Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dika Iyona Sinulingga
Abstrak :
Latar Belakang: COVID-19 dapat menimbulkan konsekuensi kesehatan jangka panjang yang serius, yang disebut Post-COVID-19 Syndrome (SPC). Saat ini, bukti dan pemahaman yang tersedia tentang manajemen SPC masih terbatas. Oleh karena salah satu gejala SPC dikaitkan dengan gejala psikis, maka psikoterapi dipercaya memiliki peran dalam penatalaksanaan SPC. Tujuan: Mengetahui efektivitas psikoterapi suportif pada pasien SPC di RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian klinis acak tersamar tunggal menggunakan kontrol sebelum-setelah intervensi. Peserta secara acak dibagi menjadi dua kelompok: kelompok psikoterapi yang terdiri dari 40 peserta dan kelompok edukasi yang terdiri dari 37 peserta. Setiap kelompok diberikan psikoterapi atau edukasi berbasis internet tiga kali seminggu dalam bentuk kelompok yang terdiri dari 6-8 peserta. Kuesioner Symptom Checklist-90 digunakan untuk mengevaluasi gejala psikis dan somatik. Variabilitas Denyut Jantung (VDJ) dan Rasio Limfosit Neutrofil (RNL) juga dinilai. Analisis data dilakukan dengan menggunakan uji Mann-Whitney atau uji T tidak berpasangan. Hasil: Perbaikan skor SCL-90 ditemukan sebesar 17,51 (SD 30,52) pada kelompok psikoterapi dan 19,79 (SD 35,11) pada kelompok edukasi (p = 0,771). Baik psikoterapi maupun edukasi meningkatkan RNL sebanyak 0,03 (IQR -0,17 – 0,27) pada kelompok psikoterapi dan 0,085 (IQR -0,385 – 0,41) pada kelompok edukasi (p = 0,534). Baik psikoterapi maupun edukasi juga menurunkan VDJ sebesar 3,83 (RIK -7,245 – 5,605) pada kelompok psikoterapi dan 0,705 (RIK -6,49 – 4,462) pada kelompok edukasi (p = 0,827). Simpulan: Baik psikoterapi suportif kelompok dan edukasi berbasis internet memperbaiki secara bermakna gejala psikis dan somatik pasien SPC, meskipun tidak didapatkan perbedaan bermakna antara kelompok psikoterapi dan edukasi. Baik psikoterapi suportif kelompok dan edukasi berbasis internet tidak memperbaiki RNL dan VDJ. Saran dilakukan penelitian lebih lanjut dengan melakukan penambahan frekuensi sesi psikoterapi kelompok berbasis internet kepada pasien SPC dan dilaksanakan pada pagi hari untuk mencapai hasil yang lebih optimal. ...... Background: COVID-19 can have serious long term health consequences, which is called Post-COVID-19 Syndrome (PCS). Currently, the available evidence and understanding of PCS management is limited. Because one of the symptoms of PCS is associated to psychological symptoms, psychotherapy is believed to have a role in the management of PCS. Objective: To identify the effectiveness of supportive psychotherapy in PCS patients at Cipto Mangunkusumo National General Hospital. Methods: This study was a single blind randomized clinical trial using a pre-and post-test with control group study design. Participants were randomly divided into two groups: a psychotherapy group with 40 participants and an education group with 37 participants. Each group was given internet-based psychotherapy or education three times a week in a form of group consisting of 6-8 participants. Symptom Checklist-90 questionnaire was used to evaluate somatic and psychological symptoms. Heart rate variability and neutrophil lymphocyte ratio were also investigated. Data analysis was performed using either the Mann-Whitney test or the independent T test. Results: An improvement in the SCL-90 score was found to be 17.51 (SD 30.52) in the psychotherapy group and 19.79 (SD 35.11) in the education group (p = 0.771). Both psychotherapy and education increased NLR by 0.03 (IQR -0.17 – 0.27) in the psychotherapy group and 0.085 (IQR -0.385 – 0.41) in the education group (p = 0.534). Both psychotherapy and education also decreased HRV by 3.83 (RIK -7.245 – 5.605) in the psychotherapy group and 0.705 (RIK -6.49 – 4.462) in the education group (p = 0.827). Conclusion: Both internet-based group supportive psychotherapy and education improved psychological and somatic symptoms in PCS patients, although there was no significant difference between supportive psychotherapy and education groups. Both internet-based group supportive psychotherapy and education did not improve NLR and HRV. Suggestions for further research regarding adding frequency of internet-based group psychotherapy in PCS patients and held in the morning to achieve more optimal results.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Oktaria Safitri
Abstrak :
