Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Oakley, Linda Denise
St. Louis: Mosby , 1997
616.89 OAK p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Tiara Suciani
"Penderita Lupus jumlahnya bertambah setiap tahun. Penyakit yang dikenal dengan penyakit seribu wajah ini sulit didiagnosis karena gejala-gejala yang muncul tidak spesifik dan berbeda di setiap individu, sehingga diagnosisnya terkadang terlambat. Masalah fisik yang ditimbulkan oleh penyakit lupus tentu dapat mempengaruhi kesehatan jiwa karena penyakit yang tidak dapat diprediksi, bersifat episodik, dan harus dihadapi sebagian besar dalam hidup penderitanya. Masalah psikosial yang dapat muncul pada klien dengan lupus salah satunya adalah keputusasaan. Hal ini disebabkan karena pengobatan yang lama, vonis seumur hidup, beragam gejala yang muncul menyebabkan perasaan depresi, kecemasan yang pada akhirnya timbul rasa putus asa. Karya ilmiah melaporkan analisis masalah dan intervensi keperawatan psikososial keputusasaan. Evaluasi akhir menunjukkan terjadinya peningkatan harapan dan perilaku berpikir positif. Pengembangan dan implementasi asuhan keperawatan psokososial keputusasaan perlu diterapkan di ruang rawat umum, lebih khususnya bagi klien dengan penyakit Sistemik Lupus Eritematosus (SLE).

Lupus patients increase every year. The disease is known as a thousand face disease is difficult to diagnose because the symptoms that appear not specific and different in each individual, so the diagnosis is delayed. The physical problems caused by lupus disease can certainly affect mental health due to unpredictable illness, because it is episodic, and must live mostly in the life of the sufferer. Psychocial problems that can arise in clients with lupus is hopelessness. This is due to long treatment, life sentence, various symptoms that arise due to depression, anxiety that eventually arise despair. Scientific work results analysis and psychosocial nursing psychosocial intervention for hopelessness. Final evaluation shows improvement that increase hope and positive behaviour. Development and implementation of psychosocial nursing care desperation needs to be applied in the general outpatient room, more specifically for clients with Systemic Lupus Erythematosus disease (SLE).
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2017
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rayhan Emirzaqi
"Latar Belakang: Gangguan tidur dan masalah psikososial sampai saat ini masih cukup tinggi pada anak. Namun, penelitian mengenai hubungan antara gangguan tidur dan masalah psikososial pada anak thalassemia belum banyak di publikasi di Indonesia. Penelitian sebelumnya menelaah hubungan antara gangguan tidur dan masalah psikososial pada anak sehat. Berdasarkan hal tersebut, peneliti ingin mengetahui apakah terdapat hubungan antara gangguan tidur dan masalah psikososial pada anak thalassemia dengan perbedaan pada dua buah aspek, yaitu aspek penegakan diagnosis masalah psikososial dan kelompok sampel yang dipilih. Tujuan: Mengetahui hubungan antara gangguan tidur dan masalah psikososial pada anak thalassemia. Metode: Penelitian observasional potong-lintang dengan sampel anak yang mengalami thalassemia major yang berobat ke Poliklinik Thalassemia/Ruang Transfusi RSCM pada Oktober 2022. Hasil: Dari 141 subjek, terdapat 87 subjek (61,7%) yang mengalami gangguan tidur dan 22 subjek (15,6%) yang mengalami masalah emosi perilaku. Hubungan antara gangguan tidur dan masalah psikososial pada anak thalassemia usia 6-15 tahun menunjukkan memiliki hubungan yang bermakna ( P<0.05). Kesimpulan: Anak thalassemia usia 6-15 tahun dengan gangguan tidur memiliki risiko 3,261 kali mengalami masalah psikososial (emosi dan perilaku).

Background: Sleep disorders and psychosocial problems are still quite high in children. However, research on the relationship between sleep disorders and psychosocial problems in thalassemia children has not been widely published in Indonesia. Previous research has examined the relationship between sleep disorders and psychosocial problems in healthy children. Based on this, the researchers wanted to find out whether there is a relationship between sleep disorders and psychosocial problems in thalassemia children with differences in two aspects, namely the aspect of establishing a diagnosis of psychosocial problems and the selected sample group. Purpose: To determine the relationship between sleep disorders and psychosocial problems in thalassemia children Methods: This is an observational cross-sectional study on children with thalassemia major who went to the Thalassemia Polyclinic/Transfusion Room RSCM in October 2022. Result: Of 141 subjects, there were 87 subjects (61.7%) had sleep disorders and 22 subjects (15.6%) had psychosocial problems. The association between sleep disorders and psychosocial problems in thalassemic children aged 6-15 years showed a significant association (P<0.05). Conclusion: Thalassemia children aged 6-15 years with sleep disorders have a 3.261 times the risk of experiencing psychosocial problems."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fairuz Raissa Andina
"Remaja kanker seringkali menghadapi kompleksitas psikososial yang sangat besar dan saat remaja tidak dapat beradaptasi dengan keadaannya tersebut, masalah psikososial rentan terjadi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mengidentifikasi masalah psikososial yang mungkin dialami oleh remaja dengan kanker. Desain penelitian ini adalah deskriptif cross sectional dengan metode pengambilan sampel consecutive sampling terhadap 46 responden remaja 10-18 tahun di Rumah Sakit Kanker Dharmais. Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner karakteristik responden dan Pediatric Symptom Checklist 17 Bahasa Indonesia. Analisis data yang digunakan adalah distribusi frekuensi dan tendensi sentral. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden penelitian tidak mengalami masalah psikososial (78,3%) dan sebanyak 10 responden (21,7%) dicurigai mengalami masalah psikososial. Peneliti menyarankan untuk meneliti faktor-faktor yang mungkin memiliki dampak pada masalah psikososial remaja dengan kanker.

