Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 42 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Umar Mansur
Abstrak :
ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian penentuan aktivitas protease dan lipase dalam sediaan tablet dari 8 merek dagang. Penentuan aktivitas protease dilakukan secara spektrofotometri dengan menggunakan substrat kasein dan diukur, pada panjang gelombang 275 nm. Aktivitas lipase ditentukan secara turbidimetri dengan menggunakan minyak kelapa sebagai substrat dan diukur dengan alat spektrofotometer pada panjang gelombang 340 nm. Dari keseluruhan tablet yang diuji, aktivitas protease tidak mengalami penurunan, sedangkan aktivitas lipase menunjukan penurunan pada 4 merek tablet dibandingkan dengan yang tercantum di etiket.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1992
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Endang Rahmawati
Abstrak :

Enzim protease sangat potensial untuk digunakan di berbagai bidang industri. Salah satu bakteri yang dapat menghasilkan enzim protease yang potensial adalah Bacillus halodurans CM1. Bacillus halodurans CM1 merupakan bakteri alkalotermofilik yang dimiliki oleh BPPT dan terdeteksi dapat menghasilkan enzim protease alkalotermofilik. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan subkloning gen protease dan konjugasi ke Bacillus halodurans CM1 dan Bacillus subtilis DB104 sebagai kontrol, serta menganalisis ekspresi produk gen yang dihasilkan. Gen protease berhasil diamplifikasi sebagai insert sebesar 1.417 pb dan berhasil tersisipi ke dalam vektor pBBRE194 yang berukuran 8.402 pb, dengan menghasilkan plasmid rekombinan sebesar 9.819 pb. Hasil konjugasi ke Bacillus subtilis DB104 diperoleh 1 klona positif yang terverifikasi plasmidnya dan menghasilkan zona bening. Sementara itu, konjugasi ke Bacillus halodurans CM1 diperoleh beberapa klona yang resisten terhadap antibiotik tetrasiklin dan menghasilkan zona bening, tetapi belum didapatkan klona positif yang berhasil diekstraksi plasmidnya. Enzim protease rekombinan yang dihasilkan oleh Bacillus subtilis DB104 rekombinan memiliki aktivitas lebih tinggi dibandingkan dengan Bacillus subtilis DB104. Hasil karakterisasi enzim protease rekombinan pada rentang suhu 300C—600 dan pH 5—9 menunjukkan aktivitas tertinggi pada suhu 500C dan pH 9 yaitu sebesar 13,66 U/mL, sehingga termasuk dalam protease alkalotermofilik.


Protease is a potential enzyme that applied in various industry fields. One of the bacteria that can produce a potential protease enzyme is Bacillus halodurans CM1. Bacillus halodurans CM1 is an alkalotermophilic bacteria that is collected by BPPT and is detected can produce alkalotermophilic protease enzyme. This study aim to subclone the protease gene and conjugation to Bacillus halodurans CM1 and Bacillus subtilis DB104 as control, and analyze the expression of product gene produced. The protease gene was successfully amplified as an insert of 1.417 bp and was successfully inserted into the pBBRE194 vector of 8.402 bp, by producing a recombinant plasmid of 9,819 bp. Conjugation to Bacillus subtilis DB104 obtained 1 positive clone verified by the plasmid and produced a clear zone. Conjugation to Bacillus halodurans CM1 obtained some clones that were resistant to tetracycline antibiotic and produced clear zone, but no positive clones with the plasmid were successfully extracted. The recombinant protease enzyme produced by Bacillus subtilis DB104 recombinant has higher activity compared to Bacillus subtilis DB104. The results of the recombinant protease enzyme characterization in the temperature range of 300C—600C and pH 5—9 show the highest activity at 500C and pH 9 which is 13.66 U/mL, so it included to the alkalotermophilic protease group.

