Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Cambridge, UK: Belknap Press of Harvard University Press, 1999
616.89 HAR
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Kuther, Tara L.
Canada: Thomson, 2006
158 KUT y
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Idaiani
Abstrak :
Deinstitusionalisasi adalah kebijakan di bidang kesehatan jiwa yang dimulai di negara-negara maju sekitar tahun 1950. Kebijakan tersebut telah dilakukan di Indonesia, meskipun informasi tentang keberhasilan dan kegagalan masih terbatas pada pendapat profesional di kalangan psikiatri. Disaat program ini belum sepenuhnya berhasil, Indonesia mengalami perubahan politik yang mengantarkan pada kebijakan desentralisasi. Pada saat yang bersamaan, muncul masalah kekurangan tenaga dokter spesialis psikiater. Tujuan analisis ini adalah untuk melakukan kajian terhadap berbagai masalah yang berkaitan dengan psikiater dan deinstitusionalisasi pada era desentralisasi. Dalam artikel ini disajikan beberapa kondisi yang terjadi di negara lain serta kajian terhadap kebijakan yang ada di Indonesia. Berdasarkan informasi yang dikumpulkan dapat disimpulkan bahwa di Indonesia terjadi kekurangan tenaga psikiater, masalah deinstitusionalisasi terkait erat dengan pembiayaan bidang kesehatan. Perlu kajian lebih mendalam tentang dampak dan model yang sesuai untuk Indonesia melalui penelitian terapan, riset operasional khususnya di bidang kesehatan jiwa masyarakat. Desentralisasi akan berhasil meningkatkan pembangunan kesehatan jiwa apabila ada perkuatan dukungan lintas sektor khususnya legislatif.
Depok: Fakultas Ilmu kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
613 KESMAS 4:5 (2010)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Kania Indriani Rosep Putri
Abstrak :
Pendahuluan: Kekerasan yang dilakukan pasien dengan gangguan kejiwaan merupakan tantangan bagi tenaga kesehatan maupun orang di sekitar pasien. Karena itu, kemampuan dan pengetahuan psikiater memberikan tata laksana tindak kekerasan berperan penting dalam mencegah potensi keberbahayaan. Edukasi manajemen kekerasan pasien dengan gangguan jiwa dapat meningkatkan kepercayaan diri dan sikap tenaga kesehatan serta polisi menghadapi kekerasan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan edukasi dengan tingkat pengetahuan psikiater menangani kekerasan. Metode: Penelitian ini menggunakan desain eksperimental analitik dengan metode pretest-posttest yang diujikan pada sampel pada dua waktu berbeda, yaitu sebelum dan sesudah edukasi. Uji analisis bivariat dilakukan menggunakan SPSS 20. Hasil: Hasil analisis menujukan bahwa ada hubungan bermakna antara edukasi dan peningkatan pengetahuan psikiater(p=0.03). Selain itu, ditemukan juga hubungan bermakna pengetahuan awal dengan beberapa data latar belakang psikiater, yaitu jenjang pendidikan tertinggi(0.039) secara negatif, juga materi kurikulum pendidikan spesialis(0.028) dan penilaian diri menangani kasus kekerasan psikis(p=0.025) secara positif. Kesimpulan: Pemberian edukasi berpengaruh untuk meningkatkan pengetahuan psikiater akan tata laksana kekerasan pasien. Dokter spesialis kejiwaan yang mendapatkan materi penanganan kekerasan dalam kurikulum pendidikannya, percaya diri dalam menangani kekerasan psikis, dan belum mendapatkan jenjang pendidikan lanjutan memiliki pengetahuan awal yang lebih baik sebelum edukasi. ......Introduction: Violence in patients with psychiatric disorders is a challange for health workers and those involved with the patient. Thus, psychiatrists comprehension and skill to provide a proper violence management are crucial in preventing further harm. Education of violence management can improve the confidence and attitudes of both health workers and the police in dealing with violence abroad. This study aims to determine the relationship of education with the comprehension level of Indonesian psychiatrists dealing with violence. Methods: This study used an analytical experimental design with a pretest-posttest method, tested on samples before and after education by violence management workshop. The bivariate analysis test was performed using SPSS 20. Results: Analysis showed a significant effect of education in increasing