Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 32 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Manggala Maharddhika
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian prospektif ini bertujuan untuk membandingkan keluaran PCNL dengan posisi prone dibandingkan dengan posisi supine. Sebanyak 57 pasien yang menjalani PCNL dari 1 Januari 2017 hingga 31 Desember 2017 diikutkan dalam penelitian. Kriteria inklusi meliputi pasien dengan batu ginjal > 20 mm dari foto KUB (Kidney-Ureter-Bladder) atau abdominal NCCT (Non Contrast Computed Tomography) yang bersedia operasi PCNL. Kriteria ekslusi berupa pasien berusia < 17 tahun, pasien menolak operasi, pasien sudah pernah menjalani PCNL pada sisi yang sama, pasien dengan gangguan pembekuan darah, kehamilan, dan pasien batu ginjal dengan kelainan ginjal kongenital. Dilakukan randomisasi pasien untuk menjalani PCNL dengan posisi prone atau supine. Sebanyak 29 pasien menjalani PCNL posisi prone dan 28 pasien menjalani PCNL posisi supine. Data karakteristik pasien, lokasi pungsi, jumlah pungsi, penggunaan nefrostomi paska PCNL, lama operasi, ada atau tidaknya batu sisa berukuran ≥ 5 mm, komplikasi total, demam paska operasi, terjadinya sepsis, perdarahan yang memerlukan tranfusi, hematom retroperitoneal, efusi pleura, cidera usus, dan selisih hemoglobin sebelum dan setelah operasi dibandingkan antara kedua kelompok. Tidak didapatkan perbedaan yang bermakna pada jumlah, jenis kelamin, usia, BMI, ukuran batu, hidronefrosis, komorbid pasien pada kedua kelompok. PCNL dengan posisi prone memiliki angka bebas batu 82.8% sedangkan pada posisi supine 92.9%. Perbandingan yang bermakna didapatkan pada perbedaan rerata lama operasi dimana lama operasi PCNL dengan posisi prone 150 menit sedangkan untuk posisi supine 130 menit (p=0.003). Tidak didapatkan perbedaan yang signifikan antara keberhasilan pungsi, komplikasi total, demam paska operasi, sepsis, dan perdarahan yang membutuhkan transfusi. Tidak didapatkan pasien yang mengalami efusi pleura, cidera usus, atau kematian dalam penelitian ini. PCNL posisi supine memiliki efektifitas dan keamanan yang sama dengan PCNL dengan posisi prone. Angka bebas batu PCNL posisi supine lebih tinggi dibandingkan PCNL posisi prone. Lama operasi PCNL posisi supine secara signifikan lebih singkat dibandingkan PCNL posisi prone.
ABSTRACT
This prospective study aimed to compare the outcomes of PCNL between prone and supine position. A total of 57 patients treated with PCNL in the time period of January 1st, 2017 until December 31st, 2017 were included in the study. Inclusion criteria includes patients with kidney stones greater than 20 mm in size measured with KUB, imaging (Kidney-Ureter-Bladder) or abdominal NCCT (Non Contrast Computed Tomography), who were willing to be treated with PCNL. The exclusion criteria were patients younger than 17 years old, patients who refused surgerical procedure, patients with history of PCNL on the same side, patients with bleeding disorders, pregnancy, and kidney stone in patients with congenital kidney disorders. Patients were randomized for prone or supine group of PCNL, in number of 29 and 28 patients respectively. Data on patient characteristics, puncture location, number of puncture, nephrostomy after PCNL, duration of surgery, presence or absence of residual stones measuring ≥ 5 mm in size, total complications, postoperative fever, sepsis, bleeding requiring transfusion, retroperitoneal hematoma, pleural effusion, intestinal injury, and the difference between hemoglobin count before and after surgery were compared between two groups. There were no significant differences observed in terms of number, sex, age, BMI, stone size, hydronephrosis, and comorbidities in patients of both groups. Stone free rate in PCNL with prone position and supine position were 82.8% and 92.9% respectively. Significant differences were observed in mean duration of surgery, with prone position duration time of 150 minutes and supine position duration time of 130 minutes (p = 0.003). There were no significant differences between successful puncture, total complications, postoperative fever, sepsis, and bleeding requiring transfusion. No patients with pleural effusion and intestinal injury were reported, and no death was reported in this study. PCNL with supine position showed similar effectivity and safety with PCNL prone position. Stone free rate was higher in PCNL with supine position and the duration was also significantly shorter in PCNL with supine position than prone position.
