Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Galila Ilma
Abstrak :
ABSTRAK
Industri elektronika Indonesia saat ini mengalami peningkatan, hal ini terlihat dari beralihnya aktivitas perusahaan yang pada awalnya hanya sekedar merakit berubah menjadi pabrikasi komponen elektronik. Disamping itu meningkatnya jumlah investor yang menanamkan modalnya dibidang elektronika.

Untuk mencapai tujuan jangka panjang perusahaan diperlukan penyusunan Grand Strategy yaitu rencana yang berorientasi ke masa yang akan datang, yang mempunyai cakupan yang luas dan berinteraksi dengan Iingkungan yang bersaing.

Implementasi strategi terdiri atas serangkaian sub kegiatan yang bersifat adminis tratif. Agar dapat mencapai kegiatan secara efektif diperlukan penyusunan struktur organisasi yang tepat melalui sistem informasi dan koordinasi dan aktivitas sub divisi. Kemudian diperlukan suatu proses yang meliputi pengukuran kinerja, kompensasi, dan pengembangan manajemen yang semuanya diarahkan terhadap perilaku yang sesuai dengan tujuan organisasi. Untuk pencapaian strategi tersebut diperlukan peranan Leader ship.

Semakin besar suatu perusahaan, semakin diperlukan adanya pendelegasian wewenang kepada unit-unit organisasi dibawahnya. Dengan adanya pendelegasian terse but unit organisasi akan lebih beradaptasi terhadap lingkungan sehingga lebih fleksibel di dalam pengamblan keputusan.

Walaupun penjualan perusahaan secara keseluruhan menunjukkan adanya kenaikan 54% pada tahun 1991 dan 1 % pada tahun 1992, letapi keadaan ìni masìh belum menunjukkan keberhasilan perusahaan jika tidak dìhubungkan dengan keadaan industri saat ini. Sebagai contoh untuk produk tetevisi penjualannya naik tetapi market sharenya menurun.

Untuk menghadapi tingkat persaingan ini strategi yang diterapkan perusahaan adalah perluasan pasar, dan dengan meningkatkan kualitas yang lebih baik. Hal ini dicerminkan dengan peningkatan masa garansi dari 1 tahun menjadi 3 tahun. Untuk implementasi strategi ini PT National Gobel menyusun struktur organisasi berbentuk fungsional yang meliputi Finance, General Affair Quality Assurance, Research & Development dan Manufacture. Struktur yang disusun seperti ini sudah sesuai dengan strategi perusahaan, karena disini sudah menggambarkan adanya fungsi yang selalu melakukan riset dan pengembangan model-model produk baru untuk memenuhi permin taan pasar. Disamping itu Fungsi Manufacturing atau Divisi Manufacturing membawahi beberapa sub divisi menurut jenis produk dan diberi kebebasan dalam mengelola sumber dayanya. Di masing-masing sub divisi ada bagian Production Planning and Control dan Quality Control, yang masing-masiflg berperan dalam menangani material dan menjamin tingkat kualitas.

Dari beberapa jenis produk yang dihasilkan ada perbedaan dalam melakukan penjualan. Untuk produk komponen 67% dipakai oleh sub divisi yang lain sedang sisanya dijual keluar secara langsung dimana manajer Sub Divisi Komponen diberi kewenangan penuh dalam menentukan harga dan pasarnya. Sedang penjualan produk yang lain mela lui distributor, dan manajernya tidak mempunyai wewenang periuh dalam menentukan harganya.

OIeh karena manajer Sub Divisi Televisi tidak mempunyai wewenang dan tang gung jawab penuh dalam menentukan pasar sehingga tidak tepat jika diperlakukan seba gai Profil Center, tetapi hanya dapat disebut sebagai Cost Center. Dan manajernya dinilai atas effisiensi biaya yang dapat dikendalikan. Mengingat biaya material merupakan Unsur yang terbesar dan biaya keseluruhan yaitu 82%, maka unsur biaya ini harus meniadi perhatian utama bagi manajer Sub Divisi Televisi.

Manajer Sub Divisi Komponen mempunyai kebebasan dalam menentukan pasar eksternalnya, tetapi tidak mempunyai kebebasan dalam menentukan pasar internal. Disamping itu mempunyai kebebasan dalam melakukan pembelian baik untuk menentu kan suplier maupun menentukan harga beli, kecuali untuk pembelian material yang merupakan kebutuhan bersama (common material). OIeh karena pembelian material yang dikelola sub divisi Purchasing hanya sebesar 5% dari total biaya material, sehingga tidak mengurangi penilaian sub divisi ini sebagai Profil Center, Komponen yang dijual secara internal sebesar 67%, sedang yang dijual secara eksternal 33%. Oleh karena sub divisi Komponen dinilai atas prolit yang dapat dikendalikan (Controllable Contribution), maka perlu ditentukan transfer price yang sesuai dengan tujuan sub divisi Komponen dan perusahaan secara keseluruhan.

