Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Adilia Luthfi
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2009
T38127
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mudhoffir
Bandung: Remaja Rosdakarya, 1999
371.3 MUD t
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Retno Wulansari
Abstrak :
Program pengajaran intensif diartikan sebagai program bimbingan belajar yang diarahkan pada tujuan khusus dan dilaksanakan selama kurun waktu tertentu. Sebagai salah satu bentuk bimbingan belajar yang memiliki tujuan khusus yaitu tercapainya kesiapan dalam menghadapi ebtanas, program pengajaran intensif lebih menekankan pada pembahasan soal-soal latihan ebtanas dengan menggunakan berbagai jenis soal ebtanas yang pernah diselenggarakan. Ciri khas dari pengajaran intensif yang berbeda dengan bimbingan belajar menjadlkan pihak penyelenggara harus memiliki kiat-kiat khusus membahas penyelesaian soal akan seringkali menimbulkan kejenuhan dalam diri peserta terutama pada pelajaran yang bersifat hafalan. Siswa sendiri sebagai peserta program pengajaran intensif dapat memilih keikutsertaannya baik melalui program yang diadakan oleh sekolahnya, maupun yang diselenggarakan oleh lembaga bimhingan belajar di luar sekolah. Pada dasarnya siswa yang mengikuti program pengajaran intensif baik diluar sekoiah maupun dalam lingkungan sekolah, memiliki alasan yang berbeda-beda dalam proses keikutsertaanya. Hal ini akan mempengaruhi partisipasi aktif siswa terhadap kegiatan tersebut. Dalam diri siswa yang akan menghadapi ebtanas memiliki bentuk orientasi sasaran (goal orienlarion) dan self-ejicacy yang berbeda, sehingga setiap siswa akan memiliki strategi dan cara pandang yang berbeda terhadap program pengajaran intensif terscbut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan orientasi sasaran (goal orientation) dan self-efficacy dengan prestasi belajar pada siswa peserta dan non peserta program pengajaran intensif di sekolah. Penelitian ini khusus melihat program pengajaran lntensif yang diberikan oleh sekolah karena beberapa tahun belakangan ini program tersebut menjadi semacam program tahunan yang khusus diberikan dalam rangka persiapan ebtanas. Siswa yang mejadi subjek penelitian merupakan siswa yang berasal dad SLTP Negeri 73 dan SLTP Negeri 155, karena pada kedua sekolah yang berlokasi di Jakarta Selatan tersebut tidak mewajibkan siswanya untuk ikut dalam program pengajaran intensif di sekolah. Dengan demikian pada kedua sekolah sekaligus ada siswa peserta dan non peserta program pengajaran intensif di sekolah Bentuk orientasi sasaran (goal orientation) seperti yang terdapat dalam penelitian Ames & Archer (1988) memiliki dua bentuk yaitu mastery goal dan pergfonnance goal Kedua bentuk orientasi sasaran (goal orientation) tersebut akan dilihat pada siswa yang memiliki sasaran mastery akan berbeda dengan siswa yang memiliki sasaran performance dalam memandang suatu tugas. Penelitian ini berusaha mengungkap perbedaan bentuk orientasi sasaran (goal orientation) pada siswa peserta dan non peserta program pengajaran intensif dan kaitannya dengan prestasi belajar yang akan ditampilkan mereka Selain bentuk orientasi sasaran (goal orientation) siswa, penelitian ini juga ingin melihat perbedaan self-efficacy dan hubungannya dengan orientasi sasaran (goal orientation) yang dimiliki siswa, serta kaitan keduanya dengan prestasi belajar siswa. Self-efficacy yang digunakan dalam penelitian mengacu pada penelitian Wood & Locke?s (1987) yang melihat self-efficacy pada aspek dalam kinerja akademik kelas yaitu keyakinan terhadap konsentrasi kelas, ingatan, pemahaman, penjelasan, membedakan konsep dan membuat