Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Annisa Noor Khilmia Adkhanti
"ABSTRAK
Sistem kepercayaan menjadi penuntun masyarakat dalam menjalani kehidupan. Sehingga terciptanya kehidupan yang sesuai dengan tatanan sosial yang sudah dirancang. Tabu merupakan bentuk sistem kepercayaan yang hidup dalam pola pikir masyarakat. Hal tersebut berkembang dari sebuah pengelaman budaya, seringkali berkaitan dengan mitologi kisah yang menciptakan sebuah larangan. Sebuah kampung pada Pulau Seram berdiri kokoh di tengah masyarakat yang mulai berkembang menuju masyarakat urban. Budaya dan adat menyelimuti teritori kampung, membuat warga seolah tidak terusik oleh modernisasi. Numa Posune-tempat pengasingan wanita mentrusasi dapat dijadikan sebagai sebuah contoh. Perempuan menstruasi dianggap kotor bagi masyarakat kampung Rohua. Hal tersebut memunculkan sebuah tabu, dimana lelaki dilarang membuat kontak fisik maupun visual terhadap wanita menstruasi atau mereka akan terkena penyakit. Fenomena tersebut menunjukkan bagaimana masyarakat yang masih kuat memegang tradisi, memperlihatkan bahwa tabu menjadi pengontrol kehidupannya. Skripsi ini membahas terkait pembentukan pola permukiman yang diakibatkan oleh sebuah tabu, sebagai kontrol dalam konteks permukiman rural. Metode yang digunakan dengan mengeksplorasi kehidupan masyarakat kampung Rohua secara langsung dan melihat bagaimana peran tabu dalam permukiman. Tabu secara kuat menjadi identitas serta salah satu kunci utama dalam mengatur konfigurasi spasial permukiman. Hal tersebut kemudian berdampak pada aktivitas warga terlebih yang berkaitan dengan penggunaan ruang permukiman. Temuan menunjukkan bahwa tabu kuat mempengaruhi pembentukan ruang permukiman masyarakat tradisional, salah satunya kampung Rohua.

ABSTRACT
Belief system leads society in living their life. Therefore, life prevails based on the designated social structure. Taboo is a belief that lives in the mindset of a society. It develops from a certain cultural experience, and is related to mystical things that often impose prohibitions. A village in Pulau Seram stands firm in the middle of society inhabiting an area which begins to evolve into urban area. The societys tradition lives throughout the village territory and strongly influences the villagers living space, making these villagers seem to be undisturbed by the modernization amid its existence. Take numa Posune-a place of seclusion for women on periods-as an example. Women in their period are considered impure to the villagers. This belief encourages a taboo to appear, as for men are not allowed to make contact, both visual and physical, to period women, otherwise the men will get sick. This shows how in society that still holds a strong tradition, taboo controls the societys life until now. This paper discusses settlement pattern formed as an effect of taboo and the role of taboo as a social control in rural contexts. The method of this study was exploring Kampung Rohuas life directly and seeing the role of taboo towards Kampung Rohua. Taboo strongly characterized the settlement and the main key of the spatial configuration. Its also affects society up to their daily activities especially those that are spatially related in the settlements. The findings shows that taboo strongly influenced the formation of space in a traditional rural settlement, in this case in Kampung Rohua."
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bastian Silaputra
"Dusun Balangan, Desa Wukirsari, terletak di Kecamatan Cangkringan Gunung Merapi, merupakan salah satu dusun yang dikenal dengan keanekaragaman budayanya. Salah satu budaya yang lahir di desa adalah filosofi yang dianut oleh semua orang by kelompok masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan pola permukiman yang sesuai dari perspektif filsafat Jawa dan Fengshui. Metode yang digunakan adalah penggabungan teknik triangulasi dari berbagai teknik pengumpulan data (data primer) dan sumber data yang ada (data sekunder), sedangkan untuk pemetaan spasial menggunakan sketsa berdasarkan literatur dan juga latar belakang informan yang dapat dijadikan sebagai cerita, kemudian dilanjutkan dengan analisis data yang dibagikan menjadi reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan yang saling berhubungan
dengan filosofi itu. Penelitian ini menggunakan variabel konfigurasi ruang, meliputi orientasi (arah) ke depan, jaringan jalan, sungai, dan ketinggian. Hasil Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pola permukiman yang terbentuk di Dusun Balangan, Desa Wukirsari, Kecamatan Cangkringan berdasarkan falsafah Jawa dan Fengshui dilakukan berdasarkan infrastruktur dan lokasi permukiman di Dusun Balangan, Wukirsari. Kesesuaian aspek dalam penerapan pola permukiman yang sifatnya praktis
yang diidentifikasi antara filosofi Jawa dan Fengshui adalah infrastruktur jalan dan elevasi,
sehingga elemen jaringan jalan dan elevasi menjadi penting dalam komponen membentuk pemukiman di Dusun Balangan, Desa Wukirsari.