2019
T51854
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mike Permata Sari
Abstrak :
Oyong Luffa acutangula L (Roxb)) merupakan buah dari salah satu kelas Cucurbitaceae yang dikonsumsi sebagai sayuran dan telah dimanfaatkan sebagai bahan dasar kosmetik karena memiliki aktivitas keratolitik. Berdasarkan  fakta tersebut, diduga terdapat kandungan protease pada buah oyong untuk dimurnikan dan dieksplorasi karakterisasinya. Untuk membuktikan terdapat kandungan protease pada buah oyong, dilakukan isolasi protease dengan cara fraksinasi menggunakan ammonium sulfat dan pemurnian menggunakan kromatografi pertukaran ion selulosa DEAE dan kromatografi filtrasi gel menggunakan sephadex G-100 dan G-75. Protease yang berhasil dimurnikan memiliki aktivitas spesifik yaitu 81,922 U/mg dengan berat molekul sebesar 34 kDa. Aktivitas protease buah oyong dapat diaktifkan secara optimal pada suhu 37°C, pH 7, dan dalam waktu 10 menit dan dapat dihambat oleh pemberian inhibitor PMSF dan senyawa oksidator H2O2. Hal ini yang menyatakan bahwa protease buah oyong ialah golongan protease serin dan memiliki gugus thiol di dalam struktur proteinnya. Kemampuan protease buah oyong dalam mencerna protein makanan dibuktikan melalui penurunan berat sampel seperti daging sapi dan putih telur rebus. Penurunan berat sampel juga dibandingkan dengan peningkatan pelepasan konsentrasi asam amino tirosin. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa protease yang berhasil dimurnikan dari buah oyong ialah protease serin yang berpotensi digunakan sebagai terapi pengganti enzim pencernaan. ......Courgette (Luffa acutangula L (Roxb)) is a one of Cucurbitaceae's fruit which is often consumed as a vegetable and has been used as a cosmetic ingredient because it has keratolytic activity. Based on these facts, it is thought that there are proteases in the courgette fruit to be purified and explored. To prove the protease content in courgette fruit, protease was isolated by fractionation using ammonium sulfate and purification using DEAE cellulose ion-exchange chromatography and gel filtration chromatography using Sephadex G-100 and G-75. The purified protease has a specific activity of 81,922 U/mg with a molecular weight of 34 kDa. The courgette protease activity can be activated optimally at 37°C, pH 7, and within 10 minutes and can be inhibited by PMSF and H2O2 as oxidizing agents. It is indicated that the courgette protease is a serine protease and has a thiol group in its protein structure. The protease ability of courgette protease in digesting food protein is proven by weight-reduced such as beef and boiled egg white. The weight-reduced was also compared with an increasing tyrosine release in the supernatant medium. From this study, it can be concluded that the protease that was successfully purified from courgette fruit is a serine protease that has the potential to be used as replacement therapy for digestive enzymes.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T59182
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pratama Wicaksana
Abstrak :
LATAR BELAKANG: Terapi ARV telah mengubah infeksi HIV dari penyakit yang mematikan menjadi penyakit kronik yang dapat dikendalikan. Salah satu efek samping terapi ARV adalah dislipidemia yang dapat meningkatkan risiko kardiovaskular. Studi tentang dislipidemia pada anak terinfeksi HIV di negara berkembang belum banyak dilakukan. TUJUAN: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui prevalens dislipidemia pada anak terinfeksi HIV dalam terapi ARV serta faktor risiko terkait. METODE: Studi potong lintang dilakukan di poliklinik anak RSCM dari bulan Januari hingga Juli 2019. Pemeriksaan profil lipid dikerjakan pada subyek yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Data yang dikumpulkan adalah status gizi, stadium klinis saat awal diagnosis, status imunosupresi terakhir, nilai VL terakhir, paduan ARV terakhir, dan kombinasi ARV terakhir dari rekam medis. HASIL: Dari 96 subyek yang ikut alam penelitian ini, 52 (54,2%) mengalami dislipidemia. Prevalens dislipidemia pada kelompok terapi ARV lini 2 adalah 80%, sementara pada kelompok lini 1 adalah 39%. Terdapat hubungan