Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 19 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mashuri
"Untuk mengetahui pengaruh agen ikat silang terhadap sifat kuat tarik dan titik leleh polietilen densitas tinggi (HDPE-High Density Polyethylene) dibuat sampel XPE (Crosslinked Polyethylene) dengan variasi prosentase berat (0,50 sampai 1,50 bwt) agen ikat silang DCP (Dicumyl Peroxyde). Selanjutnya dilakukan pengukuran dan pengujian seperti fraksi rantai ikat silang.. FTIR, densitas, XRD. titik leleh, temperatur dekomposisi dan sifat kuat tarik.
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa DCP merangsang meningkatkan terbentuknya rental ikat silang dalem HDPE, tetapi mulai 1.50% DCP cenderung menuju keadaan jenuh. XPE dengan kendungan DCP kurang dari 1,50' terbentuk fasa kristalin ( bidang kristal (010) ) namun secara bulk XPE lebih berfasa amorfphous. Hal ini ditandai dengan penurunan nilai derajat kristalinitas dan densitas. Fenomena ini menyebabkan titik leleh dan dekomposisi meningkat, modulus Young menurun, elongasi meningkat dan UPS meningkat walau relatif kecil.Sehingga XPE merupakan polietilen yang bersifat kuat tarik lebih baik dan lebih stabil pada pemakaian temperatur operasi tinggi."
Depok: Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ferni Ratna Utari
"ABSTRAK
Sintesis dan Karakteristik Hidrogel Polietilen Oksida (PEO)-ko-Alginat dengan Metode Iradiasi Gamma
Pada beberapa tahun belakangan ini penelitian dan pengembangan penggunaan bahan biomaterial dalam bidang kesehatan, kedokteran dan farmasi untuk meningkatkan, memelihara ataupun memperbaiki kesehatan sedang dilakukan secara intensif.
Hidrogel merupakan salah satu bahan biomaterial yang tengah dikembangkan dewasa ini. Salah satunya adalah hidrogel PEO-ko-Alginat sebagai super absorban. Sintesis hidrogel PEO-ko-Alginat ini menggunakan metode iradiasi sinar gamma dengan dosis radiasi 30 kGy dengan laju dosis 10 kGy/jam.
Dengan menggunakan bahan dasar PEO dengan konsentrasi 5% dan berbagai konsentrasi alginat (0,25 - 1%), didapatkan hidrogel yang kenyal, agak transparan, dan berwarna kuning. Dengan naiknya konsentrasi alginat, maka daya serap terhadap airnya makin tinggi baik dengan uji swelling maupun dengan uji air yang terserap, dan kecepatan penguapan airnya menurun. Uji Fourier Transform Infrared dilakukan untuk membandingkan ikatan senyawa yang terkandung dalam PEO, alginat, dan hidrogel PEO-ko-Alginat.
Hasil pengujian karakteristik hidrogel PEO-ko-Alginat menunjukkan bahwa dengan dosis radiasi optimum 30 kGy, didapatkan komposisi super absorban yang paling baik adalah dengan konsentrasi PEO 5%, dan alginat sebesar 1%. Dengan nilai rasio swelling (48,4506 dalam 1 jam) dan air yang terserap (58.1233% dalam 1 jam) yang tertinggi, dan kecepatan penguapan air yang terendah (21.1929% dalam 1 jam). Walaupun dengan nilai fraksi gel yang terendah (99,4110%)."