kesimpulan Alat ukur penelitian ini adalah skala orientasi sasaran (goal orientation) yang terdiri dari sembilan aspek definisi sasaran dan skala self-efficacy. Alat ukur telah melalui proses uji coba alat sebelum diberikan pada subjek penelitian di kedua sekolah Dari kedua skala tersebut didapat hasil dari masing.masing bentuk orientasi sasaran (goal orientation) dan self-efficacy yang pada akhimya dihubungkan dengan nilai prestasi belajar siswa dalam bentuk NEM Dari hasil penelitian diperoleh bahwa tidak ada perbedaan antara orientasi sasaran (goal orientation), self-efficacy, dan prestasi belajar antara siswa pescrta dan non peserta program pengajaran intensif di sekolah. Selain itu juga tidak terlihat adanya hubungan antara orientasi sasaran (goal orientation) dan self-efficacy siswa dengan prastasi belajarnya, baik pada siswa peserta maupun non peserta program pengajaran intensif di sekolah. Hasil penelitian juga memperlihatkan adanya hubungan antara mastery goal dengan performance goal dan self-efficacy pada siswa peserta pengajaran intensif di sekolah, namun tidak terlihat hubungan antara mastery goal dan performance goal dengan self-efficacy pada siswa non peserta program pengajaran intensif di sekolah Pada kedua kelompok tidak memperlihatkan adanya peranan orientasi sasaran (goal orientation) dan self-efficacy terhadap prestasi belajar siswa. Pada penelitian lebih lanjut, disarankan agar mengadakan pengontrolan yang ketat terhadap taraf kecerdasan siswa dan faktor sosial ekonomi siswa karena prestasi belajar memiliki keterkaitan dengan kedua hal tersebut. Selain itu disarankan untuk menggunakan disain penelitian pretest-posttest untuk memperoleh gambaran mengenai bentuk dan hubungan orientasi sasaran (goal orientation) dan self-efficacy dengan prestasi belajar pada siswa peserta dan non peserta program pengajaran intensif di sekolah sebelum dan setelah mengikuti program pengajaran intensif Kemudian membandingkan kedua bentuk orientasi sasaran (goal orientation) dan .self-efficacy serta prestasi belajar pada siswa peserta dan non peserta program pengajaran intensif di sekolah
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2001
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Alfikalia
Abstrak :
Matematika merupakan bidang studi yang dipelajari pada semua tingkat pendidikan, mulai dari hal yang sederhana pada saat TK, sampai dengan tingkat perguruan tinggi Matematika penting untuk dipelajari karena banyak aplikasinya pada kehidupan sehari-hari, tidak hanya pada bangku sekolah saja. Matematika sendiri merupakan suatu bidang yang kompleks, meliputi banyak kernampuan serta konsep-konsep yang harus dikuasai. Mempelajari matematika secara formal membutuhkan kemampuan kognitif tertentu. Berdasarkan teori Piaget, anak mampu belajar matematika secara fomal setelah ia mencapai tahap perkembangan konkrit operasional. Mempelajari matematika tidaldah mudah bagi semua orang, khususnya anak-anak. Ank-anak yang rnengalami kesulitan dalam mempelajari matematika biasanya sudah dapat dideteksi sejak kecil, ketika ia baru masuk sekolah dasar. Salah satu bentuk kesulitan yang mereka hadapi adalah kesulitan dalam melakukan operasi penjumlahan dan pengurangan yang merupakan konsep dasar dalam operasi hitung matematika. Kesulitan siswa dalam melakukan operasi hitung ini akan mempengaruhi penguasaalmya terhadap operasi hitrmg lanjutan, yaitu perkalian dan pembagian. Selama ini upaya yang dilakukan guru terhadap siswa yang mengalami ksulitan dalam mempelajari matematika lebih pada pemberian les tambahan, yang materinya sama untuk seluruh siswa. Guru mengamati adanya anak-anak yang memiliki prestasi rendah dalam