Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ani Fatonah
"Sefalosporin C merupakan bahan baku utama antibiotik Sefalosporin yang dihasilkan oleh kapang Acremonium chrysogenum melalui proses fermentasi. Salah satu elemen penting pada proses fermentasi adalah sumber nitrogen yang mempengaruhi jumlah Sefalosporin C yang akan dihasilkan. Ketergantungan Indonesia terhadap bahan  baku impor menjadi salah satu kendala pengembangan industri di sektor farmasi. Hal ini juga yang membuat eksplorasi potensi sumber bahan baku lokal produksi menjadi salah satu fokus penelitian mengenai produksi sefalosporin saat ini. Dengan mengoptimalkan potensi Indonesia sebagai negara maritim diharapkan dapat menurunkan ketergantungan bahan baku impor dengan meningkatkan produksi Sefalosporin C. Pada penelitian ini dilakukan pemanfaatan ikan rucah untuk dijadikan hidrolisat protein ikan yang mengandung kadar protein yang cukup tinggi yang memiliki potensi sebagai alternatif sumber nitrogen pada proses fermentasi antibiotik. Sebelum dijadikan hidrolisat ikan rucah dijadikan tepung terlebih dahulu. Hidrolisat didapatkan melalui proses hidrolisis secara enzimatis menggunakan protease yang terdapat pada ekstrak bonggol nanas yang di optimasi. Kondisi optimum hidrolisis yang didapatkan adalah pada konsentrasi ekstrak bonggol nanas sebesar 5,71%,  pH 6,21 dan waktu hidrolisis selama 5,16 jam. Hasil optimasi hidrolisis pada hidrolisat dari tepung ikan rucah menghasilkan kadar protein sebesar 3,37 %. Hidrolisat protein yang didapat kemudian digunakan sebagai suplemen pada proses fermentasi sefalosporin C. Kondisi optimum yang didapatkan kemudian diaplikasikan pada 3 jenis tepung ikan lainnya yang didapatkan secara komersil untuk selanjutnya mengetahui jenis tepung ikan mana yang paling baik untuk meningkatkan produktivitas Sefalosporin. Hidrolisat dari ke 4 jenis tepung ikan yang didapatkan selanjutnya digunakan pada media fermentasi Sefalosporin C. Penambahan hidrolisate protein ikan rucah pada media fermentasi sefalosporin C ini terbukti meningkatkan produktifitas sefalosporin C secara signifikan yaitu hingga 46% lebih banyak dibandingkan media tanpa penambahan hidrolisat.

Cephalosporin C is the primary raw material for cephalosporin antibiotics produced by the mold of Acremonium chrysogenum through a fermentation process. One of the essential element in the fermentation process is the source of nitrogen, which affects the amount of Cephalosporin C that will be produced. Indonesias dependence on imported raw materials is one of the obstacles to developing the industry in the pharmaceutical sector. Thus, it also makes exploration of the potential source of local raw material production one of the focuses of research on current cephalosporin production. By optimizing Indonesias potential as a maritime country, it is expected to reduce dependence on imported raw materials by increasing Cephalosporin C production. In this study, utilization of trash fish to be used as fish protein hydrolyzate containing high levels of protein which has the potential as an alternative source of nitrogen in the antibiotic fermentation process. Before being made hydrolyzate, trash fish is made into flour first. Hydrolyzate is obtained through an enzymatic hydrolysis process using a protease found in pineapple hump extract, which was optimized. The optimum hydrolysis conditions obtained were at the pineapple hump extract concentration of 5.71%, pH 6.21, and hydrolysis time for 5.16 hours. The results of hydrolysis optimization on hydrolyzate from trash fish flour produce protein content of 3.37%. The protein hydrolyzate obtained is then used as a supplement in the cephalosporin C fermentation process. The optimum conditions obtained are then applied to 3 other types of fish meal which are obtained commercially to determine further which type of fish meal is the best for increasing the productivity of cephalosporins. The hydrolyzates from the four types of fish meal obtained were then used in the fermentation media of cephalosporin C. The addition of trash fish protein hydrolyzate to cephalosporin C fermentation media was shown to significantly increase the productivity of cephalosporin C, which is up to 46% more than the media without the addition of hydrolyzates."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
T53617
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sella Lametta
"ABSTRAK
Keberadaan masalah limbah perikanan menunjukkan belum maksimalnya inovasi pengolahan perikanan di Indonesia. Limbah tersebut dapat dimanfaatkan dengan cara restrukturisasi ulang dengan penambahan enzim transglutaminase sebagai agen pengikat silang. Penelitian ini fokus terhadap perubahan karakteristik daging ikan yang telah ditambahkan enzim jenis microbial transglutaminase MTG akibat pembentukan ikatan ?- ?-glutamil lisin isopeptida pada jaringan sumber protein. Variasi kondisi pengolahan tersebut meliputi durasi inkubasi 2 hari dan 7 hari dan komposisi enzim dan daging ikan yang diolah 0,0 ; 0,5 ; 1,0 . Jenis daging ikan yang digunakan adalah ikan kembung Scomber kanangurta dan ikan gabus Channa striata . Berdasarkan hasil penelitian, kinerja MTG pada daging ikan yang telah diproses menghasilkan ikatan silang yang lebih intens seiring penambahan enzim MTG atau peningkatan durasi inkubasi. Pembuktian tersebut didukung oleh peningkatan nilai paramater kekerasan, kohesivitas, dan elastisitas dari profil tekstur, terdeteksinya perubahan pada protein otot miosin, serta peningkatan nilai gelombang C-N dan peningkatan intensitas gelombang C=O. Nilai efektivitas tertinggi pada sampel diperoleh dengan variasi durasi inkubasi selama 7 hari dan penambahan sebanyak 1,0 enzim microbial transglutaminase dengan nilai sebesar 129,78 pada parameter kekerasan untuk sampel ikan kembung dan 81,54 pada parameter kohesivitas untuk sampel ikan gabus.