2008
TA1711
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Syaukat Rafifidhiya
"ABSTRAK
Bitumen termodifikasi polimer telah banyak diminati sebagai bahan pengeras jalan. Namun, kestabilan bitumen termodifikasi masih dirasa kurang sehingga dilakukan penelitian lanjutan untuk menemukan kompatibiliser yang sesuai kebutuhan, salah satunya lignin termodifikasi. Penelitian tentang bagaimana pengaruh dari lignin termodifikasi terhadap sifat mekanis bitumen termodifikasi polimer polymer modified bitumen-PMB dilakukan dengan mencampurkan ketiga komponen tersebut dengan hot melt mixing dengan komposisi lignin termodifikasi 0,1 , 0,3 , dan 0,5 serta suhu pencampuran 160 oC, 180 oC, dan 200 oC. Dan waktu pencampuran 15, 30, dan 45 menit. Penelitian dengan menggunakan STA, FTIR, sudut kontak dengan metode sessile drop, FE-SEM, dan uji mekanis pada daktilitas dan penetrasi menunjukkan penambahan lignin termdofikasi memengaruhi sifat mekanis PMB dengan menurunkan penetrasi hingga 33 dan daktilitas PMB hingga 68 . Selain itu, sifat termal juga terpengaruh dengan meningkatnya titik leleh hingga 5 oC seiring dengan penambahan konsentrasi lignin termodifikasi. Suhu dan waktu pencampuran memengaruhi distribusi dan dispersi campuran dengan indikasi peningkatan intensitas ikatan hidrogen

ABSTRACT
Polyethylene Modified Bitumen PMB has been developed to give an alternative in material selection on pavement engineering. However, PMB has no good stability especially on wet weather. Many compatibilisers has been developed to overcome this problem, and one of them is urethanized ndash modified lignin. HDPE, bitumen, and modified lignin has mixed on hot melt mixing with varied concentration of modified lignin, temperature of mixing, and mixing time. Concentration of modified lignin vary from 0,1 , 0,3 to 0,5 , temperature of mixing varied from 160 oC, 180oC, dan 200 oC and time of mixing varied from 15,30, dan 45 minutes. Observation with STA, FTIR, contact angle with sessile drop method, FE SEM, and mechanical test on ductility and penetration show that modified lignin effect on mechanical and thermal properties of PMB. The effect has been indicated by decreasing of value of penetration to 67 and ductility of PMB to 31 and increasing the melting point up to 5 oC. Beside that, temperature and time of mixing effect the distribution and dispersion on mixing."
2017
S67219
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mochamad Ilham Chairat
"[ABSTRAK
Reaktor flame synthesis merupakan hasil modifikasi reaktor pirolisis double furnace yang digunakan untuk sintesis nanokarbon dengan bahan dasar limbah kantong plastik polietilen (PE). Metode flame synthesis menggunakan gas argon sebagai carrier dan gas oksigen sebagai ko-umpan untuk menghasilkan gas prekursor pertumbuhan nanokarbon yaitu gas karbon monoksida (CO). Limbah kantong plastik PE dipirolisis pada suhu 450oC dalam 10 menit sesuai dengan uji kondisi optimum, kemudian disintesis pada suhu 800oC selama 1 jam. Nanokarbon jenis Carbon Nanotube (CNT) mendominasi hasil sintesis nanokarbon yang ditunjukan dengan karakterisasi FTIR, TEM, dan XRD dengan produksi (yield) mencapai 30%. Peningkatan laju alir gas Argon dari 100 ml/menit menjadi 200 ml/menit pada penelitian tambahan menghasilkan penurunan produksi dari nanokarbon yang terbentuk tanpa mengurangi kualitas dari nanokarbon itu sendiri. Hal ini menunjukan bahwa reaktor flame synthesis mampu menghasilkan nanokarbon (CNT) dari limbah kantong plastik polietilen (PE) dengan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan penggunaan reaktor pirolisis single furnace maupun double furnace.