Penyusunan anggaran dilakukan ditiap-tiap subdivisi yang melibatkan semua bagian, dan informasi dasar penyusunan anggaran diterima dan manajer diatasnya. Oleh karena ada partisipasi dalam penyusunan anggaran, maka masing-masing manajer dapat diminta laporan pertanggungjawabannya. Kelemahan penyusunan anggaran dan laporan pertanggung jawaban yang ada diperusahaan saat ini adalah tidak memisahkan antara biaya yang dapat dikendalikan dan yang tidak dapat dikendalikan. Dengan adanya kea daan ini akan menimbulkan kesalahan dalam penilaian manajernya, dan kesulitan dalam menentukan siapa yang harus berlanggLmg jawab atas penyitnpangan yang terjadi. iii Kelemahan yang Lain adalak tidak inenggunakan Fleksible Budgel, sehingga penyirnpan gan yang terjadi tidak dapat diketahui apakah disebabkan penyimpangan volume atau effisiensi.

Pemberian bonus yang didasarkan atas pencapaian target perusahaan secara kese luruhan kurang memotivasi manajer masing-masing sub divisi. Agar pemberian bonus lebih memberi motivasi, dan mencerminkan suatu keadilan maka pemberian bonus dida sarkan atas pencapaian target sub divisi. Jika sub divisi sebagai Profit cerner, berdasar kan pencapaian target conuvilable contribution, dan sub divisi sebagai cost corner berdasarkan tingkat pencapaian effisiensi biaya yang dapat dikendalikan.

Adanya perubahan cara penilaian manajer, dan perubahan cara pemberiari bonus maka akan mempengaruhi perilaku manajer sehingga menjadi ebìh effisien àaan mengelola sumberdayaflYa yang pada akhirnya akan mendukung strategi.
1993
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
R. Herjuno Chondro Laksono
Abstrak :
Perusahaan jasa keuangan dihadapkan pada perkembangan layanan finansial berbasis teknologi. Perusahaan perbankan saat ini perlu membuat aplikasi perbankan berbasis teknologi yang membutuhkan infrastruktur cloud untuk mendukung kehandalan dan kecepatan time to market bisnisnya. Teknologi cloud computing yang sering digunakan adalah public cloud atau private cloud. Saat ini belum ada regulasi khusus yang membahas terkait penggunaan public cloud, sehingga banyak perusahaan jasa keuangan yang membangun Virtual Private Cloud (VPC) nya sendiri. Bank ABC yang telah membangun VPC nya pada tahun 2018 dihadapkan pada masalah inefisiensi produk tersebut. Penelitian ini memberikan rekomendasi strategi pengendalian manajemen produk VPC sesuai dengan teori dan konsep yang ada. Rumusan masalah pada penelitian ini adalah (1) bagaimana penetapan pusat pertanggung jawaban group IT Infrastruktur untuk meningkatkan kinerja Bank ABC, (2) Bagaimana perhitungan biaya dari VPC Bank ABC dan (3) Bagaimana rancangan sistem untuk mendukung implementasi transfer pricing Produk VPC yang optimal. Penelitian ini menganalisa produk VPC di Bank ABC secara kualitatif dengan data primer yang didapatkan melalui proses interview. Hasil dari penelitian ini menjelaskan mengenai penetapan departemen IT sebagai pusat laba semu yang dapat meningkatkan kinerja perusahaan, memberi gambaran metode perhitungan biaya untuk VPC menggunakan pendekatan Total Cost of Ownership (TCO) dan rekomendasi rancangan sistem transfer pricing untuk VPC. Keterbatasan penelitian ini hanya menganalisis obyek penelitian perusahaan perbankan, dimana penggunaan public cloud masih belum di izinkan. Sehingga harga transfer di bebankan menggunakan metode cost-based. Penelitian ini juga tidak membahas desain teknis dari teknologi VPC. Penelitian ini memberikan gambaran terkait sistem pengendalian manajemen untuk Departemen pengelola VPC di perusahaan perbakan Indonesia. ......Financial services companies are faced with the rapid development of technology-based financial services. Today's banking companies need to create technology-based banking applications that require cloud infrastructure to support the reliability and speed of their business time to market. Cloud computing technology that is often used is public cloud or private cloud. Currently, there are no specific regulations that discuss the use of public clouds, and many financial service companies decide to build their own Virtual Private Cloud (VPC). Bank ABC, which built its VPC in 2018, was faced with the inefficiency of the product. This study provide recommendations for VPC product management control strategies in accordance with existing theories and concepts. The research problems of this study are (1) how to determine the IT Infrastructure group responsibility center to improve the performance of Bank ABC, (2) How to calculate Bank ABC’s VPC cost and (3) How to design a system to support the implementation of transfer pricing for VPC products. This study analyze the VPC product at Bank ABC qualitatively with primary data obtained through the interview process. The results of this study explain the determination of the IT department as a pseudo profit center that can improve company performance. This paper also demonstrate VPC costing calculation method using Total Cost of Ownership (TCO) approach and recommendations for the design of a transfer pricing system for VPC. The limitation of this study is only examines banking organization as the research object, where the use of the public cloud is not permitted. Therefore the transfer pricing charge is calculated by cost-based method. This research also does not discuss the technical design system of VPC technology. This study provides an insight of the management control system for a VPC product management department in an Indonesian banking organization.
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library