psychiatrists' comprehension at managing violence (p = 0.03). Some additional findings was observed, namely the association between initial knowledge and samples background. Highest level of education (0.039) impacted pretest negatively, while violence management in specialist education curriculum material (0.028) and self-assessment handling cases of psychological violence (p = 0.025) had a positive impact. Conclusion: Education significantly increase psychiatrists comprehension of patients violence management. Psychiatric specialists who were given more material of handling violence in their educational curriculum, more confident in dealing with psychological violence, and have not received postgraduate degree past psychiatric residency have better initial knowledge prior to education.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mira Fitria
Abstrak :
Pada tahun 1970. Broveman dan rekan-rekan melakukan penelitian terhadap klinikus dan hasilnya menunjukkan bahwa klinikus memiliki standar ganda dalam kriteria kesehatan mental bagi pria dan wanita. Sejak itu di Amerika Serikat telah dilakukan berbagai penelitian terhadap klinikus dalam konteks kesehatan mental dan dalam setting klinis. Di Indonesia sendiri khususnya di Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, penelitian yang dilakukan terhadap klinikus dalam konteks kesehatan mental maupun dalam setting klinis masih sangat langka. Oleh karena itu penelitian ini dilakukan dengan tujuan menambah pengetahuan tentang rnasalah jender dalam konteks kesehatan mental. Penelitian ini berusaha untuk mengetahui apakah ada perbedaan antara kriteria pria. Wanita dan manusia sehat mental pada psikiater. Selain itu akan dilihat juga mengenai perbedaan antara psikiater pria dan wanita serta perbedaan antara psikiater yang menganut ideologi peran jenis kelamin tradisional dan modern. Subyek penelitian adalah psikiater yang masih aktif melalukan praktek dalam bidang klinis di Jakarta. Metode penelitian yang digunakan adalah gabungan antara metode kuesioner dan wawancara. Alat pengumpul data kuantitatif berberntuk kuesioner, yaitu Attitude Toward Women Scale (AWS) dan Bem Sex-Role Inventory (BSRI). Berdasarkan hasil pengolahan data, individu dapat dikelompokkan ke dalam kelompok penganut ideologi peran jenis kelamin tradisional dan modern. Kemudian, dilakukan wawancara terhadap beberapa subyek yang djanggap mewakili kelompok-kelompok yang ada. Hasil yang didapat menunjukkan bahwa dari 60 karakteristik yang terdapat dalam ESRI, ditemukan perbedaan signifikan anlara kriteria pria, wanita dan manusia sehat mental pads 13 karakteristik. Pada 47 karakteristik lainnya tidak ditemukan perbedaan signifikan. Kemudian, perbedaan signifikan antara psikiater pria dan wanita ditemukan hanya pada 1 karakteristik saja untuk kriteria pria sehat mental. Pada karakieristik dan kriteria lainnya tidak ditemukan perbedaan signifikan. Terakhir, ditemukan perbedaan signifikan antara psikiater yang menganut ideologi peran jenis kelamin tradisional dan modern pada 4 karakteristik untuk kriteria wanita sehat mental, dan pada 1 karakteristik untuk masing-masing kriteria pria dan manusia sehat mental. Sementara hasil wawancara menunjukkan bahwa perbedaan pandangan tidak semata-mata disebabkan oleh perbedaan jenis kelamin dan perbedaan ideologi peran jenis kelamin saja. Saran yang dapat diberikan demi perbaikan dan untuk penelitian lanjutan adalah menambah jumlah sampel menjadi lebih besar serta melakukan wawancara terhadap seluruh subyek dan menambah variasi kelompok.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2000
S2967
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Leslie Melisa
Abstrak :