ABSTRACT
Flame Synthesis Reactor is a result from modification of double furnace pyrolysis reactor to synthesize nanocarbon by using polyethylene plastic bag waste as the carbon source. Flame Synthesis method is using argon gas as the carrier and oxygen gas as the co-feed to produce carbon monoxide as the precursor gas in the growth of nanocarbon.The polyethylene (PE) plastic bag waste is pyrolysised at 450oC in 10 minutes as the optimum condition and then synthesized at 800oC in 1 hour. Carbon Nanotube (CNT) is one of the nanocarbon type that dominating the result of the synthesis which explained in FTIR, TEM, and XRD characterization with the roduction (yield) about 30%. The increasing of argon gas flow from 100 ml/minute to 200 ml/minute is resulting the production of nanocarbon decreased without the decreasing of the quality of nanocarbon itself. These experiment explains that polyethylene (PE) plastic bag waste can produce nanocarbon with good quality by using flame synthesis reactor better than single or double furnace pyrolysis., Flame Synthesis Reactor is a result from modification of double furnace pyrolysis reactor to synthesize nanocarbon by using polyethylene plastic bag waste as the carbon source. Flame Synthesis method is using argon gas as the carrier and oxygen gas as the co-feed to produce carbon monoxide as the precursor gas in the growth of nanocarbon.The polyethylene (PE) plastic bag waste is pyrolysised at 450oC in 10 minutes as the optimum condition and then synthesized at 800oC in 1 hour. Carbon Nanotube (CNT) is one of the nanocarbon type that dominating the result of the synthesis which explained in FTIR, TEM, and XRD characterization with the roduction (yield) about 30%. The increasing of argon gas flow from 100 ml/minute to 200 ml/minute is resulting the production of nanocarbon decreased without the decreasing of the quality of nanocarbon itself. These experiment explains that polyethylene (PE) plastic bag waste can produce nanocarbon with good quality by using flame synthesis reactor better than single or double furnace pyrolysis.]"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S58839
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Didit Ardi Maulana
"Penelitian ini bertujuan untuk mensintesis nano-komposit Ag/TiO2 untuk dikaji kemampuannya dalam mendegradasi mikroplastik dalam air, dilanjutkan dengan memvariasikan konsentrasi serta ukuran dari partikel mikroplastik sebagai polutan di dalam air minum. Mikroplastik polietilena dipilih sebagai sampel pada penelitian ini. Variasi konsentrasi mikroplastik yang digunakan yaitu 100, 500, dan 1000 ppm dengan ukuran partikel awal 100-150 mikrometer. Sedangkan variasi ukuran mikroplastik yang digunakan yaitu 100-125, 125-150, dan 150-250 mikrometer dengan konsentrasi awal 100 ppm. Pengaduk magnetik digunakan pada kecepatan putar 2000 rpm selama proses irradiasi dengan lampu UV. Penambahan dopan Ag memberikan efek yang cukup baik dalam mendegradasi mikroplastik, dimana persentase degradasi mencapai 100% dalam waktu 120 menit irradiasi pada konsentrasi awal 100 ppm dan ukuran partikel 100-150 mikrometer. Dengan konsentrasi awal 100 ppm diperoleh persen degradasi terbaik pada ukuran partikel 125-150 mikrometer, dimana degradasi 100% dicapai pada waktu irradiasi selama 90 menit.

The aim of this research is to synthesize Ag/TiO2 nano-composites to study their ability to degrade microplastics in water, followed by varying the concentration and size of microplastic particles as pollutants in drinking water. Polyethylene microplastics were selected as samples in this study. The variation of microplastic concentrations used are 100, 500, and 1000 ppm with an initial particle size of 100-150 micrometers. While the microplastic size variations used are 100-125, 125-150, and 150-250 micrometers with initial concentrations of 100 ppm. Magnetic stirrers are used at a rotational speed of 2000 rpm during the irradiation process with a UV lamp. The addition of Ag dopant has a fairly good effect in microplastic degradation, where the percentage of degradation reaches 100% within 120 minutes of irradiation at an initial concentration of 100 ppm and particle size of 100-150 micrometers. With an initial concentration of 100 ppm obtained the best percent degradation at particle size 125-150 micrometers, where 100% degradation was achieved at 90 minutes of irradiation."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
U. Vonny Susanti M.
"Hidrogel merupakan suatu jenis polimer hidrofilik y ng mempunyai
kerangka jaringan yang menyerap sejumlah air dan mengembang dalam air
tetapi tidak dapat larut dalam air.
Polietilen oksida (PEO) merupakan polimer yang dapat larut dalam air
dengarl-struktur kimia yang relatif sederhana .
. · Polietilen oksida (PJ;O) diiradiasi dengan variasi dosis 20, 30 dan 40
kGy serta variasi koqsentrasi 1, 3, 5 dan 7 %:-<"Metode yang digunakan
spektrofotometri lnframerah untuk mengetahui gugus fungsi yang terdapat
dalam hidrogel, spektrofotometri UV-Vis untuk mengetahui monomer sisa dan
imobilisasi tetrasiklin HCI serta fraksi gel untuk mengetahui banyaknya gel
yang terbentuk.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui imobilisasi sediaan obat
tetrasiklin HCI pada hidrogel pcilietilen oksida (PEO) hasil iradiasi gamma.