yang bermakna antara penggunaan paduan ARV lini 2 dengan peningkatan risiko, yaitu sebesar 6,3 kali (p<0,01 IK95% [2,4-17,1]) untuk terjadi dislipidemia dibandingkan dengan paduan lini 1.KESIMPULAN: Prevalens dislipidemia pada anak terinfeksi HIV yang mendapatkan terapi ARV cukup tinggi dengan faktor risiko yaitu penggunaan paduan ARV lini 2. ......INTRODUCTION: Antiretroviral therapy has changed the status of HIV infection from a high-mortality disease into a chronic disease. One of the consequences of long-term use of ARV is dyslipidemia that may progress into cardiovascular disease in the future. OBJECTIVE: The aim of the study was to seek the prevalence of dyslipidemia among HIV-infected children receiving ARV and related risk factors. METHODS: A cross-sectional study was conducted at pediatric outpatient clinic, RSCM, from January to July 2019. Lipid profile was examined on eligible subjects and data regarding nutritional status, clinical stadium at diagnosis, latest immuno supression status, latest VL value and latest ARV combination used were obtained from medical record. RESULTS: Of 96 subjects included, 52 (54,2%) subjects experienced dyslipidemia. Prevalence of dyslipidemia among second line and first line users were 80% and 39%,respectively. The use of second-line ARV medications was associated with 6,3 times (p=0,0 CI95%[2,4-17,1]) increase of risk for dyslipidemia compared to the use of first-line therapy. CONCLUSION: Prevalence of dyslipidemia among HIV-positive children on ARV is high with second-line ARV therapy being a risk facto.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T58940
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cut Yasmin
Abstrak :
Latar Belakang : Proses pematangan sperma terjadi karena adanya interaksi antara sel sperma dan protein yang disekresikan oleh sel epitel yang melapisi saluran epididimis, sehingga menyebabkan perubahan morfologi dan biokimia pada membran spermatozoa. Sekresi protein pada saluran epididimis ditentukan oleh gen-gen yang diekspresikan secara spesifik di region tertentu misalnya pada region initial segmen, caput, corpus atau cauda sehingga pada masing-masing segmen terbentuk lingkungan spesifik (microenvironment) yang diperlukan untuk proses pematangan sperma. Gen yang menyandi protein yang terlibat dalam proses pematangan sperma diekspresikan secara spesifik pada epididimis dan ekspresinya diregulasi oleh androgen. Salah satu gen yang diduga berperan dalam proses pematangan sperma adalah gen Serpina1f. Berdasarkan urutan asam amino, Serpina1f dianggap sebagai anggota baru dari keluarga serpin dengan fungsi putatif sebagai serin protease inhibitor. Karakterisasi Serpina1f pada organ reproduksi pria khususnya epididimis dapat memberikan petunjuk mengenai perannya dalam proses pematangan sperma. Tujuan : Mengkarakterisasi gen Serpina1f di epididimis mencit. Desain : Penelitian ini menggunakan analisis bioinformatika dan eksperimental Metode : Struktur gen, batas ekson-intron dan domain fungsional serta deteksi signal peptide pada Serpina1f dilakukan analisis bioinformatika. Untuk menganalisis ekspresi SERPINA1F tingkat protein dilakukan western imunoblotting, sedangkan untuk mengetahui lokasi protein SERPINA1F dilakukan imunohistokimia dan imunositokimia. Hasil : SERPINA1F merupakan anggota family SERPIN. Berdasarkan analisis Signal peptide, SERPINA1F merupakan protein sekretori. Hasil imunohistokimia pada jaringan epididimis mencit menunjukkan adanya reaksi antibodi dengan terwarnainya nukleus dan sitoplasma pada sel epitel initial segment dan caput. Sedangkan pada corpus dan cauda SERPINA1F terdeteksi hanya pada sitoplasma. Hasil analisis western imunoblotting dan imunositokimia pada protein sperma menunjukkan adanya asosiasi SERPINA1F dengan spermatozoa dan terdapat di seluruh bagian spermatozoa. Kesimpulan : SERPINA1F memiliki signal peptide pada asam amino 1 - 27 dan termasuk protein sekretori. Berdasarkan urutan asam aminonya, SERPINA1F yang termasuk famili SERPIN. Protein SERPINA1F diekspresikan di sel epitel initial segment, caput, corpus dan cauda. SERPINA1F berasosiasi dengan spermatozoa dan terdapat pada seluruh bagian spermatozoa.