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T55598
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Aini Sabichiyyah
Abstrak :
ABSTRAK
Masa nifas adalah saat ibu mengalami perubahan fisiologis dan psikologis dalam enam minggu pertama setelah melahirkan. Salah satu perubahan yang terjadi adalah rahim akan langsung berkontraksi hebat di sekitar pembuluh darah tempat plasenta dilepaskan. Hal ini pada kebanyakan ibu postpartum multipara dapat menyebabkan efek kontraksi uterus yang tidak stabil yang disebut nyeri punggung. Rasa sakit setelah melahirkan menimbulkan masalah ketidaknyamanan menyusui pasca melahirkan. Intervensi yang digunakan untuk mengontrol afterpains adalah posisi tengkurap dan aromaterapi lavender. Intervensi diberikan selama tiga hari berturut-turut, tiga kali sehari yaitu pagi, siang, sore, dan / atau saat timbul rasa bagal selama 10 menit setiap intervensi. Makalah ini bertujuan untuk menganalisis asuhan keperawatan pada ibu postpartum multipara yang mengalami nyeri pasca persalinan dengan menerapkan posisi tengkurap dan pemberian aromaterapi lavender. Karya ilmiah ini menggunakan metode studi kasus pada satu pasien di Puskesmas Ambal. Evaluasi intervensi menunjukkan adanya penurunan skala keledai dari sedang menjadi ringan dengan menggunakan Numeric Rating Scale dan klien merasa lebih nyaman. Batasan penelitian ini adalah intervensi yang diberikan hanya diterapkan pada satu klien.
ABSTRACT
The puerperium is when the mother experiences physiological and psychological changes in the first six weeks after delivery. One of the changes that occurs is that the uterus will immediately contract violently around the blood vessels where the placenta is released. This in most multiparous postpartum mothers can cause an unstable effect of uterine contractions called back pain. Pain after childbirth creates a problem with postpartum breastfeeding discomfort. The interventions used to control afterpains were prone position and lavender aromatherapy. Interventions were given for three consecutive days, three times a day, namely morning, afternoon, evening, and / or when a mule arose for 10 minutes each intervention. This paper aims to analyze nursing care in multiparous postpartum mothers who experience postpartum pain by applying the prone position and administering lavender aromatherapy. This scientific work uses a case study method in one patient at Puskesmas Ambal. The intervention evaluation showed a decrease in the donkey scale from moderate to mild using the Numeric Rating Scale and the client felt more comfortable. The limitation of this research is that the intervention given is only applied to one client.
2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Aini Sabichiyyah
Abstrak :
Periode postpartum merupakan waktu dimana ibu mengalami perubahan fisiologis dan psikologis pada enam minggu pertama setelah melahirkan. Salah satu perubahan yang terjadi adalah uterus akan segera berkontraksi dengan kuat disekitar pembuluh darah tempat pelepasan plasenta. Hal tersebut pada sebagian besar ibu postpartum multipara dapat menimbulkan efek munculnya kontraksi uterus yang tidak stabil yang disebut afterpains. Afterpains menimbulkan masalah keperawatan ketidaknyamanan pasca partum. Intervensi yang digunakan untuk mengontrol afterpains adalah prone position dan pemberian aromaterapi lavender. Intervensi yang diberikan dilakukan selama tiga hari berturut-turut, dilakukan tiga kali sehari yaitu pagi, siang, malam, dan atau ketika rasa mules muncul selama 10 menit setiap intervensi. Karya tulis ini bertujuan untuk menganalisis asuhan keperawatan pada ibu postpartum multipara yang mengalami afterpain dengan penerapan prone position dan pemberian aromaterapi lavender. Karya ilmiah ini menggunakan metode case study pada satu pasien di wilayah puskesmas Ambal. Evaluasi dari intervensi didapatkan adanya penurunan skala mules dari sedang menjadi ringan dengan menggunakan Numeric Rating Scale dan klien merasakan lebih nyaman. Keterbatasan dari penelitian ini adalah intervensi yang diberikan baru diterapkan pada satu orang klien.