Hasil yang diperoleh untuk fraksi gel memiliki kisaran 71-95 %. HasiiiR
menunjukkan terjadi ikatan silang PEO. Untuk hasil swelling PEO untuk
variasi waktu mencapai konstan pada jam ke 20 dan 24 serta memiliki suhu
maksimum 50 °C untuk masing-masing dosis dan konsentrasi. Sedangkan
dalam variasi suhu, polimer sisa yang terdapat dalam hidrogel PEO berkisar
10-17% untuk setiap dosis dan konsentrasi. lmobilisasi tetrasiklin HCI terjadi pada jam ke-20 dan 24 untuk konsentrasi 7 % dan masing-masing dosis
radiasi. Suhu maksimum tetrasiklin HCI dapat berimobilisasi adalah 40 °C."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2004
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Niken Cindy Pratiwi
"Mikrosfer merupakan salah satu bentuk sediaan untuk pelepasan
terkendali. Pelepasan obat di dalam tubuh dari bentuk sediaannya dapat
dipengaruhi oleh adanya perbedaan pH dan enzim dalam saluran cerna.
Pada penelitian ini, diuji efek enzim-enzim proteolitik pada pelepasan obat
dari mikrosfer alginat dengan dan tanpa penambahan polietilen glikol 6000.
Alginat telah menjadi perhatian sebagai pembawa dalam penghantaran obat
terkontrol. Mikrosfer kalsium alginat dibuat dengan menggunakan metode
ionotropic gelation dengan penambahan polietilen glikol 6000. Adanya
polietilen glikol dalam formulasi mikrosfer kalsium alginat diperkirakan dapat
mempengaruhi stabilitas enzimatik mikrosfer. Evaluasi yang dilakukan adalah
pemeriksaan bentuk dan morfologi mikrosfer, distribusi ukuran partikel, uji
perolehan kembali proses, penetapan kadar air, uji kadar obat yang terjerap
dalam mikrosfer dan uji pelepasan obat in vitro. Uji pelepasan obat dilakukan
dalam medium simulasi cairan lambung (pH 1,4) dan simulasi cairan usus
(pH 7,4) tanpa enzim atau dengan enzim yaitu pepsin dan tripsin. Hasil uji
pelepasan obat menunjukkan bahwa pelepasan obat dari mikrosfer kalsium
alginat meningkat dengan peningkatan polietilen glikol."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2009
S32706
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Erny S.A. Soekotjo
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2003
T40277
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hutapea, Johannes P.
"Pada extrusion coating, polietilen dipergunakan sebagai perekat, dengan cara degradasi termal yang dilanjutkan oksidasi oleh oksigen. Dalam penelitian ini dipelajari pengaruh jenis rantai polietilen (antara LDPE, Low Density Polyethylene dan LLDPE, Linear Low Density Polyethylene) terhadap degradasi termal, pengaruh lama waktu tinggal polietilen di dalam extruder terhadap degradasi rantainya, dan pengaruh dari input gas nitrogen ke hopper extruder. Pengaruh dari ketiga kondisi tersebut di atas dipelajari dengan alat Infra Red, Differensial Scanning Calorimetry, dan uji tarik. Semakin lama LDPE berada di dalam extruder maka konsentrasi gugus alkohol dan karbonil juga semakin meningkat. Berbeda dengan LLDPE yang terlihat hanya peningkatan konsentrasi gugus alkohol. Ini terjadi karena LDPE memiliki lebih banyak percabangan dibandingkan LLDPE. Pengaruh dari input gas nitrogen ke hopper extruder tidak memperlihatkan perubahan konsentrasi gugus alkohol dan karbonil. Dengan Differensial Scanning Calorimetry dapat diketahui bahwa degradasi termal memberikan kesempatan bagian amorfus dari polietilen untuk tersusun lebih teratur (kristalinitas bertambah). Dari uji tarik dapat dipelajari perubahan sifat mekanik yang terjadi. Baik pada LDPE maupun LLDPE dapat dilihat penurunan persen perpanjangan, stress at break, dan stress at yield, dengan nilai masing-masing yang lebih tinggi untuk LLDPE.