Background: Sperm maturation occur due to the interaction between the sperm cell and the proteins secreted by the epithelial cells lining the epididymis duct, causing morphological and biochemical changes in the sperm membrane. The secretion of proteins in epididymis duct is determined by genes that are expressed specifically in certain regions, for example in the region of the initial segment, caput, corpus or cauda that each segment forms microenvironment that is required for sperm maturation process. Genes that encode proteins involved in the process of sperm maturation in the epididymis specifically expressed and its expression is regulated by androgens. One of the genes thought to play a role in sperm maturation process is Serpina1f. Based on the amino acid sequence, Serpina1f considered as a new member of the serpin family with putative functions as a serine protease inhibitor. Characterization Serpina1f on male reproductive organs, especially the epididymis may provide a clue as to its role in sperm maturation process. Objective: To characterize Serpina1f in the epididymis of mice. Design: This study used a bioinformatics analysis and experimental. Methods: Bioinformatics analysis were used to know gene structure, exon-intron boundaries and functional domains as well as the detection of signal peptide on Serpina1f. To analyze protein expression levels SERPINA1F performed western immunoblotting, whereas for the location of the protein immunohistochemistry and immunocytochemistry SERPINA1F done. Results: SERPINA1F a member of the serpin family. Based on the analysis of signal peptide, a protein secretory SERPINA1F. The results of immunohistochemistry on epididymis tissue of mice showed an antibody reaction with colored nucleus and cytoplasm in epithelial cells of the initial segment and caput. While SERPINA1F detected only in the cytoplasm corpus and cauda. The results of western imunoblotting analysis and immunocytochemistry showed SERPINA1F associated with spermatozoa and found in all parts of the spermatozoa. Conclusion: SERPINA1F has a signal peptide at amino acids 1-27 and include secretory proteins. Based on their amino acid sequence, which includes SERPINA1F serpin family. The protein is expressed in epithelial cells SERPINA1F initial segment, caput, corpus and cauda. SERPINA1F associated with spermatozoa and found on all parts.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farida Nurfitriyana
Abstrak :
Human Immunodeficiency Virus tipe 1 (HIV-1) merupakan retrovirus penyebab penyakit mematikan AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome). Virusnya yang cepat bermutasi menyebabkan belum adanya obat yang dapat menyembuhkan penyakit ini secara total. Salah satu target enzim yang dapat diinhibisi untuk menghambat replikasi virus ini adalah protease HIV-1. Inhibisi pada enzim ini menyebabkan hambatan pemotongan protein pada tahap pematangan virus. Beberapa senyawa xanton dari tanaman Garcinia mangostana Linn. yakni α-, β-, dan -mangostin menunjukkan aktivitas inhibisi pada enzim ini. Strukturnya yang berupa nonpeptida memungkinan adanya mekanisme berbeda dari inhibitor lain. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengamati model pengikatan dari analog mangostin tersebut. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penambatan molekuler secara in silico. Hasil menunjukkan bahwa terdapat dua model pengikatan dengan afinitas yang lebih tinggi pada sisi aktif kantung hidrofobik (ΔG AutoDock 4 = (-9,64)-(-9.89) kkal/mol; ΔG AutoDock Vina = (-8,7)-(-9,4) kkal/mol) dan pada sisi permukaan luar yang masih menunjukkan afinitas ikatan yang baik (ΔG AutoDock 4 = (-5,85)-(-6,06) kkal/mol; ΔG AutoDock Vina = (- 5,3)-(-5,9) kkal/mol).
Human Immunodeficiency Virus type 1 (HIV-1) is a retroviral virus that cause deadly disease, AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome). The virus that mutates so fast cause no drugs available to cure this disease totally yet. One of enzyme target that can be inhibited to block the replication of this virus is HIV-1 protease. Inhibition to this enzyme cause the blocking of protein cleavage in virus maturation process. Several xanthones compound from Garcinia mangostana Linn., α-, β-, dan -mangostin, has shown inhibition activity to this enzyme. The structure, which is non-peptide based, gives possibility to different mechanism than other inhibitor. This research?s aim is to search the binding modes of mangostin analogues. The method used in this research is in silico molecular docking. The result shows that there are two binding modes with higher affinity in hydrophobic pocket active site (ΔG AutoDock 4 = (-9,64)-(-9.89) kcal/mol; ΔG AutoDock Vina = (-8,7)-(-9,4) kcal/mol) and molecular surface site which still shows good affinity (ΔG AutoDock 4 = (-5,85)-(-6,06) kcal/mol; ΔG AutoDock Vina = (-5,3)-(-5,9) kcal/mol).