ABSTRACT
The existence of fishery waste problem shows that the innovation of fishery processing not yet maximized in Indonesia. The waste can be utilized by restructuring with transglutaminase enzyme addition as a crosslinking agent. This research will focus on the change of fish meat characteristics that was added with the additional enzyme of microbial transglutaminase MTG as the forming result of glutamyl lysine isopeptide bonds in tissue as a protein source. Variations of treatment conditions include incubation duration 2 days and 7 days and the composition of enzyme and processed fish meat 0.0 , 0.5 , 1.0 . Two kinds of fish meat used are mackerel Scomber kanangurta and snakehead fish Channa striata . The results of this study showed the performance of MTG on processed fish meat shows a strong performance of crosslinking as the addition of MTG enzyme. This is confirmed by an increase of texture profile parameters hardness cohesiveness, and elasticity , the detection of myosin changes, also wave number increment of C N and an increase of intensity of C O. The highest effectivity value in the sample was obtained by variation of incubation duration for 7 days and the addition of 1.0 microbial Transglutaminase enzyme with a value of 129.78 on hardness parameter for mackerel 39 s sample and 81.54 on cohesiveness parameter of snakehead fish rsquo s sample."
2017
S67862
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indria Puti Mustika
"Fermentasi Penicillium chrysogenum membutuhkan sumber nitrogen untuk meningkatkan biosintesis penisilin G. Umumnya sumber nitrogen yang digunakan adalah Corn Steep Liquor (CSL) yang diperoleh dari produk samping pengolahan jagung. Ketergantungan pada CSL perlu dikurangi untuk mengantisipasi penurunan produksi jagung akibat pemanasan global. Ikan rucah, ikan berkualitas rendah dan kurang bernilai ekonomis, memiliki protein relatif tinggi. Ikan yang dihidrolisis menggunakan papain merupakan sumber asam amino yang diduga dapat menjadi sumber nitrogen pengganti CSL. Tujuan penelitian ini adalah menggunakan ikan rucah petek dalam bentuk hidrolisat protein ikan (HPI) sebagai sumber nitrogen alternatif pengganti CSL dalam biosintesis penisilin G oleh P. chrysogenum. Ikan tersebut dihidrolisis pada variasi konsentrasi papain kasar dari getah pepaya, suhu, dan lama hidrolisis. Persentase derajat hidrolisis digunakan sebagai parameter reaksi hidrolisis. Kondisi optimum hidrolisis diperoleh secara statistik menggunakan pendekatan one-factor-at-a-time dan response surface methodology. HPI dengan derajat hidrolisis tertinggi dikarakterisasi komposisi asam amino, visualisasi fragmen peptida, dan digunakan sebagai pengganti CSL dalam media fermentasi P. chrysogenum untuk produksi penisilin G. Derajat hidrolisis optimum sekitar 18% diperoleh dari reaksi hidrolisis ikan menggunakan 0,75% papain kasar pada 55,1o C selama 5,74 jam. Komposisi asam amino HPI lebih tinggi dibandingkan dengan CSL. Reaksi hidrolisis telah membentuk fragmen peptida dengan berat molekul lebih rendah. Sebanyak 189 g/L HPI telah meningkatkan produksi penisilin G sekitar 1,8 kali lipat lebih tinggi dibandingkan dengan penggunaan CSL. Berdasarkan hasil yang diperoleh, HPI rucah petek dapat menjadi sumber nitrogen alternatif pengganti CSL untuk produktivitas P. chrysogenum dalam biosintesis penisilin G dan memiliki potensi sebagai sumber protein terbarukan
......Fermentation of P. chrysogenum requires a nitrogen source to enhance the biosynthesis of penicillin G. The nitrogen source used is corn steep liquor (CSL) solution obtained from corn processing byproducts. Dependency on the CSL needs to reduce in anticipation of a decrease in corn production due to global warming. Trash fish, low-quality and less economically valuable fish, have relatively high protein. Fish hydrolyzed using papain is a source of amino acids that will be a nitrogen source to substitute CSL. This research aims to use trash fish in the form of Fish Protein Hydrolyzate (FPH) as an alternative nitrogen source to substitute CSL for penicillin G biosynthesis by P. chrysogenum. The fish was hydrolyzed at varying concentrations of crude papain from papaya latex, temperature, and