Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nabilla Dhisti Priyasdamaranti
Abstrak :
Perawat merupakan profesi dengan tingkat burnout yang tinggi, menurut Montgomery et al (2010) setidaknya 1 dari 3 perawat mengalami burnout. Burnout merupakan masalah yang cukup serius karena diasosiasikan dengan berbagai kosekuensi negatif baik bagi pekerja, keluarganya, klien, maupun bagi organisasi tempat ia bekerja. Oleh karena itu penelitian ini dilakukan untuk melihat faktorfaktor psikososial apa saja yang berpengaruh terhadap burnouti pada perawat di ruang rawat inap. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah cross-sectional, lokasi penelitian dilakukan di RSAU dr. Esnawan Antariksa pada tahun 2017. Populasi penelitian ini sebanyak 129 orang dengan sampel sebanyak 74 orang. Pengambilan data menggunakan kuesioner yang disusun oleh penulis dengan mengadopsi kuesioner dari COPSOQ II, QPS Nordic, dan Oldenburg Burnout Inventory. Hasil uji univariat penelitian ini menunjukan bahwa proporsi kelompok responden yang paling besar yaitu berusia ≥ 30 tahun (58.1%), berjenis kelamin perempuan (89.2%), berpendidikan DIII (87.8%), berstatus menikah (75.7%), dan masa kerja <10 tahun (75.7%). Hasil uji bivariat didapatkan bahwa beban emosional (p = 0.02; r= 0.360), tekanan peran (p = 0.000; r= 0.820), dukungan sosial (p= 0.000; r= -0.623), serta penghargaan&pengakuan (p= 0.000; r= -0.657) memiliki hubungan yang signifikan terhadap burnout. Kesimpulan dari penelitian ini adalah faktor psikososial yang bersifat job demand (beban emosional dan tekanan peran) memiliki hubungan yang berpola positif terhadap burnout, sedangkan faktor psikososisal yang bersifat job resource (dukungan sosial dan penghargaan&pengakuan) memiliki hubungan yang berpola negatif terhadap burnout.
Nurse is one of the profession with high level of burnout, Montgomery et al (2010) state at least 1 out of three nurses will have burnout at some point in their career. Burnout is a serious problem and associates with negative outcomes for the worker, their family, their clients, and for the organization it self. Therefore, this research is conducted to evaluate the determinant factors and their correlation with burnout. This research used cross sectional method, located in RSAU dr. Esnawan Antariksa on 2017. Population of this study is 129 people, and the sample is 74 respondents. Data was collected by questionnaire that is adapted from COPSOQ II, QPS Nordic, and Oldenburg Burnout Inventory. Univariate analysis showed by highest proportion among its group, age >30 years old (58.1%), woman (89.2%), DIII (87.8%), married (75.7%), and tenure <10 years (75.7%). Bivariate analysis showed that emotional demand (p=0.02; r= 0.360), role stress (p=0.000; r= 0.820), social support (p=0.000; r= -0.623), and reward & recognition ( p= 0.000; r= -0.657) has significant correlation with burnout. The result of this study showed that job demand (emotional demand and role stress) have a positive correlation with burnout, while job resource (social support and reward & recognition) have a negative correlation with burnout.