Balangan Hamlet, Wukirsari Village of Cangkrinfan District, Mount Merapi Region is one of famous hamlet for its cultural diversity. Every culture is born of philosophy adopted by each community group. This study aims to explain the settlement space pattern viewed from the perspective of Javanese and Fengshui philosophy. The method used is a triangulation coupled from various data collection techniques and existing data sources, meanwhile for spatial mapping using sketches based on literature and also the background of the informant which can be used as a story, then the data is analyzed which is divided into reduction data, presentation data, and conclusions related to the meaning of the philosophy. This study uses space configuration variables, including orientation (direction), road, river, and altitude. The results of the study showed that the pattern of the settlement area of the hamlet was divided into infrastructure and location of the Balangan Hamlet residential area, Wukirsari Village. The suitability of the aspects in the application of the practical nature of settlement patterns that identified between Javanese and Fengshui philosophies are road and altitude, so elements of road and altitude are important in the components forming settlements in Balangan Hamlet, Wukirsari Village.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aldi Tiandi
"Kota merupakan pusat permukiman bagi manusia. Seiring berjalannya waktu kota akan semakin berkembang, salah satunya dicirikan dengan jumlah penduduk yang semakin meningkat. Meningkatnya pertumbuhan penduduk di suatu kota akan berdampak terhadap kebutuhan akan ruang salah satunya untuk permukiman. Terkonsentrasinya kegiatan ekonomi seperti pusat perdagangan dan jasa mengakibatkan munculnya konsentrasi permukiman penduduk yang juga terpusat di dekat lokasi tersebut. Cilegon merupakan salah satu kota yang mengalami peningkatan penduduk yang cukup tinggi yang berdampak terhadap meluasnya permukiman penduduk. Perkembangan permukiman di Kota Cilegon didapat melalui hasil wawancara sedangkan untuk mengetahui pola permukiman penduduk menggunakan analisis overlay peta. Kota Cilegon mengalami pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat dari tahun 1997 sampai tahun 2009, terjadi pergeseran pertumbuhan penduduk yang awalnya terjadi di dekat kawasan industri kemudian bergeser ke pusat kota Cilegon. Pola permukiman di Kota Cilegon terdiri dari pola linier di dekat kawasan industri dan mengelompok di dekat pusat kota Cilegon.

City is the center of human settlement. Over time the city will develop, which characterized by the increasing of population. Increasing of population growth in the city gives an effect on space requirements for settlement. The concentration of economic activities, such as trade and service centers will effect on the settlement?s concentration in these location. Cilegon is one of the cities that experienced the highest increasing of population which is effected on the widespread settlement areas. The development of settlements in Cilegon City can be known through interview the citizen, while to determine the settlement pattern uses an overlay analysis of map. In 1997-2009, the increasing population growth in Cilegon was getting higher, there was a shift in population growth which occurs closed to industrial area into the downtown of Cilegon City. The settlement patterns in Cilegon which shown a linear pattern found closed to industrial area and clustered pattern closed to the downtown of Cilegon City."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2011
S615
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Lisa Meidiyanti Lautetu
"Pulau Sulabesi memiliki karakteristik sebagai pulau kecil sekaligus terpencil yang menyebabkan pulau ini dihadapi dengan berbagai keterbatasan dalam pembangunan maupun ancaman terhadap bencana pesisir dan berdampak pada keberlanjutan lingkungan maupun ketahanan sosial-ekonomi masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kesesuaian karakteristik pola persebaran permukiman, melihat tingkat ketahanan masyarakat dan tingkat konektivitas antar wilayah, serta merumuskan penataan permukiman pesisir berkelanjutan. Pendekatan yang digunakan adalah kuantitatif, dengan metode analisis spasial, pemenuhan kebutuhan masyarakat, dan indeks konektivitas. Hasil analisis menunjukkan bahwa persebaran permukiman membentuk pola dispersed dan terdapat ketidak sesuaian dengan kawasan lindung dan kawasan kemampuan lahan sangat rendah. Pada pemenuhan kebutuhan menunjukkan tingkat ketahanan secara keseluruhan adalah sedang dengan skor 75%. Kondisi ini disebabkan oleh tingkat konektivitas yang juga rendah <73,08. Untuk mewujudkan permukiman berkelanjutan dapat dilakukan dengan integrasi kebijakan tata ruang, peningkatan kepadatan jaringan jalan, dan mengatur arah persebaran permukiman sehingga tidak masuk dalam kawasan lindung.