Depok: Universitas Indonesia, 2010
S33111
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Wibowo Mangunwardoyo
Abstrak :
Penelitian tentang enzim protease dart kapang Rhizopus oligosporus UICC 116 dart koleksi biakan UICC telah dilakukan. Tepung kelede pada konsentrasi 0; 0,5; 1,0; 1,5; 2,0; 2,5 dan 3,0 % ditambahkan pada medium Karrow modifikasi. Fermentasi dilakukan dalam skala batch, pada suhu 35°C, pengocokan 110 rpm, pH awal 6,0, selama 20 jam. Aktivitas enzim diuji berdasarkan Pourrat dkk. (1988) dan Nishikawa {1988). Unit aktivitas enzim dinyatakan dengan sejumlah enzim yang mampu menaikkan 1 skala absorbansi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tepung kedele menginduksi terbentuknya enzim protease, semakin banyak tepung kedele ditambahkan semakin meningkat produksi enzim.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1994
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Vallery Athalia Priyanka
Abstrak :
Efisiensi transformasi plasmid rekombinanyang rendah ke dalam bakteri wild-type disebabkan oleh mekanisme pertahanan dari sel bakteri. Enzim restriksi dalam sel bakteri target dapat mendegradasi plasmid rekombinan. Transformasi plasmid pBBRE194 rekombinan yang mengandung gen protease dari Bacillus halodurans CM1 (pBBRE194 prot-CM1) telah dilakukan, tetapi efisiensi transformasi rendah dan klona rekombinan yang didapatkan tidak menunjukkan sifat yang stabil. Penelitian ini bertujuan untuk memetilasi plasmid pBBRE194 prot-CM1 dan transformasi plasmid pBBRE194 prot-CM1 termetilasi secara konjugasi ke B. halodurans CM1, kemudian menganalisis aktivitas enzim protease yang dihasilkan B. halodurans CM1 pembawa plasmid pBBRE194 prot-CM1. Aktivitas spesifik (U/mg) protease yang dihasilkan oleh B. halodurans CM1 rekombinan dianalisis dengan cara mengukur unit aktivitas (U/mL) dengan metode Amano dan kadar protein (mg/mL) dengan metode Bradford. Plasmid pBBRE194 prot-CM1 dalam E. coli TOP10 berhasil dimetilasi oleh gen methylase pada plasmid pPAMC125 yang diinduksi oleh 0,02% L-arabinosa. Konjugasi plasmid pBBRE194 prot-CM1 termetilasi ke B. halodurans CM1 berhasil dilakukan dan terpilih 1 klona B. halodurans CM1 rekombinan yang telah terverifikasi. Verifikasi dilakukan berdasarkan kemampuan klona dalam mendegradasi protein pada media selektif yang mengandung skim milk dan tetracycline. Verifikasi berdasarkan polymerase chain reaction dengan mendeteksi sekuens gen resistan tetracycline pada klona juga dilakukan. Proses PCR koloni pada B. halodurans CM1 rekombinan menunjukkan terbentuknya pita DNA ukuran 1024 bp yaitu ukuran gen resistan tetracycline pada plasmid pBBRE194 prot-CM1. Hasil analisis menunjukkan bahwa aktivitas spesifik B. halodurans CM1 rekombinan (660,700 U/mg) lebih rendah dibandingkan dengan kontrol negatif, yaitu B. halodurans CM1 wild-type (1054,928 U/mg). Analisis aktivitas protease dilakukan pada suhu 50 oC dan pH 12. ......Transformation rate into wild-type bacteria is commonly low because of the cell defense mechanism of the bacteria. Restriction modification (RM) in bacteria cells can prevent the introduction of recombinant plasmid into target bacteria. Previously, the transformation of recombinant shuttle vector pBBRE194 containing protease gene (pBBRE194 prot-CM1) into wild-type Bacillus halodurans CM1 has been conducted. However, the transformation rate seemed low, and the stable recombinant clones could not be obtained. Therefore, in vivo methylation of this plasmid in E. coli has to be done before genetic transformation into the wild-type bacterium, to obtain stable recombinant B. halodurans CM1. In this study, a plasmid with artificial modification (pPAMC125) harboring genes encoding for the modification enzymes (methylases) from another strain, B. halodurans C-125, and pBBRE194 prot-CM1 