Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
Aulia Rahmawati
"
ABSTRACTEven after the rise of Indonesian feminist film directors by the likes of Nia Dinata, Mira Lesmana, Mouly Surya, Nan T Achnas and Lola Amaria, the Indonesian moviegoers still flocked into badly written teenage romance dramas. This paper interrogates the way romance and femininities have been shaped within the cinematic representation in London Love Story 2, Promise and Dear Nathan. It is concluded that the Indonesian romance teenage dramas are entrenched with masculine power and dominance spectacles in which the feminine heroines have been treated as passive objects of desire whose agency and subjectivities are being stripped away. Using feminist literature on post feminist romance cinema, the heroines in these films have mostly been constructed as independent, smart and seemingly agentive at first, but nevertheless pursued romantic, traditional, heterosexual relationships saturated with masculine control and dominance. This paper shows that post feminist popular culture has transpired globally and morphed into transnational post feminism that influenced the production and consumption of such text in Indonesia."
Jakarta: Yayasan Jurnal Perempuan, 2018
305 JP 23:1 (2018)
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
Magdalena Baga
"Tesis ini adalah untuk meiihat bagaimana film Desperaie Housewives (DI-IW) menggambarkan tokoh-tokoh utama wanita kelas menengah Amerika, dan mencari akar masalah yang menyebabkan para tokoh ibu rumah tangga dalam Elm tersebut desperate, serta ada tidaknya "backlash" yang disinyalir Oleh Susan Faludi dalam bukunya. Kajian ini menggunakan tinjauan posfeminis untuk menganalisis gambaran tokoh, dan metode dekonstruksi untuk mcncari akar masalah dari desperation pada para tokoh utama wanita, sekaligus dilihat juga backlash dalam iilm DI-IW. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tokoh-tokoh utama wanita dalam film DHW ini mewakili gambaran wanita posfemlnis yang menerima sebagian nilai-nilai tradisional sekaligus menggunakan nilai-nilai tbminisme. I-Iasil analisis juga mcnunjukkan penyebab desperalion pada pam tokoh wanita yakni domngan hati yang tidak dapat dikendalikan oleh para tokoh wanita dalam DHW, Serta terdapat backlash terhadap feminisme dan kritik terhadap tmdisionalisme dalam film ini.
The purpose of this study is to see how the movie, Desperare Housewives (DI-IW) constructs an image of American middle class women. This thesis also tries to search for thc main cause of desperation as experienced by the women in DHW, and analyzes if Susan Faludi's "backlash" toward feminism is depicted in this movie. This research takes a post feminism perspective in analyzing the characters. The deconstruction method is used to search for the main cause that caused the desperation of DI-IW‘s main characters; and the backlash toward feminism as well. The conclusion is that the characters represent the image of post feminist women, and that the main cause of their desperation is their unresmtined impulse. This research also shows that a backlash toward feminism is portrayed in the movie, as is criticism of Uaditionalism."
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2009
T33974
UI - Tesis Open Universitas Indonesia Library
Munaya Nasiri
"Penggambaran perempuan pada iklan membentuk stereotip yang ada di masyarakat. Hal ini terjadi karena pesan yang disampaikan melalui medium televisi menjangkau masyarakat luas. Salah satu bentuk stereotip yang ada adalah stereotip mengenai kecantikan perempuan. Stereotip tersebut dapat ditemukan pada iklan produk perawatan tubuh. Adanya stereotip tersebut, membuat perempuan memiliki konsep diri negatif, yaitu, kurangnya rasa percaya diri. Namun, produk Dove hadir dengan pesan iklan yang berbeda. Dove menggunakan kampanye yang disiarkan di internet dengan membawa nilai post-feminisme, yaitu, meyakinkan perempuan agar berani mengaktualisasikan dirinya. Pada akhir pembahasan, akan terbukti bahwa Dove menyisipkan nilai post-feminisme dalam pesan kampanyenya.
The way advertisement describes women?s image frequently forming a stereotype in society. It happens because the message is delivered through the television that can reach a wider audience. One of the stereotypes that exist in society is about women's beauty. We can find it at body-care product ads. This stereotype makes women have a negative self-concept, in which, women have a lack of confidence. But, there is a body care product that appears with a different message. Dove makes a campaign through the internet with post-feminism value. Postfeminism drives people to change their mindset about women's beauty. At the end of the discussion, this paper proves that Dove?s advertisements and campaign, contain postfeminism value."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2016
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja Universitas Indonesia Library
Moira Katja Kabullah Nugraha
"Artikel ini adalah analisis tentang bagaimana akun Instagram body positive influencer mengangkat isu-isu tentang citra tubuh dalam ideologi patriarki. Aktivisme di sosial media telah membahas tentang isu komodifikasi gerakan body positivity, dan tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengeksplorasi bagaimana hal itu mempengaruhi masyarakat melalui studi kasus akun Instagram @tessholliday. Dengan melakukan analisis tekstual dari postingan Instagram Tess, saya berpendapat bahwa @tessholliday terus-menerus mempromosikan self-acceptance dan cinta pada diri sendiri sambil menantang norma kecantikan yang sudah ada sebelumnya. Namun, Tess sering menampilkan dirinya secara seksual sebagai cara untuk memperkuat pesan yang ia ingin sampaikan kepada audiens tentang apa itu body positivity. Hal ini mencerminkan ide-ide postfeminist, yaitu gagasan bahwa perempuan telah dibuat untuk berpikir bahwa agensi mereka berupa objektifikasi diri, hal ini dapat ditemukan dalam studi kasus ini. Selain itu, artikel ini juga mengungkap bagaimana perusahaan memanfaatkan gerakan body positivity dan memanfaatkan gerakan tersebut sebagai strategi pemasaran. Kesimpulannya, meskipun Tess Holliday telah berkontribusi pada gerakan body positivity melalui keterlibatannya sebagai influencer, halaman Instagram-nya ditemukan pesan-pesan dan makna-makna yang dapat membahayakan gerakan tersebut.