Latar belakang. Tumor otak metastasis berpotensi menyebabkan distres dan psikopatologi, serta menurunkan kualitas hidup pasien. Kerentanan ini terjadi karena beban gejala fisik dari tumor primer dan gejala dari metastasis otak yang dialami. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh psikoterapi suportif pada perbaikan distres, psikopatologi dan kualitas hidup pasien. Metode. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji klinis randomisasi, tersamar tunggal, desain paralel tanpa matching, pragmatis. 15 pasien kelompok perlakuan adalah pasien tumor otak metastasis yang mendapatkan intervensi psikoterapi suportif sebanyak 6 sesi selama 30-45 menit pada setiap sesi dan perawatan standar dari dokter saraf, sedangkan 15 pasien kelompok kontrol mendapatkan terapi standar dari dokter spesialis saraf saja. Penelitian ini menggunakan kuesioner distress thermometer (DT) untuk menilai distres, Self-rating Questionnaire 20 (SRQ 20) untuk menilai psikopatologi dan World Health Organization Quality of life-Bref (WHOQOL-Bref) untuk menilai kualitas hidup pasien sebelum dan setelah intervensi. Sebelum dilakukan intervensi, dilakukan validasi isi pada modul psikoterapi suportif yang akan digunakan. Tidak ada subjek yang dropped out (lepas pantau) dan loss to followup dalam penelitian ini. Hasil. Hasil penelitian semua subjek kelompok perlakuan sebanyak 15 (100,0%) mengalami perbaikan skor distres, psikopatologi, dan kualitas hidup yang bermakna secara bermakna(P=0,00) sebelum dan sesudah psikoterapi suportif. Selain iut, didapatkan juga perbedaan yang bermakna secara bermaknadalam proporsi pasien yang mengalami masalah psikososial berupa masalah praktis sehari-hari, masalah emosional, dan masalah gejala tumor otak metastasis antara sebelum dan setelah intervensi (P<0,05). Ditemukan juga penurunan rata-rata skor variabel gejala tumor otak metastasis (p=0,00) berupa nyeri kepala (p=0,00), kelemahan (p=0,00), kejang dan penglihatan ganda antara sebelum dan sesudah intervensi psikoterapi suportif, pada kedua kelompok. Nilai keseluruhan validasi modul psikoterapi suportif 96,21% dan validasi isi setiap sesi lebih dari 90% sehingga menunjukkan hasil yang valid. Faktor demografi yang memengaruhi perbaikan skor psikopatologi adalah status ekonomi (p=0,03). Kesimpulan. Psikoterapi suportif berpengaruh secara bermaknadalam menurunkan distres dan psikopatologi, serta meningkatkan kualitas hidup pasien tumor otak metastasis. ......Background. Patients with metastatic brain tumors are in risk of distress, psychopathology, and reduced quality of life. This vulnerability occurs because of the burden of physical symptoms from the primary tumor and symptoms of metastatic brain tumors experienced by the patients. The purpose of this study was to determine the effectiveness of supportive psychotherapy in alleviating distress, psychopathology, and quality of life of patients with metastatic brain tumors. Method. This study is a randomized, single-blind, parallel design without matching, pragmatic clinical trial study. 15 patients in the treatment group were metastatic brain tumor patients who received 6 sessions of supportive psychotherapy (30-45 minutes each) and standard care from neurologists, while 15 patients in the control group received standard therapy from neurologists only. This study used distress thermometer (DT) to measure distress, Self-rating Questionnaire 20 (SRQ 20) to measure psychopathology, and World Health Organization Quality of life-Bref (WHOQOL-Bref) to measure quality of life before and after intervention. Prior to intervention, content validation was carried out on the supportive psychotherapy module. There were no dropped out and lost to follow-up subjects in this study. Results. This study showed that all subjects in the treatment group (n=15; 100%) experienced significant improvements on distress, psychopathology, and quality of life scores (P=0.00) before and after supportive psychotherapy. The proportion of patients experiencing psychosocial problems including daily activities, emotional problems, and symptoms of metastatic brain tumor between before and after the intervention showed a significant difference (P<0.05). There was also a decrease in the average score for metastatic brain tumor symptoms (p=0.00) including headache (p=0.00), weakness (p=0.00), seizures and double vision between before and after supportive psychotherapy intervention. In both groups, the overall validation value of the supportive psychotherapy module is 96.21% and the content validation value of each session is more than 90%, which means that it shows valid results. The demographic factor that affects the improvement of psychopathology scores was economic status (p=0.03). Conclusion. Supportive psychotherapy shows significant effects in alleviating distress, psychopathology, and quality of life of patients with metastatic brain tumors.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library