Sulabesi Island is a small and remote island, which causes this island to be faced with various limitations in development and threats to coastal disasters and has an impact on environmental sustainability and socio-economic resilience of the community. This study aims to analyze the suitability characteristics of the distribution pattern of settlements and see the level of community resilience and connectivity between regions. The approach used is quantitative, with spatial analysis, community resilience index, and connectivity index. The results show that the distribution of settlements forms a dispersed pattern, and there is a discrepancy between protected areas and areas with deficient land capability. In meeting the needs, the overall level of resilience is sufficient, or 75%. This condition is caused by the low level of connectivity <73.08. Sustainable settlement planning can be done by integrating spatial policies, increasing network density, local community wisdom, and regulating the distribution of settlements so that they are not included in protected areas."
Jakarta: Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Citra Kusumawardhani
"Kecepatan migrasi dari desa-kota dan pertumbuhan alami yang pesat menjadi penyebab peningkatan permukiman yang buruk di Jakarta. Permukiman ini dikategorikan ke dalam slum dan squatter areas. Bagaimanapun, kebanyakan permukiman tersebut masih kurang memadai dalam persyaratan kesehatan yang memunculkan masalah lingkungan dan risiko yang kritis. Hal ini berdampak tidak hanya pada penduduk di sana namun juga pada keseluruhan kota.
Untuk mengidentifikasi hal-hal yang berkontribusi dalam permukiman yang buruk adalah dengan mengamati dua tempat yang memiliki sejumlah kondisi yang berbeda. Kedua tempat ini terletak di tengah kota. Keduanya memiliki sarana-prasarana yang mencukupi tetapi kurang dalam pelayanan dasar.
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa kualitas permukiman yang buruk terutama dipengaruhi oleh lokasi permukiman. Akhirnya, lokasi ini menciptakan elemen-elemen fisik yang membentuk pola permukiman.
The rapid rural-urban migration and high natural population growth rates are the causes of the increasing number of poor settlements in Jakarta. Those can be categorized into slum and squatter areas. However, most of them are still inadequate requirements for healthy human settlements which lead to critical environmental problems and risks. Those are seriously affected not only their inhabitants but also impacted the whole city.
To identify things that contribute in making poor settlements is by observing two places which have some different conditions. Both places are located in the center of cities. They have adequate facilities-infrastructures in neighborhood but lack basic services.
The result shows that poor settlements are influenced especially by the location. Finally, the location creates physical elements which establish settlements patterns.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S819
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Shella Novasari
"Masyarakat di Sumatera Selatan telah memanfaatkan sungai dan area sekitarnya untuk menunjang kehidupan mereka. Sungai Musi memiliki delapan anak sungai, salah satunya adalah Sungai Ogan. Di sepanjang Sungai Ogan terdapat permukiman penduduk asli dengan pola permukiman linier dan mengelompok.
Tujuan penelitian untuk mengetahui perbandingan kehidupan sosial ekonomi masyarakat di sekitar Sungai Ogan yang dibedakan berdasarkan pola permukiman secara antar linier dan antar mengelompok yang kemudian perbedaannya dibandingkan secara umum dengan pola permukiman linier dan mengelompok. Metode analisis dengan menggunakan analisis keruangan untuk menjelaskan fenomena di lapangan secara spasial.
Kesimpulan ada perbedaan kehidupan sosial dan ekonomi penduduk yang bermukim di Sungai Ogan. Interaksi penduduk pada pola permukiman linier cenderung terjadi hanya di dalam pola permukiman linier. Sedangkan pada pola mengelompok, interaksi aktif terjadi juga di luar tempat tinggal.

People in South Sumatra have taken the advantages of river and it is surrounding to support their life. Musi River has eight tributaries and one of them is Ogan River. Alongside the Ogan there are two residence patterns lived by majority of the indigenous population: linear and clustered patterns. The residence tends to be built based on ethnic community. Furthermore, there is also the residence in particular ethnic that each of them has a set of socio-economic characteristics.
The objective of this study was to determine the comparative of social and economic life of communities around the Ogan River which were divided by inter-linear and inter-cluster pattern. Then the results would be compared with the pattern of linear and clustered generally. Analytical method was using analysis of spatial to explain the phenomenon on the research area spatially.
The conclusion differences in social and economic life of people living in the Ogan River. People interaction in the linear residence pattern tended to occur only in the linear residence pattern. While in clustered pattern, active interaction also occurred outside the residence.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2011
S1055
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library