Adolescents with cancer often face enormous psychosocial complexity and when adolescents cannot adapt to this situation, psychosocial problems are prone to occur. This research aims to find out and identify psychosocial problems that may be experienced by adolescents with cancer. The design of this research was descriptive cross sectional with a consecutive sampling method for 46 adolescent respondents aged 10-18 years at the Dharmais Cancer Hospital. The research instruments used were the respondent characteristics questionnaire and the Indonesian Pediatric Symptom Checklist 17. The data analysis used is frequency distribution and central tendency. The research results showed that the majority of respondents did not experience psychosocial problems (78,3%) and 2 respondents (21,7%) suspected of having psychosocial problems. Researchers suggest examining factors that may have an impact on the psychosocial problems of adolescents with cancer."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Catharine Mayung Sambo
"Penelitian ini adalah penelitian deskriptif potong lintang pada pasien remaja di RSCM Jakarta pada bulan Juni 2018. Tujuannya adalah untuk mengetahui gambaran masalah psikososial dan hubungannya dengan kepatuhan berobat remaja dengan infeksi HIV perinatal yang diukur dengan kuesioner. Terdapat 46 remaja usia 11-17 tahun yang mengikuti penelitian. Kebanyakan subyek masih bersekolah. Lebih dari setengah 58,7 sudah mengetahui status infeksi HIV mereka, dan 47,8 dianggap mandiri minum obat oleh orangtua atau pengasuhnya. Kebanyakan subyek memiliki setidaknya satu masalah di rumah, sekolah, kebiasaan makan, penggunaan obat/zat adiktif, atau keamanan diri, sementara 8,7 memiliki masalah seksualitas. Gejala emosional didapatkan pada 8,7 subyek, masalah perilaku pada 6,5 , hiperaktivitas pada 6,5 , masalah teman sebaya 6,5 , dan masalah total kesulitan pada 8,7 . Delapan puluh sembilan persen subyek memiliki skor perilaku prososial normal. Kepatuhan berobat tinggi pada 39,1 , sedang pada 37 , dan rendah pada 23,9 . Tidak ada hubungan signifikan antara pengetahuan status infeksi atau masalah psikososial dan kepatuhan berobat.
This is a descriptive, cross sectional study in adolescent patients of RSCM Jakarta done in June 2018. The aim was to describe psychosocial problems and the associations with medication adherence in perinatally infected adolescents, measured by questionnaires. Forty six adolescents enrolled in this study. Most subjects still study at school. More than half 58.7 already know their HIV status, and 47.8 were considered independently adherent to their medication by parents or caregivers. Most subjects had at least one home, school, eating habit, drug substance use, or safety problems, and 8.7 had sexuality problems. Emotional symptoms were found in 8.7 subjects, conduct problems in 6.5 , hyperactivity in 6.5 , peer relationship problems in 6.5 , and total difficulties problems in 8.7 . Eighty nine percent subjects scored normal prosocial behavior. Medication adherence were high in 39.1 subjects, medium in 37 , and low in 23.9 . There were no significant associations between knowledge of infection status or psychosocial problems and medication adherence."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
T57768
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dika Ayu Anggraini
"Coronavirus Disease 2019 menjadi krisis kesehatan masyarakat baru yang mengancam manusia. setiap orang semakin rentan mengalami gangguan psikososial. Penelitian yang dilakukan oleh Czeisler et. al (2020), pervalensi perempuan dewasa mengalami gangguan ansietas atau depresi lebih tinggi dari pada laki-laki, yaitu sebesar 31,5%. Termasuk ibu rumah tangga yang sebelum pandemi secara individu seorang ibu rumah tangga mengalami stress yang tergolong berat. Kejadian epidemi ini bukan hanya beresiko kepada tekanan psikologis, tetapi juga dapat berdampak dengan kesehatan fisiologis, termasuk kesehatan pencernaan . Penelitian ini merupakan penelitian dengan metode kuantitatif dengan pendekatan cross-sectional untuk membuktikan adanya hubungan masalah psikososial dengan pola eliminasi fekal pada ibu rumah tangga selama masa pandemic Covid-19. Hasil yang diperoleh, terdapat hubungan masalah psikososial dengan frekuensi buang air besar (p = 0,019, α = 0,05), karakteristik feses (p = 0,029, α = 0,05). Namun, tidak menunjukan hubungan masalah psikososial dengan urgensi eliminasi fekal (0,464, α = 0,05). Oleh karena itu, perlu ada upaya pencegahan bertujuan untuk mengurangi dampak psikologis dan fisiologi dari masalah psikososial yang timbul akibat pandemi COVID-19 sejak dini agar tidak mengalami masalah patologis kejiwaan.

Coronavirus Disease 2019 is a new public health crisis that threatens humans. Everyone is increasingly susceptible to psychosocial disorders. Research conducted by Czeisler et. al (2020), the prevalence of adult women experiencing anxiety disorders or depression is higher than men, which is 31.5%. Including housewives who before the pandemic individually a housewife experienced severe stress. The occurrence of this epidemic is not only a risk of psychological distress, but can also have an impact on physiological health, including digestive health. This study is a quantitative method with a cross-sectional approach to prove the relationship between psychosocial problems and faecal elimination patterns in housewives during the Covid-19 pandemic. The results obtained, there is a the relationship between psychosocial problems with defecation frequency (p = 0.019, = 0.05), stool characteristics (p = 0.029, = 0.05). However, it does not show the relationship between psychosocial problems and the urgency of fecal elimination (0.464, = 0.05). Therefore, the needs of prevention aimed at reducing the psychological and physiological impacts of psychosocial problems arising from the COVID-19 pandemic from an early age so as not to experience mental pathological problems. "
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library