Latar Belakang: Emosi memiliki peran penting dalam kehidupan manusia, yaitu sebagai dorongan untuk beraksi dan bentuk komunikasi. Dalam dunia profesional, emosi penting karena dapat mempengaruhi fungsi kognitif berupa memori, persepsi, judgment, dan pengambilan keputusan. Psikiater sebagai tenaga medis yang paling sering menghadapi kasus-kasus yang memunculkan beragam emosi perlu memiliki kesadaran terhadap emosi dalam diri dan kemampuan regulasi emosi yang baik agar dapat terhindarkan dari bias dan burnout. Instrumen MEQ dapat menilai reaktivitas dan regulasi emosi individu. Penelitian ini bertujuan untuk menilai validitas dan reliabilitas instrumen tersebut pada psikiater di Indonesia. Metode: Penelitian potong lintang ini dilakukan dengan pengumpulan kuesioner secara daring (dalam jaringan) pada psikiater di seluruh Indonesia dari bulan Desember 2022 hingga Januari 2023. Rekrutmen responden menggunakan teknik stratified random sampling (N=227). Sebanyak 2 responden dieksklusi karena tidak aktif praktik saat ini. Penerjemahan instrumen dilakukan oleh dua pasang penerjemah tersumpah dan penerjemah dari bidang psikiatri. Validitas isi dinilai oleh 3 ahli di bidang psikiatri sementara validitas konstruk dinilai menggunakan teknik CFA (confirmatory factor analysis) terhadap model yang telah ditetapkan sebelumnya. Reliabilitas konsistensi internal dinilai menggunakan nilai Cronbach alpha sementara reliabilitas test-retest dinilai menggunakan analisis korelasi Pearson. Hasil: Validitas isi instrumen MEQ versi bahasa Indonesia mendapatkan nilai rerata I-CVI dan rerata S-CVI sebesar 0,99, dan S-CVI/UA sebesar 0,975. Validitas konstruk mendapatkan hanya dua model yang cocok, yaitu skala reaktivitas emosi positif dan skala reaktivitas emosi negatif, dengan nilai CMIN/df berturut-turut 3,120 dan 3,442. Nilai Cronbach alpha untuk konsistensi internal adalah 0,821 (diskret emosi positif) dan 0,850 (diskret emosi negatif). Nilai korelasi Pearson berkisar antara 0,547 (diskret emosi senang) hingga 0,933 (diskret emosi cemas). Simpulan: Instrumen MEQ versi bahasa Indonesia, meskipun reliabel, dinilai belum cukup valid untuk menggambarkan reaktivitas emosi psikiater di Indonesia. Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk meneliti emosi positif dan negatif yang paling sering dirasakan psikiater di Indonesia. ......Background: Emotion holds important roles in human lives, e.g as motivators for action and forms of communication. In professional world, emotions are vital because they could influence memory, perception, judgment, and decision-making processes. Psychiatrists encounter various cases which would elicit a range of emotions in their daily practice. Thus, they need to be aware of their emotions and have a good emotion regulation capacity in order to prevent biases and burnout. The instrument MEQ is able to assess an individual’s emotion reactivity and emotion regulation. This study aims to evaluate the validity and reliability of the instrument in psychiatrists in Indonesia. Method: This cross-sectional study was conducted using online surveys distributed among psychiatrists throughout Indonesia from December 2022 to January 2023. The recruitment of respondents used stratified random sampling technique (N=227). There were 2 inactive respondents and thus were excluded from the analysis. The translations of the instrument were done by 2 pairs of sworn language translator and translator from psychiatry background. Content validity was assessed by 3 experts from psychiatry while construct validity was evaluated using CFA (confirmatory factor analysis) method on hypothesized models. Internal consistency was assessed using Cronbach alpha and test and retest reliability was assessed using Pearson correlation analysis. Results: Content validity of MEQ Bahasa version obtained mean I-CVI and mean S-CVI scores of 0.99, and S-CVI/UA score of 0.975. Construct validity using CFA found that only two models fitted the data, i.e. positive reactivity scale and negative reactivity scale, with CMIN/df values 3.120 and 3.442 respectively. For internal consistency, the Cronbach alpha values were 0.821 for discrete positive emotion and 0.850 for discrete negative emotion. Whereas for test and retest reliability, the Pearson correlation values ranged from 0.547 (discrete happy emotion) to 0.933 (discrete anxious emotion). Conclusion: MEQ Bahasa version, although reliable, was assessed to be not valid enough to represent Indonesian psychiatrists’ discrete emotions. Further studies need to be done to explore which positive and negative emotions often experienced by psychiatrists in Indonesia.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library