The postpartum period is the time when mother experiences physiological and psychological changes in the first six weeks after giving birth. One of the changes that occurs is uterine contractions. Uterine contractions occur when the placenta is born and immediately contract the blood vessels where the placenta is released. Based on study, most postpartum multipara women often experience an unstable uterine contractions or afterpains that lead to discomfort. The application of prone position and lavender aromatherapy become one alternative to overcome this problem. The interventions were given for three days with three times such as in the morning, afternoon, evening, and when the pain appeared for 10 minutes each intervention. This paper aims to analyze nursing care in postpartum multipara women who experience afterpains with post-partum discomfort by the application of prone positions and lavender aromatherapy. This work uses a case study method in one of the patients in the Ambal District Health Center area. The results is the pain decreased from moderate to mild by used numeric rating scale, so that the client feels more comfortable. The limitation of this study is that the intervention given was only applied to one client.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2020
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Aini Sabichiyyah
Abstrak :
ABSTRAK Periode postpartum merupakan waktu dimana ibu mengalami perubahan fisiologis dan psikologis pada enam minggu pertama setelah melahirkan. Salah satu perubahan yang terjadi adalah uterus akan segera berkontraksi dengan kuat disekitar pembuluh darah tempat pelepasan plasenta. Hal tersebut pada sebagian besar ibu postpartum multipara dapat menimbulkan efek munculnya kontraksi uterus yang tidak stabil yang disebut afterpains. Afterpains menimbulkan masalah keperawatan ketidaknyamanan pasca partum. Intervensi yang digunakan untuk mengontrol afterpains adalah prone position dan pemberian aromaterapi lavender. Intervensi yang diberikan dilakukan selama tiga hari berturut-turut, dilakukan tiga kali sehari yaitu pagi, siang, malam, dan atau ketika rasa mules muncul selama 10 menit setiap intervensi. Karya tulis ini bertujuan untuk menganalisis asuhan keperawatan pada ibu postpartum multipara yang mengalami afterpain dengan penerapan prone position dan pemberian aromaterapi lavender. Karya ilmiah ini menggunakan metode case study pada satu pasien di wilayah puskesmas Ambal. Evaluasi dari intervensi didapatkan adanya penurunan skala mules dari sedang menjadi ringan dengan menggunakan Numeric Rating Scale dan klien merasakan lebih nyaman. Keterbatasan dari penelitian ini adalah intervensi yang diberikan baru diterapkan pada satu orang klien.
ABSTRACT The postpartum period is the time when mother experiences physiological and psychological changes in the first six weeks after giving birth. One of the changes that occurs is uterine contractions. Uterine contractions occur when the placenta is born and immediately contract the blood vessels where the placenta is released. Based on study, most postpartum multipara women often experience an unstable uterine contractions or afterpains that lead to discomfort. The application of prone position and lavender aromatherapy become one alternative to overcome this problem. The interventions were given for three days with three times such as in the morning, afternoon, evening, and when the pain appeared for 10 minutes each intervention. This paper aims to analyze nursing care in postpartum multipara women who experience afterpains with post-partum discomfort by the application of prone positions and lavender aromatherapy. This work uses a case study method in one of the patients in the Ambal District Health Center area. The results is the pain decreased from moderate to mild by used numeric rating scale, so that the client feels more comfortable. The limitation of this study is that the intervention given was only applied to one client.