plasmid were transformed by conjugation into B. halodurans CM1. Specific activity (U/mg) of protease produced by recombinant B. halodurans CM1 was analyzed by measuring activity units (U/mL) by the Amano method and protein quantity (mg/mL) by the Bradford method. The pBBRE194 prot-CM1 might be methylated by methylases that was induced by 0.02% L-arabinose. Conjugation of the methylated pBBRE194 prot-CM1 to B. halodurans CM1 was successfully carried out and recombinant B. halodurans CM1 was verified. The verification of a recombinant clone is based on its ability to degrade proteins on selective media containing skim milk and tetracycline. Also beside, verification based on polymerase chain reaction was also carried out by detecting tetracycline resistance gene sequences. The PCR result in recombinant clone amplified the 1024 bp DNA, which the size of the tetracycline resistance gene in pBBRE194 prot-CM1 plasmid. The analysis of protease activity showed that the specific activity of the recombinant clone (660.700 U/mg) was lower than the negative control, which B. halodurans CM1 wild-type (1054.928 U/mg). The analysis was carried out at 50oC and pH 12.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diki Prawisuda
Abstrak :
ABSTRAK
Terapi Highly Active Antiretroviral Therapy HAART untuk AIDS akibat infeksi HIV dilakukan dengan kombinasi obat-obat yang menghambat salah satu tahap dari siklus reproduksi virus HIV. Sumber alternatif baru protease inhibitor sebagai komponen terapi AIDS dibutuhkan untuk menyediakan stok obat dan mengatasi apabila terdapat resistensi terhadap protease inhibitor yang lama. Kayu Ules Helicteres isora diketahui pada penelitian in vitro dan in silico sebelumnya memiliki kandidat senyawa yang berpotensi digunakan sebagai sumber protease inhbitor alami, namun penelitian aktivitas protease inhibitor ekstrak metanol Helicteres isora secara in vitro dengan protease assay belum dilakukan. Penelitian ini dilakukan untuk melihat potensi Kayu Ules sebagai protease inhibitor dengan menggunakan kultur sel HT-29 yang diinfeksi virus HIV-1 untuk propagasi virus dan protease assay untuk melihat pengaruh Kayu Ules sebagai protease inhibitor. Analisis imunofluoresen dan RT-PCR mengindikasikan virus HIV-1 yang diproduksi oleh sel HT-29 setelah transfeksi. Enzim tripsin dan sel HT-29 diketahui dapat digunakan sebagai, masing-masing, enzim standar Protease assay dan sel inang virus HIV-1 NL4-3. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak metanol buah Kayu Ules Helicteres isora L. memiliki aktivitas protease inhibitor protease HIV-1 yang optimal pada konsentrasi 15,625 ?g/mL.
ABSTRACT
Highly Active Antiretroviral Therapy HAART for AIDS disease caused by HIV are performed with drug cocktail that inhibit virus replication cycle. Alternative source of protease inhibitor are needed to decrease viral resistancy to the current protease inhibitor. Kayu Ules Helicteres isora , from previous in vitro and in silico studies, known for its potency as a natural source of protease inhibitor, however methanolic extract protease inhibitor activity in vitro study using protease assay has not yet conducted. This research is aimed to study the potential of Kayu Ules as protease inhibitor. We used HT 29 cell lines for HIV 1 NL4 3 propagation and protease assay to know the effect of Helicteres isora as protease inhibitor. Immunofluorescence microscopy and RT PCR results showed the presence of HIV in HT 29 cell culture after transfection. This study demonstrate reliable utility of HT 29 and trypsin for HIV 1 NL4 3 virus generation cell host and for standard protease assay enzyme, respectively. From this experiment, fruit of Kayu Ules methanolic extract are showed to have HIV 1 protease inhibitor activity with its optimum concentration at 15,625 g mL.