Depok: Universitas Indonesia, 2017
S69345
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ira Risnawati
Abstrak :
Bahaya psikososial di tempat kerja adalah interaksi antara lingkungan kerja, job content, kondisi organisasi dengan kapasitas, kebutuhan, budaya, pertimbangan personal pekerja yang berpotensi mempengaruhi kesehatan, performa kerja dan kepuasan kerja. Risiko psikososial di tempat kerja berdampak pada kesehatan fisik, mental dan sosial para pekerja. Tujuan penelitian ini yaitu menganalisis faktor psikososial yang berhubungan terhadap tingkat risiko psikososial. Penelitian ini dilakukan di Universitas X pada karyawan pada bulan Januari-Mei 2022. Penelitian ini bersifat kuantitatif menggunakan desain studi cross sectional dengan sampel 188 responden. Data risiko psikososial diambil menggunakan instrumen Pandemic-Related Perceived Stress Scale of COVID-19 (PSS-10-C), data factor psikososial diambil menggunakan kuesioner yang telah melalui uji validitas dan reliabilitas menggunakan instrumen COPSOQ III dan NIOSH Generic Job Questionnaire. Hasil dari penelitian ini menunjukkan pada arena rumah dan sosial tidak terdapat variabel yang signifikan dengan tingkat risiko psikososial. Pada arena individu terdapat usia yang berhubungan signifikan terhadap tingkat risiko psikososial. Pada arena kerja variabel yang berhubungan signifikan dengan tingkat risiko psikososial adalah masa kerja, pola WFH, beban kerja, konflik peran, ketidakjelasan peran, job insecurity, work life balance. Variabel yang paling berhubungan adalah pola WFH, konflik peran, dan work life balance. ......Psychosocial hazards in the workplace are interactions between the work environment, job content, organizational conditions with capacities, needs, culture, and personal considerations of workers that have the potential to affect health, work performance and job satisfaction. Psychosocial risks in the workplace have an impact on the physical, mental and social health of workers. The purpose of this study is to analyze psychosocial factors related to the level of psychosocial risk. This research was conducted at University X on employees in January-May 2022. This research is quantitative using a cross sectional study design with a sample of 188 respondents. Psychosocial risk data was taken using the Pandemic-Related Perceived Stress Scale of COVID-19 (PSS-10-C) instrument, psychosocial factor data was taken using a questionnaire that had passed the validity and reliability test using the COPSOQ III instrument and the NIOSH Generic Job Questionnaire. The results of this study indicate that in the home and social arenas there are no significant variables with the level of psychosocial risk. In the individual arena, age is significantly associated with the level of psychosocial risk. In the work arena, the variables that are significantly related to the level of psychosocial risk are years of service, WFH pattern, workload, role conflict, role ambiguity, job insecurity, work life balance. The most related variables are WFH pattern, role conflict, and work life balance
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mulat Wening Astuti
Abstrak :
masalah kesehatan paling umum terkait pekerjaan dan menempati peringkat 2 sebagai gangguan kerja dan paling banyak biayanya. Prevalensi gotrak lebih tinggi pada petugas kesehatan, dibandingkan dengan populasi umum, industri dan profesi konstruksi. Profesional sektor kesehatan khususnya mereka yang bekerja di lingkungan rumah sakit, lebih sering mengalami gotrak. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor – faktor yang berhubungan dengan gangguan otot dan tulang rangka akibat kerja pada pegawai di RSUD X tahun 2022. Metode: Jenis penelitian ini adalah potong lintang dengan responden sebanyak 194 pegawai yang bekerja di RSUD X. Teknik pengumpulan data untuk data primer dilakukan dengan pengisian kuesioner, observasi, pengukuran dan wawancara. Sedangkan untuk data sekunder berupa profil RSUD, data pegawai dan data MCU pegawai. Hasil: Hasil kuesioner Nordic Body Map didapatkan bahwa prevalensi gotrak pada pegawai di RSUD X sebesar 83,5%. Pegawai yang mengalami keluhan gotrak mayoritas adalah tenaga medis yaitu sebesar 51,2%. Analisis penelitian ini didapatkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara faktor psikososial yaitu tuntutan psikologis dengan OR 6,25 dan ketidakpuasan kerja dengan OR 10,26. Kesimpulan: Prevalensi gotrak pada pegawai di RSUD X tinggi sehingga perlu dilakukan tindakan perbaikan untuk mengurangi keluhan gotrak pada pegawai di RSUD X. ......Background: Work Related Musculosceletal