hydrolysis duration. The percentage degree of hydrolysis was used as the hydrolysis reaction parameter. The optimum hydrolysis conditions were statistically obtained using the one-factor-at-a-time and response surface methodology approach. FPH with the highest degree of hydrolysis was characterized for amino acid composition, visualization of peptide fragments, and used as a substitute for CSL in P. chrysogenum fermentation medium for penicillin G production. The optimum hydrolysis degree of about 18% was obtained from fish hydrolysis reaction using 0.75% crude papain at 55.1o C for 5.74 hours. The amino acid composition of FPH was higher than that of CSL. The hydrolysis reaction has formed peptide fragments with lower molecular weight. A total of 189 g/L FPH has increased the production of penicillin G by about 1.8-fold higher than the use of CSL. Therefore, FPH can be an alternative nitrogen source to CSL for the productivity of P. chrysogenum in penicillin G biosynthesis and has the potential as a renewable protein source."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amelia Nur Adilla
"UU 18/2012 mengintroduksi kedaulatan pangan sebagai salah satu paradigma dalam penyelenggaraan pangan di Indonesia. Perikanan ditentukan oleh UU 18/2012 sebagai salah satu pilar kedaulatan pangan, karena merupakan sumber pangan dengan sumber daya yang melimpah. Di samping itu, ikan merupakan pangan dengan protein tinggi yang diperlukan oleh tubuh. Penelitian ini dilakukan untuk memeriksa apakah kebijakan dan peraturan di bidang perikanan mendukung perikanan sebagai salah satu pilar kedaulatan pangan. Penelitian dilakukan dengan melihat sinkronisasi peraturan dari tataran legislasi sampai petunjuk teknis. Ketentuan hukum di bidang perikanan belum sepenuhnya secara eksplisit mendukung kedaulatan pangan. Selain itu, juga belum seluruhnya memprioritaskan konsumsi ikan serta pemenuhan protein ikan domestik.

Law 18/2012 introduced food sovereignty as a paradigm for food provision in Indonesia and designated fishery as one pillar of food sovereignty due to fish being a both abundant and rich in protein. This study evaluates whether current policies and regulations in the fishery sector support fishery?s role as one pillar of food sovereignty. The study looks at the synchronism of regulations from the legislation to technical guidance level. Legal provisions in the fishery sector have yet to explicitly support food sovereignty or to fully prioritize fish consumption to meet domestic protein demand."
Depok: Universitas Indonesia, 2016
S63651
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Listyarini
"ABSTRAK
Saat ini dunia dituntut untuk mewujudkan pembangunan berkelanjutan, yang dituangkan dalam Sustainable Development Goals (SDGs). SDGs merupakan 17 tujuan yang ditentukan oleh PBB sebagai agenda dunia pembangunan untuk kemaslahatan manusia dan planet bumi dan diharapkan dapat dicapai pada tahun 2030. Tiga tujuan pertama SDGs adalah: pertama (kemiskinan), kedua (kelaparan), dan ketiga (Kehidupan sehat dan sejahtera). Untuk mecapai 3 tujuan SDGs ini dilakukan penelitian pembuatan konsentrat protein ikan (KPI) berbahan baku ikan lele dumbo afkir, dan menambahkan KPI lele dumbo afkir untuk meningkatkan kualitas kerupuk melarat. Hasil penelitian adalah (1) KPI terbaik dibuat dengan ekstraksi menggunakan pelarut isopropil alkohol (IPA) konsentrasi 75%, dengan 4 kali pengulangan, memiliki kadar protein yang paling tinggi 78,71 %, kadar lemak terendah 0,69%, dan nilai organoleptik tertinggi (4,37), dan (2) Kerupuk melarat terbaik adalah kerupuk dengan penambahan KPI 10% dengan kualitas: kadar protein 12,41%, tingkat kemekaran 28,5%, nilai organoleptik tekstur renyah, rasa gurih sangat lemah, warna kerupuk krem keputihan cemerlang. Penambahan KPI yang berasal dari lele dumbo afkir pada kerupuk melarat diharapkan dapat digunakan untuk mencapai tujuan SDGs pertama sampai dengan ketiga, namun diperlukan penelitian lebih lanjut dalam skala produksi dengan fokus analisis pada aspek ekonomi. "
Tangerang: Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Terbuka, 2018
600 JMSTUT 19:2 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library