2017,
S69902
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adelia Nova Prahasary
Abstrak :
Latar Belakang. Pengobatan antiretroviral (ARV) di Indonesia, meliputi dua lini. Lini kedua terdiri dari kombinasi dua NRTI (Nucleoside Reverse Trancriptase Inhibitor) dan satu PI (protease inhibitor). Protease inhibitor adalah salah satu ARV yang diketahui dapat menyebabkan lipodistrofi, yang seringkali berkembang mengalami resistensi insulin, dan berhubungan dengan peningkatan risiko kardiovaskular. Peningkatan FFA (free fatty acids) dan TNF-α akibat lipolisis sel lemak pada lipodistrofi, beberapa sitokin yang dilepaskan oleh jaringan lemak (adipokin), seperti leptin dan adiponektin dipikirkan memiliki peran terhadap resistensi insulin. Leptin dan adiponektin memiliki kaitan erat dengan metabolisme glukosa dan sensitivitas insulin. Tujuan. Mengetahui korelasi leptin, adiponektin dan rasio leptin-adiponektin dengan HOMA-IR pada pasien HIV/AIDS dalam terapi anti retroviral berbasis inhibitor protease. Metode. Studi potong lintang dengan populasi terjangkau adalah pasien HIV/AIDS dewasa yang mendapatkan terapi ARV lini ke dua di RSUPN Cipto Mangunkusumo pada September– Desember 2018. Analisis data digunakan untuk mendapat koefisien korelasi leptin, adiponektin dan rasio leptin-adiponektin dengan HOMA-IR Hasil. Sebanyak 111 subjek penelitian dengan subjek laki – laki sebanyak 91 orang (81%). Median usia subjek penelitian 39 tahun. Median lingkar perut 83,1 cm dan IMT 22,91 ± 3,91 kg/m2. Sebanyak 60,4% dari subjek penelitian mengalami hipertrigliseridemia, dan 85% memiliki kadar HDL yang rendah. Pada penelitian didapatkan median HOMA IR 2,91, median adiponektin 11,4 μg/mL, median leptin 9,9 ng/mL, dan median rasio leptin adiponektin 0,74. Pada penelitian ini didapatkan koefisien korelasi antara leptin dengan HOMA-IR 0.434 dengan p <0,001, adiponektin dengan HOMA IR -0,214 dengan p <0,05 dan rasio leptin-adiponektin dengan HOMA-IR, didapatkan nilai r 0,417 dengan p <0,001. Kesimpulan. Terdapat korelasi positif bermakna antara leptin dan rasio leptin-adiponektin dengan HOMA- IR, sedangkan untuk adiponektin dengan HOMA-IR didapatkan korelasi negatif bermakna. ......Background. Antiretroviral (ARV) treatment in Indonesia includes two lines. The second line consists of a combination of two NRTIs (Nucleoside Reverse Trancriptase Inhibitors) and one PI (protease inhibitor). Protease inhibitors are ARV drugs known to cause lipodystrophy. Patients who are on HAART (highly active antiretroviral therapy), and have lipodystrophy, often develop insulin resistance which is associated with increased risk for cardiovascular disease. Increasing of FFA (free fatty acids) and TNF-α (tumor necrosis factor-alpha) in result of lipodystrophy, also several cytokines (adipokines) released by adipose tissue, such as leptin and adiponectin, also known as adipocytokines or adipokines, may play a role to insulin reistance. Leptin and adiponectin are linked to glucose metabolism and insulin sensitivity. Objective. Knowing the correlation of leptin, adiponectin and leptin-adiponectin ratio with HOMA-IR in HIV/AIDS patient on protease inhibitor based anti retroviral therapy. Methods. Cross sectional study with an affordable population of HIV/ AIDS patient on protease inhibitor- based ARV therapy in Cipto Mangunkusumo Hospital from September – December 2018. Data Analysis was used to obtain the coefficient of correlation of leptin, adiponectin and leptin- adiponectin ratio with HOMA-IR. Results. There were 111 subjects with 91% males. Median’s age of study subject 39 years. Median of abdominal circumference 83,1 cm and median of body mass index 22,91 ± 3,91 kg/m2. Hypertriglyceridemia was found in 60,4% from subjects and 85% had low HDL level. Median of HOMA IR 2,91, Median of adiponectin 11,4 μg/mL, median of leptin 9,9 ng/mL, median of leptin adiponectin ratio 0,74. Coefficient of correlation between leptin and HOMA-IR was 0,434 with p value <0,001, adiponectin and HOMA-IR -0,214 with p value <0.05 and leptin- adiponectin ratio 0,417 with p value <0,001 Conclusion. A significant positive correlation between leptin and leptin-adiponectin ratio with HOMA-IR was obtain, also a significant negative correlation was obtained between adiponectin and HOMA-IR.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5   >>