Disorders (WMSDs) is the most common health problem related to work and is ranked 2nd as a work disorder and has the most costs. The prevalence of WMSDs is higher among health workers, compared to the general population, industry and the construction profession. Health sector professionals, especially those who work in a hospital environment, are more likely to experience gorak. The purpose of this study was to analyze the factors associated with muscle and skeletal disorders due to work on employees at RSUD X in 2022. Methods: This type of research is cross-sectional with 194 employees working at RSUD X. Data collection techniques for primary data were done by filling out questionnaires, observations, measurements and interviews. As for secondary data in the form of hospital profiles, employee data and employee MCU data. Results: The results of the Nordic Body Map questionnaire showed that the prevalence of WMSDs in employees at RSUD X was 83.5%. The majority of employees who experience WMSDs complaints are medical personnel, which is 51.2%. The analysis of this study found that there was a significant relationship between psychosocial factors, namely psychological work demands with an OR of 6.25 and job dissatisfaction with an OR of 10.26. Conclusion: The prevalence of WMSDs on employees at RSUD X is high so it is necessary to take corrective action to reduce complaints of WMSDs on employees at RSUD X.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bunga Mardiani Sasqiaputri
Abstrak :
Lembaga pemasyarakatan adalah tempat untuk melaksanakan pembinaan narapidana dan anak didik pemasyarakatan, dimana tugas yang tidak mudah dengan suasana kerja yang terkesan monoton, bergaul dengan penghuni lapas yang sulit dan bermasalah, bekerja dikelilingi tembok tinggi dan tertutup merupakan situasi yang harus dihadapi oleh petugas pemasyarakatan. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui gambaran bahaya dan risiko psikososial dari faktor – faktor psikososial (lingkungan pekerjaan, rumah, sosial, dan individu) serta gejala psikososial (perilaku, fisiologis, kognitif, dan emosional) pada petugas pemasyarakatan di lembaga pemasyarakatan pemuda kelas IIA Tangerang tahun 2020. Dengan desain penelitian cross sectional dan cara pengambilan data melalaui penyebaran kuesioner. Hasil yang didapatkan pada penelitian ini menunjukan bahwa tingkat risiko psikososial pada lingkungan pekerjaan, rumah, sosial, dan individu termasuk kedalam katagori tingkat risiko psikososial rendah dengan sumber bahaya dari lingkungan pekerjaan (27), lingkungan rumah (7), lingkungan sosial (10), dan individu (14). Selain itu, hasil dari gejala psikososial (perilaku, fisiologis, kognitif, dan emosional) termasuk kedalam katagori tingkat risiko psikososial rendah. Dilihat dari persebaran responden risiko psikososial dari lingkungan pekerjaan, sosial, dan individu secara statistik lebih mengeluhkan gejala psikososial kognitif, sedangkan risiko psikososial lingkungan rumah didapatkan lebih mengeluhkan gejala psikososial emosional. ......Correctional is a place to carry out the formation of prisoners and correctional students, where the task is not easy with a monotonous work atmosphere, associating with prisoners who are difficult and problematic, working surrounded by high walls and closed is a situation that must be faced by correctional officers. The purpose of this study was to determine the psychosocial hazards and risks from psychosocial factors (work environment, home, social, and individual) as well as psychosocial symptoms (behavioral, physiological, cognitive, and emotional) in correctional facilities at class IIA Tangerang youth penitentiary 2020. With a cross sectional research design and data collection methods through questionnaires. The results obtained in this study indicate that the level of psychosocial risk in the work environment, home, social, and individuals included in the category of low psychosocial risk levels with sources of danger from the work environment (27), home environment (7), social environment (10), and individuals (14). In addition, the results of psychosocial symptoms (behavioral, physiological, cognitive, and emotional) are included in the category of low psychosocial risk. Judging from the distribution of respondents psychosocial risks from the work environment, social, and individuals statistically more complaining of cognitive psychosocial symptoms, while psychosocial risk of the home environment is found to be more complaining of emotional psychosocial symptoms.

 

Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library