This article is a critical analysis of how a body positive influencer's Instagram page problematizes issues concerning body image within patriarchal ideology. Social media activism has raised the issue of the commodification of the body positivity movement, and the goal of this research is to explore how it has affected the community through a case study of @tessholliday's Instagram account. By conducting a textual analysis of her Instagram posts, I argue that @tessholliday constantly promotes self-acceptance and self-love whilst challenging the pre-existing beauty norms. However, Tess often presents herself in a sexualized manner as a way to reinforce her message to the audience of what body positivity is. This reflects the post-feminist ideas, which is the notion that women have been made to think that their agency revolves around self-objectification, which could be found in the case study. Furthermore, this article also uncovers how companies and brands have utilized the body positive movement and made use of the movement as a marketing strategy. In conclusion, although Tess Holliday has contributed to the body positivity movement through her involvemen"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Rima Ramadhani
"
ABSTRAKRepresentasi perempuan dalam musik pop merupakan topik penting dalam perbincangan para feminis. Saat kebanyakan perempuan digambarkan sebagai korban atau objek dari dominasi pria, teori "kepekaan posfeminsme" dari Gill (2007) justru berfokus pada pemberdayaan perempuan dengan melihat keputusan individual perempuan dan pergeseran dari posisi subjek-objek diantara perempuan dan laki-laki dalam media. Lana Del Rey adalah salah satu penyanyi wanita kontroversial, dan lagunya yang berjudul Burning Desire telah mendukung teori ini. Demi mengaitkan teori dan realita dalam kehidupan perempuan, penelitian ini bermaksud untuk melihat bagaimana para pendengar wanita menilai penggambaran perempuan dan menanggapi kepekaan posfeminisme dalam lagu Burning Desire melalui diskusi kelompok. Diskusi kemudian dianalisa menggunakan teori pembentukan-pembongkaran (Hall, 1980) yang menunjukkan bahwa sebagian besar pendengar wanita cenderung melihat sosok perempuan sebagai pihak yang tertindas dan menyangkal kepekaan posfeminsme dalam lagu tersebut karena lagu itu sendiri mengandung suatu ambivalensi. Meskipun demikian, mereka tetap tidak mengesampingkan pesan utama dari lagu yang mengedepankan agen, pilihan, dan kesenangan perempuan."
2016
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja Universitas Indonesia Library
Zunizar Erza Firmansyah
"Penelitian ini membahas mengenai tanda dan makna yang terdapat dalam sembilan video klip lagu hip-hop duo SXTN. Tanda-tanda yang terdapat dalam video klip direpresentasikan melalui unsur-unsur aktivitas, seksualitas, dan juga visualisasi warna merah muda. Dari analisis unsur-unsur tersebut, diketahui bahwa ia mengandung ideologi feminis (post-feminist). Selain itu, untuk menunjang analisisnya, penulisan ini juga menggunakan teori semiotik dan metode semiologis. Melalui penelitian ini dapat disimpulkan bahwa unsur-unsur yang terdapat dalam sembilan video klip lagu SXTN dalam aspek aktivitas (mengonsumsi cannabis, berpesta), seksualitas (gestur, atribut pakaian), dan visualisasi warna merah muda (pencahayaan dalam video klip, atribut) mencerminkan identitas diri personel grup SXTN, yang dipandang dalam konteks ideologi post-feminisme.
This paper discusses about the signs and meanings that was contained within nine Video clips of Hip-Hop duo SXTN. The signs were represented through the elements of activities, sexuality, and also visualization of colour pink. Through the analysis of those elements, it is noticeable that the video clips contain the ideology of feminism (Post-Feminism). In order to support the analysis, this paper uses semiotic theory and semiology. From this research paper, we can conclude that the elements within the nine music video clips of SXTN, from the aspects of activities (cannabis consumption, partying), sexuality (gesture, attributes), and visualization of colour pink (lighting, attributes) shows the identities of rappers from Hip-hop duo SXTN, that was seen from the ideology of Post-Feminism."
2018
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja Universitas Indonesia Library