2020
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rio Rahmadi
Abstrak :
Pendahuluan dan tujuan: Percutaneus Nephrolithotomy (PCNL) adalah prosedur invasif minimal yang digunakan untuk mengangkat batu ginjal dengan mengakses sistem pelviokalises secara perkutan. Penelitian ini dirancang untuk membandingkan efikasi dan keamanan posisi terlentang dan tengkurap dalam Percutaneus Nephrolithotomy (PCNL) yang digunakan untuk pengobatan batu ginjal pada pasien Indonesia. Metode: Studi ini adalah uji coba terkontrol acak samar tunggal dari pasien yang menjalani PCNL dari Februari hingga Mei 2018. Terdapat 19 subjek pada kelompok supine dan 19 pada kelompok prone dengan total 38 subjek penelitian. Hasil penelitian yang dibandingkan meliputi waktu operasi, lama rawat inap, angka bebas batu, kehilangan darah, konversi ke operasi terbuka, transfusi darah, dan komplikasi. Hasil ini dievaluasi menggunakan uji T independent dan uji chisquare. Hasil: Tidak ada perbedaan signifikan pada demografi pasien atau lokasi batu antara kedua kelompok. Selain itu, rata-rata waktu operasi, LOS, kehilangan darah, dan transfusi darah tidak berbeda secara statistik. Ada tingkat bebas batu yang lebih tinggi pada kelompok terlentang dibandingkan kelompok rawan (70,0% vs 47,4%, masing-masing, p = 0,151). Subyek lebih banyak ditransfusikan pada kelompok terlentang (30,0%) dibandingkan kelompok rawan (15,8%), tetapi perbedaan ini tidak signifikan secara statistik (p = 0,292). Satu-satunya komplikasi adalah laserasi infundibular, yang terjadi pada 20% subjek pada kelompok terlentang dan 15,8% subjek pada kelompok telungkup (p = 0,732). Kesimpulan: Studi ini menunjukkan bahwa posisi supine dan prone untuk PCNL memiliki hasil efikasi dan keamanan yang serupa. ......Introduction: The percutaneous nephrolithotomy (PCNL) is a minimally invasive procedure used to remove kidney stones by accessing the pelvicalyceal system percutaneously. This study was designed to compare the efficacy and safety of the supine and prone positions in percutaneous nephrolithotomies (PCNLs) used for the treatment of kidney stones in Indonesian patients. Methods: This was a single-blinded randomized controlled trial of those patients undergoing PCNLs from February to May of 2018. There were 19 subjects in the supine group and 19 in the prone group for a total of 38 study subjects. The study outcomes that were compared included the operative time, length of hospital stay (LOS), stone-free rate, blood loss, conversion to open surgery, blood transfusion, and complications. These outcomes were evaluated using the Student's t test and the chi-squared test. Results: There were no significant differences in the patient demographics or stone locations between the two groups. Additionally, the medians of the operative times, LOSs, blood losses, and blood transfusions were not statistically different. There was a higher stone-free rate in the supine group than in the prone group (70.0% vs. 47.4%, respectively, p = 0.151). More subjects were transfused in the supine group (30.0%) than in the prone group (15.8%), but this difference was not statistically significant (p = 0.292). The only complications were infundibular lacerations, which occurred in 20% of the subjects in the supine group and 15.8% of the subjects in the prone group (p = 0.732). Conclusion: This study showed that the supine and prone positions for PCNLs had similar efficacy and safety outcomes.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jonathan Hendrik Kaunang
Abstrak :
Latar Belakang: World Health Organization (WHO) menetapkan status pandemi COVID-19 secara global pada 11 Maret 2020. Covid-19 terutama mempengaruhi sistem pernapasan menyebabkan pneumonia dan dapat secara cepat masuk ke dalam kondisi acute respiratory distress syndrome (ARDS). Kurangnya pengetahuan mengenai Covid-19 dengan ARDS membuat para petugas medis harus terus mencari tatalaksana yang paling tepat, termasuk terapi non farmakologis.,salah satunya adalah posisi prone. Laporan kasus ini akan membahas mengenai efek posisi prone pada pernapasan pasien Covid-19 yang mengalami ARDS berat. Tujuan: Laporan kasus ini ditujukan untuk mengetahui efek klinis dan efek samping terkait posisi prone pada pasien Covid-19 yang mengalami ARDS berat. Metode: Penelitian ini termasuk jenis penelitian deskiptif retrospektif dengan menggunakan data sekunder yang tercatat di rekam medis rawat inap pasien dengan kasus COVID-19 yang dilakukan posisi Prone selama perawatan di ICU RSUPN Cipto