved a sample of 4,903 children aged 13-17 years, and conducted data analysis using logistic regression. The research findings indicate that nearly half of children aged 13-17 experience violence, with a prevalence rate of 46.2% (95% CI: 43,6%-48,8%). This violence occurs in 50,6% of girls and 42,1% of boys. The forms of violence include physical violence (13.8%), emotional violence (41.6%), and sexual violence (6.9%). The factors associated with violence against children include the child's employment status (OR: 1.852; 95% CI: 1.478-2.320), living arrangement (OR: 1.253; 95% CI: 1.018-1.541), and witnessing violence (OR: 6.784; 95% CI: 5.778-7.966), with witnessing violence being the most dominant factor. Children who have witnessed violence are at nearly 7 times higher risk of experiencing violence compared to those without such experiences, after controlling for employment status and living arrangement. There is need for increased awareness, strengthened interventions, and early detection in the prevention of violence against children.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amalia Susanti Prasetyo
Abstrak :
Kekerasan fisik pada mahasiswa masih marak terjadi di Indonesia. Hal ini kemudian memunculkan pertanyaan terkait dengan pola kekerasan fisik tersebut. Tulisan ini menggunakan teori aksi situasional untuk menjelaskan pola kekerasan fisik pada mahasiswa yang pernah terjadi di Indonesia. Melalui teori ini, mahasiswa melakukan kekerasan fisik sebagai aksi situasional terhadap motivasi yang ada dan didukung oleh moralitas individu dan kontrol saat peristiwa terjadi. Motivasi seperti provokasi atau godaan bagi individu, kemudian didukung oleh pembenaran penggunaan kekerasan fisik dan relasi kuasa serta rendahnya kontrol eksternal membuat mahasiswa terdorong untuk melakukan kekerasan fisik ......Physical violence against students is still rampant in Indonesia. This then raises questions related to the pattern of causes of the physical violence. This paper uses situational action theory to explain the pattern of causes of physical violence against students that has occurred in Indonesia. Through this theory, students commit physical violence as a situational action against existing motivations and are supported by individual morality and control when events occur. Motivation such as provocation or temptation for individuals, which is then supported by justification for the use of physical violence and power relations as well as low external control makes students compelled to commit physical violence.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nursetyo Nugroho
Abstrak :
ABSTRAK
Skripsi ini membahas peran Parental Control terhadap kekerasan pacaran remaja putra di Kecamatan Kebumen. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh tingkat Parental Control terhadap kekerasan dalam pacaran pada remaja putra di Kecamatan Kebumen. Studi ini memakai pendekatan kuantitatif dengan menggunakan kuesioner, serta diperkuat dengan wawancara. Hasil studi ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan dari tingkat Parental Control terhadap kekerasan pacaran pada remaja putra di Kecamatan Kebumen. Serta memiliki arah hubungan negatif. Berdasarkan hasil analisis terdapat kecenderungan dari responden dengan Parental Control rendah untuk melakukan kekerasan dalam pacaran tinggi, dan sebaliknya bagi responden dengan Parental Control tinggi cenderung untuk menghindari kekerasan dalam pacaran.
ABSTRACT
This paper discusses the role of Parental Control againts teen dating violence in the District of Kebumen. The purpose of this study was to determine the effect of Parental Control to dating violence the young men in the district of Kebumen. The study uses a quantitative approach using a questionnaire, and is reinforced by interviews. The results of this study indicate that there is a significant correlation of the level of Parental Control against dating violence in young men in the district of Kebumen. As well as having a negative direction of the relationship. Based on analysis of the inclination of the respondents with low Parental Control for violence in dating is high, and vice versa for respondents with high Parental Control tends to avoid violence in courtship.
2017
S65838
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library