In extrusion coating, polyethylene was used as adhesive, by thermal degradation and followed by oxygen oxidation. In this research, we studied the effect of polyethylene chain (between LDPE, Low Density Polyethylene and LLDPE, Linear Low Density Polyethylene) to thermal degradation, the effect of polyethylene resident time in the extruder, and the effect of input nitrogen gas to hopper extruder. The effects of that conditions were studied with Infra Red Spectroscopy (IR), Differential Scanning Calorimetry (DSC), and tensile strength. As long as LDPE in the extruder, then the alcohol and carbonyl groups also increased. But it was different with LLDPE, it can only increased the carbonyl groups, since LDPE has many chain branching. Input nitrogen gas did not make different to alcohol and carbonyl groups concentration. From DSC known that thermal degradation give chance to amorphus region of polyethylene to be ordered. From tensile test we studied that thermal degradation decreased the mechanical properties of polyethylene."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2008
T21431
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ingrid Fortunata
"ABSTRAK
Nanopartikel emas memiliki permasalahan yaitu mudah beragregasi. Hal ini menyebabkan kestabilan dari nanopartikel emas yang terbentuk tidak dapat bertahan lama. Salah satu upaya untuk meningkatkan kestabilan dari nanopartikel emas tersebut yaitu dengan memberikan agen pelapis atau penstabil. Pada penelitian ini, nanopartikel emas tersebut akan dikonjugasikan dengan kurkumin, dimana konjugat tersebut ditambahkan dengan polietilen glikol (PEG) dan dilihat pengaruh PEG pada konjugat nanopartikel tersebut melalui uji karakterisasi dan stabilitas. Proses pembuatan konjugat nanopartikel emas ? kurkumin termodifikasi PEG ini dilakukan dengan pemanasan dan pengadukan diatas hot plate. Hasil TEM menunjukkan bahwa tidak terlihat pelapisan PEG pada permukaan konjugat nanopartikel emas ? kurkumin. Namun, pada pengukuran panjang gelombang dengan spektrofotometri menunjukan pergeseran 4,5 nm. Untuk pengujian pH menunjukkan hasil sebesar 3,11. Pada pengujian PSA menunjukkan hasil ukuran partikel sebesar 45,76 nm, sementara untuk hasil potensial zeta memberikan hasil -24,4; -23,3; dan -22,2 untuk pengukuran tiga kali berturut-turut. Sementara untuk pengujian stabilitas pada berbagai medium (PBS, PBS dengan 0,05% BSA, sistein, dan DI Water) memberikan hasil yang bervariasi dimana dapat diamati perubahan warna, absorbansi, panjang gelombang, dan terbentuknya endapan. Penggunaan PEG pada pembuatan konjugat nanopartikel emas ? kurkumin belum memberikan hasil yang optimal sehingga belum dapat melindungi dari agregasi.

ABSTRAK
Gold nanoparticles have a problem that is easily aggregate. This leads to the stability of the gold nanoparticles will not last long. One of the efforts to increase the stability of the gold nanoparticles is to provide capping or stabilizing agents. In this study, gold nanoparticles will be conjugated with curcumin, which the conjugate will be added with poly ethylene glycol (PEG) and the effect of PEG on the conjugated nanoparticles will be seen through characterization and stability testing. The process of making the conjugates of gold ? curcumin modified PEG nanoparticles is done by heating and stirring on a hot plate. The result of TEM showed that PEG capping is not visible on the surface of the conjugates. However, in wavelength by spectrophotometric measurements showed 4.5 nm shift. For pH testing shows the result is 3.11. For PSA testing shows the result of particle size is 45.76 nm, while for the results of zeta potential are -24.4; -23.3; and -22.2 for the three times measurement in a row. As for stability testing in various mediums (PBS, PBS with 0.05% BSA, cysteine, and DI Water) give results in vary ways which can be observed in changes of colors, absorbances, wavelengths, and the formation of aggregates. The use of PEG in manufacture of conjugated gold ? curcumin nanoparticles did not provide optimal results so nanoparticles are not protected from aggregation"
2016
S65036
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>