Mangunkusumo. Penelitian ini disajikan dengan desain studi laporan kasus. Laporan Kasus : Tiga pasien dirawat di ICU RSUPN Cipto Mangunkusumo di diagnosis Covid-19 dengan ARDS dan memiliki kondisi awal dan komorbid yang bervariasi. Pada ketiga pasien dilakukan posisi prone selama perawatan. Dari ketiga pasien didapatkan peningkatan PaO2, rasio PaO2/FiO2, saturasi oksigen perifer sejak posisi prone dilakukan hingga beberapa saat setelahnya, tetapi juga penurunan hemodinamik. Luaran di akhir perawatan cukup dipengaruhi kondisi awal dan komorbid Simpulan : Posisi prone memiliki efek perbaikan pada system pernapasan tetapi dengan efek samping pada hemodinamik dan luaran sangat dipengaruhi kondisi awal dan komorbid. Sebaiknya dilakukan pada 48 jam awal gejala ARDS dan dihindari pada komorbid kardiovaskular. ......ackground: On March 11th 2020, World Health Organization (WHO) stated that Covid-19 was a global pandemic. This disease mainly affects the respiratory system that will lead to pneumonia, and quickly becoming into acute respiratory distress syndrome (ARDS. The less knowledge of Covid-19 with ARDS encourages medical workers to find the appropriate management, including non pharmacological therapy, one of it is prone position. This serial case report, will review about the effect of prone position for respiratory function in ARDS patients due to COVID-19. Goals: The purpose of this study is to find out the clinical and side effects of prone position on Covid-19 with ARDS patient Method : This study is a retrospective descriptive study that using the medical record of Covid-19 patient whereas prone position have been performed during treatment in RSUPN Cipto Mangunkusumo. This study is presented with design of serial case report. Case Report : Three patients in the ICU of RSUPN Cipto Mangunkusumo with the diagnosis of Covid-19 with ARDS, all have variative condition and comorbids. Prone position have been performed during treatment. From the three patients, there are increase of PaO2, PaO2/FiO2 ratio, peripheral oxygen saturation since prone position was performed and sometime after, but also decreasing in the hemodynamic condition. The outcome at the end of the treatment is influenced by the early condition and comorbid Conclusion : Prone position have good effect on respiratory system, but also also side effect on hemodynamic, and the outcome is influenced by the early condition and comorbid. It is better to be performed at the first 48 hours of the ARDS symptoms and avoided in the patient with cardiovascular comorbid
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Rifai Kurniawan
Abstrak :
Kota Depok memiliki tingkat pertumbuhan dan perkembangan yang cukup pesat. Meningkatnya jumlah penduduk yang sejalan dengan meningkatnya kepadatan penduduk, turut menyebabkan timbulnya wilayah permukiman yang padat. Permukiman padat merupakan salah satu ruang yang paling rawan terhadap bahaya kebakaran. Pembentukan wilayah rawan kebakaran diperlukan sehingga diketahuinya wilayah mana saja yang rawan terhadap bencana kebakaran Kota Depok. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pola wilayah kejadian kebakaran dan pola wilayah rawan kebakaran. Data yang digunakan diantaranya kejadian kebakaran, kepadatan penduduk, respon time, kerapatan jaringan jalan, sumber air, lokasi UPT, dan kepadatan bangunan. Penelitian wilayah rawan kebakaran yang terjadi pada tahun 2018 menggunakan metode overlay, network analisis dan menggunakan analisis spasial serta deskriptif. Hasil penelitian ini menunjukan wilayah kejadian kebakaran tinggi berada di utara Kota Depok, dan disebabkan oleh konsleting listrik. Sedangkan wilayah rawan kebakaran tinggi pada umumnya memiliki karakteristik kepadatan penduduk tinggi, kerapatan jaringan tinggi, kepadatan bangunan tinggi, respon time lambat dan sumber air rendah ......Depok City has a fairly rapid growth and development rate. The increase in population in line with increasing population density also contributes to the emergence of dense residential areas. Dense settlements are one of the spaces most vulnerable to fire hazards. The formation of fire-prone areas is needed so that it knows which areas are prone to the Depok City fire disaster. The purpose of this study was to analyze the patterns of the area of fire and the pattern of areas prone to fire. Data used include fire incidents, population density, response time, road network density, water source, UPT location, and building density. Research on fire-prone areas that occurred in 2018 using the overlay method, network analysis and using spatial and descriptive analysis. The results of this study showed that the area of high fire was in the north of Depok City, and was caused by electrical short circuit. While high fire-prone areas generally have characteristics of high population density, high tissue density, high building density, slow response time and low water sources
