Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rafael Setiawan
Abstrak :
Limbah elektronik merupakan salah satu jenis limbah yang terus mengalami pertumbuhan jumlah setiap tahunnya. Hal ini merupakan dampak dari perkembangan teknologi peralatan elektronik yang semakin cepat dan serta tingkat affordability-nya yang semakin tinggi. Menumpuknya limbah elektronik sendiri akhirnya menjadi masalah sehingga semakin banyak pihak yang mencanangkan daur ulang limbah elektronik. Proses ini juga menjadi suatu peluang yang menarik karena tingginya kandungan logam berharga pada limbah elektronik terutama pada bagian printed circuit board (PCB), bahkan lebih tinggi dari bijih mineral sebagai sumber daya primer. Proses daur ulang limbah elektronik kebanyakan masih dilakukan oleh pihak nonformal dengan teknologi yang seadanya. Proses daur ulang yang seadanya ini justru berbahaya bagi kesehatan manusia akibat paparan langsung dengan zat-zat beracun seperti logam berat dan hasil pembakaran polimer. Penggunaan metode pengolahan logam konvensional seperti pirometalurgi, hidrometalurgi, dan elektrometalurgipun masih memiliki banyak kekurangan dan berbahaya bagi lingkungan. Penelitian ini ditujukan untuk melihat feasibility dari suatu jenis pelarut alternatif yang ramah lingkungan dan tidak beracun yaitu deep eutectic solvent. Pelarut ini bersifat non-aqueous dan lebih dahulu dikenal dengan nama ionic liquid dan dipelajari dalam cabang ilmu ionometalurgi. Studi kelayakan pada penelitian ini melakukan perbandingan dari sudut pandang tekno-ekonomi bahan baku dan pelarut hidrometalurgi lain seperti asam sulfat, ammonium tiosulfat, dan tiourea, serta berbagai penelitian sebelumnya yang kebanyakan dilakukan dengan emas. Hasil perbandingan menunjukkan bahwa feasibility paling tinggi untuk pengolahan logam berharga ialah melalui proses ionometalurgi dan dari limbah elektronik kategori 3 berdasarkan pembagian dari The European WEEE Directives. ......Electronic waste (e-waste) is one type of waste that continues to grow in number each year. This is the impact of the rapid development of electronic equipment technology and its increasingly high level of affordability. The accumulation of electronic waste itself eventually becomes a problem so that more and more parties are starting the recycling of e-waste. This process also becomes an interesting opportunity in connection with the high content of precious metals in electronic waste, especially in the printed circuit board (PCB) part, even higher than mineral ores as primary resources. The process of recycling electronic waste is mostly done by non-formal parties with modest technology. This modest recycling process is actually dangerous to human health due to direct exposure to toxic substances such as heavy metals and the combustion product of polymers. The use of conventional metal processing methods such as pyometallurgy, hydrometallurgy, and electrometallurgy still have many shortcomings and are harmful to the environment. This study aims to see the feasibility of an alternative type of solvent that is environmentally friendly and non-toxic, namely deep eutectic solvent. This solvent is non-aqueous and was first known as ionic liquid and was studied in the branch of ionometallurgy. The feasibility study in this study made a comparison from a techno-economic point of view of raw materials and other hydrometallurgical solvents such as sulfuric acid, ammonium thiosulfate, and thiourea, as well as various previous studies which were mostly carried out with gold. The comparison results show that the highest feasibility for processing precious metals is through the ionometallurgical process and from category 3 electronic waste based on the distribution from The European WEEE Directives.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Napitupulu, Gracia Christie
Abstrak :
[ABSTRAK Bagi investor, obligasi pemerintah merupakan aset yang cenderung berisiko rendah, namun krisis hutang yang belum lama terjadi di Eropa membuktikan bahwa risiko tersebut sangat mungkin terjadi. Oleh karena itu, investor perlu mengetahui aset yang dijadikan sebagai hedge dan safe haven ketika terjadi penurunan pada perekonomian, khususnya pada pasar obligasi pemerintah Indonesia. Penelitian ini hendak menganalisis kemampuan logam mulia dan logam dasar sebagai instrumen hedging dan safe haven untuk pasar obligasi pemerintah, selama periode 2004-2013. Dengan menggunakan GARCH, penelitian ini menganalisis dua periode krisis, yaitu krisis keuangan dan krisis hutang Eropa, diperoleh bahwa logam mulia lainnya, khususnya perak mampu memberikan perlindungan bagi investor pada penurunan secara mendadak dalam perekonomian dibandingkan emas. Untuk logam dasar, tembaga, aluminium, dan nickel menunjukkan kemampuan yang lebih kuat sebagai safe haven dibandingkan logam mulia. Ditemukan bahwa memegang logam secara individu memberikan perlindungan yang lebih kuat dibandingkan dengan memegang portofolio logam. Terakhir, dengan menganalisis performa logam 20 hari setelah terjadi syok negatif pada harga obligasi, ditemukan bahwa perak merupakan logam yang memiliki performa terbaik.
ABSTRACT , Government bond is known to be low risk, but the recent debt crisis has proven that the risk is likely to happen. Therefore, investors have the necessary to know which asset could provide the protection from sudden decrease in the economy, specifically within the Indonesian government bond market. By analyzing 10 different metals during 2004-2013 this research aims to find potential hedging instruments and safe haven assets for the Indonesian government bond market. Using GARCH, this research analyzes two crisis periods, the financial crisis and European debt crisis, it was found that other precious metals, specifically silver, provide greater compensation for the bond market losses than gold. While industrial metals such as copper, aluminum, and nickel tend to outperform precious metals as hedge and safe haven at certain times. Also, holding the metals individually will offer a greater protection than in the form of portfolio and within analyzing the performance 20 days after an immediate negative bond price shock, it was shown that silver is the best performing metal within the period. ]
2015
S57809
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library