pelajaran matematika, namun tidak dilakukan penilaian secara mendalam dibagian mana siswa mengalami kesulitan dan apakah kesulitan tersebut dipengaruhi oleh faktor kecerdasan atau tidak. Usaha guru untuk membantu siswa melihat gambaran ini, peneliti bermaksud membuat suatu program pengajaran bagi siswa yang mengalami kesulitan dalam melakukan operasi penjumlahan dan pengurangan, yang memperhitungkan tingkat penguasaan awal siswa, sehingga program yang diberikan tepat sasaran dalam membantu siswa mengatasi kesulitannya. Subyek dalam program ini adalah R, seorang anak laki-laki berusia 7 tahun Ia memiliki taraf kecerdasan diatas rata-rata (above average intelligence). Hasil tes kemampuan matematika menunjukkan bahwa (1) R mampu melakukan penjumlahan dan pengurangan sederhana, (2) R mengalami masalah dalam melakukan penjumlahan dan pengurangan ini yang harus menggunakan sistem menyimpan dan meminjam, (3) R juga masih membutuhkan menghitung dengan tangan, mulai dari penjumlahan angka satuan sampai penjumlahan angka puluhan (4) R Icurang teliti dalam menghitung dengan menggunakan jari, dan (5) R masih melakukan kesalahan dalam penulisan lambang bilangan dan dalam menentukan nilai tempat angka pada suatu bilangan. Ciri-ciri kesulitan belajar yang tampak pada R adalah perhatiannya yang mudah teralih dan masalah dalam menulis. Berdasarkan analisa terhadap hasil tes kemampuan matematikanya, maka program pengajaran diberikan memiliki empat aspek, yaitu: (1) pengulangan kembali terhadap konsep penjumlahan dan pengurangan, (2) pemahaman terhaclap nilai tempat, (3) penjumlahan dengan menyimpan, dan (4) pengurangan dengan meminjam. Dari empat aspek ini dibuat 10 rencana kegiatan dalam program ini, dengan setiap kegiatan memiliki durasi 30 menit. Setiap kegiatan memiliki jumlah pertemuan yang berbeda-beda, antara 1 sampai 2 kali pertemuan. Karena perhatian R mudah teralih, maka peneliti membagi setiap pertemuan menjadi dua sesi, sehingga ada jeda untuk R beristirahat Metode-metode yang digunakan dalam program ini menekankan pada penggunaan obyek-obyek konkrit dan semi konkrit (gambar garis bilangan), Serta pemberian strategi kognitif dalam penguasaan konsep dan operasi penjumlahan dan pengurangan. Penggunaan metode-metocle ini disesuaikan dengan tahapan perkembangan kognitif siswa dan agar R memiliki gambaran mengenai cara-cara yang dapat ia lakukan dalam menghadapi soal-soal operasi penjumlahan dan pengurangan. Dari pembuatan program ini dapat disimpulkan bahwa penting diadakannya suatu identifikasi yang mendalam dan sistematis mengenai kesulitan dalam belajar yang dialami siswa. Setiap siswa yang rnengalami kesulitan dalam melakukan operasi penjumlahan dan pengurangan, memiliki ciri khasnya sendiri dan memerlukan penanganan yang berbeda pula. Untuk penelitian Iebih lanjut, dapat dilihat sejauh mana efektivitas dari program ini dalam membantu R mengatasi kesulitannya karena rancangan ini belum diujicobakan.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pelenkahu, Laura Saskia
Abstrak :
Penyusunan Garis-garis Besar Program Pengajaran Kelompok Bermain (GBPP-KB) Kristen Filadelfia untuk Anak Usia 3-4 Tahun ini dilakukan berawal dari keprihatinan penulis terhadap pendidikan anak usia dini, khususnya anak di bawah usia 4 tahun yang masih belum terjangkau oleh Depdiknas (Suara Pembaruan, 18 Oktober 2002). Padahal perkembangan mental dalam usia-usia awal berjalan dengan cepat dan metode-metode pembelajaran yang sesuai dalam tahun-tahun kelahiran sampai usia 6 tahun biasanya akan menentukan kepribadian anak setelah dewasa. Oleh karena itu, pengadaan pendidikan anak usia dini atau prasekolah merupakan hal yang penting.