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mila Perwita Intansari
Abstrak :
Intervensi posisi prone penting bagi pasien yang mengalami Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS), sehingga perawat ICU yang menangani pasien ini harus memiliki pengetahuan dan motivasi untuk menerapkan posisi prone dengan benar. Desain penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif. Responden berjumlah 101 perawat ICU di Jakarta yang dipilih dengan teknik random sampling menggunakan rumus Lemeshow. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas perawat memiliki pengetahuan yang baik tentang posisi prone (97%) dan motivasi yang baik dalam memberikan posisi prone (86,1%). Sebagian besar dari mereka berusia antara 21 hingga 35 tahun, memiliki pendidikan Vokasi (D3), dan memiliki pengalaman kerja selama 1 hingga 10 tahun. Namun, penelitian juga mengungkapkan adanya kendala dalam memberikan posisi prone, seperti kurangnya tenaga perawat dan beberapa prosedur yang tidak berjalan secara maksimal. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi data dasar gambaran perawat ICU dalam upaya memberikan pelayanan keperawatan yang efektif dengan memberikan posisi prone kepada pasien ARDS di unit ICU. ...... Prone positioning intervention is important for patients suffering from Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS), ICU nurses should have the knowledge and motivation to apply prone positioning correctly. The research design used was a descriptive method. Respondents totaled 101 ICU nurses in Jakarta who were selected by random sampling technique using the Lemeshow formula. The results showed that the majority of nurses had good knowledge about prone position (97%) and good motivation in providing prone position (86.1%). Most of them were between 21 to 35 years old, had a vocational education (D3), and had work experience for 1 to 10 years. However, the study also revealed obstacles in providing the prone position, such as nursing shortage and some procedures that did not run optimally. The results of this study are expected to serve as basic data for ICU nurses in an effort to provide effective nursing services by giving prone positions to ARDS patients in the ICU unit.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pratomo Cahyo Nugroho
Abstrak :
ABSTRAK
Permasalahan bencana banjir tidak hanya dipengaruhui oleh fenomena alam yang ekstrim saja, tetapi juga dipengaruhi oleh kondisi kerusakan lingkungan, fenomena sosial mayarakat serta kebijakan pemerintah dalam upaya mengurangi risiko banjir. Strategi upaya mengurangi risiko banjir dapat dilakukan secara tepat dengan melakukan penilaian risiko banjir meliputi penilaian bahaya, kerentanan dan kapasitas. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan model penilaian bahaya banjir berdasarkan data kejadian bencana banjir di DAS Kemuning Sampang Madura. Metode penilaian bahaya banjir terdiri dari 2 (dua) antara lain metode indeks topographi modifikasi dan metode kombinasi Geomorphic Flood Index(GFI) dan metode Height Above the Nearest Drainage (HAND). Indeks bahaya banjir dibagi menjadi 3 kelas yaitu rendah (indeks bahaya < 0,333), sedang (indeks bahaya: 0.333 - 0.666), tinggi (indeks bahaya > 0,666). Hasil Indeks Bahaya Banjir model indeks topographi modifikasi diperoleh luas bahaya banjir sebesar 6459 hektar (24%) indeks bahaya tinggi, 8329 hektar (31%) indeks bahaya sedang, dan 11882 hektar (45%) indeks bahaya rendah. Sedangkan hasil Indeks Bahaya Banjir model kombinasi GFI dan HAND luas bahayanya sebesar 1402 hektar (44%) indeks bahaya tinggi, 1271 hektar (40%) indeks bahaya sedang, 504 hektar (16%) indeks bahaya rendah. Model penilaian bahaya banjir metode kombinasi GFI dan HAND disimpulkan memiliki hasil yang sebagian besar mewakili kejadian sebenarnya di Kabupaten Sampang serta mampu mengakomodir model penilaian bahaya banjir sesuai ketentuan pada Perka BNPB No. 2 Tahun 2012 yaitu menggunakan parameter potensi ketinggian genangan, sehingga direkomendasikan sebagai model penilaian bahaya banjir tingkat Kab/Kota berdasarkan data kejadian (histori) banjir.
ABSTRACT
The problem of floods event is not only affected by extreme natural phenomena, but also influenced by conditions of environmental damage, social phenomena and government policies in efforts to reduce floods risk.The strategy to reduce flood risk can be done appropriately with conducting flood risk assessments including hazard assessment, vulnerability and capacity. This study aims to develop a flood hazard assessment model based on historical data on flood event in Kemuning watershed, Sampang-Madura. The flood hazard assessment method consists of 2, including the modified topographic index (MTI) method and the combination of the geomorphic flood index (GFI) method and the height above the nearest drainage (HAND) method. The disaster hazard level is divided into 3 classes, namely low (hazard index <0.333), medium (hazard index: 0.333 - 0.666), high (hazard index> 0.666). The result is a flood hazard index using modified topographic index models that with details of 1182 hectare (24%) high level, 8329 hectare (31 %) medium level, 11882 hectare (45%) low level. While the result is a flood hazard index using GFI and HAND Combination models that with details of 1402 hectare (44%) high level, 1271 hectare (40 %) medium level, 504 hectare (16 %) low level.The flood hazard assessment model of the GFI and HAND combination method is concluded to have results that largely represent the actual events in Sampang Regency and are able to accommodate the flood hazard assessment model according to the provisions of Perka BNPB No. 2 of 2012, namely using parameters of potential inundation height, so it is recommended as a flood hazard assessment model at the district /city level based on the event data (history) of floods.
2019
T51902
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arie Kusumaningrum
Abstrak :
Masalah pernafasan merupakan salah satu penyebab kematian pada bayi. Ventilasi mekanik adalah tindakan yang sering dibutuhkan pada perawatan bayi baru lahir yang mengalami suatu penyakit dan masalah pernafasan termasuk pada bayi prematur. Tindakan non invasif juga dilakukan untuk meningkatkan efektifitas ventilasi dan perfusi. Salah satu tindakan non invasif yang menyokong terapi oksigen adalah pengaturan posisi. Studi literatur tentang posisi pada bayi yang mengalami masalah pernafasan menunjukkan bahwa terdapat keuntungan Posisi Pronasi (PP) dibandingkan dengan Posisi Supinasi (PS). Penelitian dilakukan untuk mengetahui pengaruh pemberian posisi pronasi terhadap status oksigenasi bayi yang menggunakan ventilasi mekanik di ruang NICU RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pre Eksperimental. Rancangan yang dilakukan adalah jenis one group pretest-postest. Jumlah sampel sebanyak 18 bayi dengan karakteristik umur rata-rata 44,78±25,06, laki-laki 61%; perempuan 39%; berat lahir 2008,33±977,84; mode ventilator dibatasi pada presure support, synchronized intermitten mandatory ventilation dan asist control,dan lama ventilator 36,67 ±19,57. Pengukuran dilakukan dengan melihat saturasi oksigen dengan Pulse Oximetry, frekwensi nafas dan fraksi oksigen yang diinspirasi sebelum dilakukan PP, pengukuran dilakukan lagi setelah PP selama 30 menit, 1 jam dan 2 jam. Terdapat perbedaan bermakna saturasi oksigen dengan pulse oximetry (SpO2) pada bayi yang menggunakan ventilasi mekanik sebelum dan sesudah pemberian posisi pronasi (P=0,001, α=0,05), dan frekwensi nafas (P=0,027, α=0,05). Kesimpulan lain didapatkan adanya hubungan yang bermakna antara penyakit jantung dengan FiO2 bayi. Implikasi keperawatan yang direkomendasikan bahwa perlu ditingkatkan penerapan PP pada bayi dalam kondisi stabil dan dalam proses weaning. Implikasi penelitian diharapkan adanya penelitian dengan jumlah sampel yang besar dan dengan desain quasi eksperiment atau true eksperiment dengan pengontrolan terhadap variabel perancu yang lebih ketat. Analisa dan pembuktian untuk mengetahui waktu PP yang tepat juga diperlukan.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2009
T-26567
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>