Saat ini, mulai tampak perhatian Depdiknas pada pendidikan anak usia dini yang terlihat dengan adanya Kurikulum Berbasis Kompetensi Pendidikan Anak Usia Dini yang mencakup anak usia lahir sampai 6 tahun. Walaupun demikian, penulis sependapat dengan Kepala Dinas Pendidikan Di Yogyakarta Suhadi (dalam Pikiran Rakyat Cyber Media, 2 September 2003) bahwa pendidikan anak usia dini perlu mendapat perhatian serius dan merupakan persoalan bersama Oleh karena itu, penulis bersama dengan Yayasan Filadelfia bermaksud untuk mendirikan Kelompok Bermain (KB) Kristen Filadelfia untuk anak usia 3-4 tahun.
Untuk dapat memberikan pendidikan yang dapat dipertanggungjawabkan, maka setiap sekolah perlu mempunyai sebuah rencana pendidikan yang sistematis, yang disebut kurikulum. Penyusunan kurikulum harus disesuaikan dengan tahap perkembangan anak dan visi dari KB Kristen Filadelfia. Visi dari KB Kristen Piladelfia adalah menjadi KB Kristen yang dapat membantu pertumbuhan dan perkembangan kepribadian dan potensi anak secara optimal, serta memiliki karakter sesuai dengan karakter Allah. Sesuai dengan fungsi pendidikan anak sejak lahir sampai 3 tahun (dalam KBK, 2002) untuk mengembangkan semua keterampilan dan kemampuan yang dimiliki anak sesuai dengan tahap perkembangannya, penulis sependapat dengan Armstrong (2002) yang mengemukakan bahwa teori multiple intelligence memberikan sebuah cara untuk melihat gambaran lengkap potensi seorang anak sehingga berbagai kemampuan mereka yang terabaikan pun akan dihargai dan dikembangkan.
Penyusunan kurikulum sendiri terdiri dan 3 tahap pengembangan (Idi, 1999). Agar kurikulum KB Kristen Filadeliia dapat langsung diterapkan, kurikulum tersebut perlu disusun dalam bentuk Gaaris-garis Besar Program Pengajaran Kelompok Bermain (GBPP-KB) Kristen Fiiadelfia. Oleh karena itu, permasalahan yang akan dijawab dalam penelitian ini adalah bagaimanakah bentuk GBPP Kelompok Bermain Kristen Filadelfia berdasarkan lman Kristiani dan sesuai dengan tugas perkembangan anak usia 3-4 tahun. Untuk membuat GBPP-KB Kristen Filadelfia, penulis menggunakan landasan teori mengenai pendidikan pra sekolah, yang terdiri dari tujuan pendidikan prasekolah, perkembangan anak usia prasekolah dan pendekatan pembelajaran pendidikan prasekolah berdasarkan perkembangan anak usia prasekolah. Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya, penulis juga menggunakan teori multiple intelligence yang mencakup delapan jenis kecerdasan, yaitu kecerdasan linguistik, logis-matematis, spasial, kinestetik jasmani, musikal, antarpribadi, intrapribadi, dan naturalis, serta mengkaitkannya dengan pengajaran pada anak prasekolah. Dengan menggunakan desain instruksional dari Kemp, penulis menyusun GBPP-KB yang terdiri dari 8 aspek.
Berdasarkan GBPP-KB Kristen Filadelfia yang telah disusun, dapat disimpulkan bahwa GBPP-KB ini mempakan seperangkat kegiatan belajar yang terdiri dari TIU, pokok bahasan dan sub pokok bahasan, mata ajaran dan tujuan mata ajaran, sasaran belajar, metode mengajar, alat dan sarana, dan sistem evaluasi yang direncanakan untuk dilaksanakan dalam rangka persiapan untuk hidup dan penyesuaian diri siswa dengan lingkungannya. GBPP-KB ini bersifat fleksibel dan dapat langsnng digunakan dalam KB Kristen Filadelfia Namun pada pelaksanaannya, perlu diperhatikan kemampuan guru dan para pendidik ~untuk melaksanakan kurikulum tersebut. Ada baiknya apabila sebelum menjalankan GBPP-KB tersebut guru mengikuti pelatihan untuk memahami dan mendalami GBPP-KB tersebut dan cara mengembangkannya menjadi SKM dan SKH.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library