Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 10 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Menik Priminiarti
Abstrak :
Osteoporosis has become a worldwide problem and has been known as a silence disease. Nowadays, there are a lot of diagnostic tools for detecting osteoporosis. Eighty eight postmenopausal were included and underwent digital panoramic, digital periapical, and conventional radiography. Ultrasound bone densitometry of os calcis used as gold standard. Correlation between stiffness index (SI) with a digital dental, digital panoramic and conventional dental radiography are 0.170 (p = 0.11), -0382 (p = 0.001) and 0.246 (p = 0.021) respectively. Significant relationship was found between the SI only with digital panoramic and conventional dental. The highest correlation was found between SI values with mandibular Inferior Cortex on digital panoramic (-0.382, Pearson Correlation Tests). Correlation between digital panoramic radiographs and the SI values was the highest of the three radiographic modalities in this study. This indicates that evaluation of cortical bone is more accurate than cancellous bone. Bone quality evaluation in patients at high risk for osteoporosis using panoramic and dental conventional radiograph by dentist, contributes in preventing further occurrence of osteoporosis which in turn could reduce mortality and morbidity of osteoporosis in Indonesia.
Depok: [Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat UI ; Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia;Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia], 2010
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Chicago: American Hospital Association, 1966
610.014 CUR (2);610.014 CUR (1);610.014 CUR (1);610.014 CUR (1);610.014 CUR (1)
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Mindya Yuniastuti
Abstrak :
Latar Belakang
Penentuan usia seseorang memegang peranan penting dalam kedokteran forensik, tidak hanya untuk identifikasi tubuh, tetapi erat pula kaitannya dengan tindak kejahatan dan kecelakaan (1). Akibat dari tindak kejahatan dan kecelakaan ini, tidak jarang ditemukan kerangka manusia atau korban yang sulit diidentifikasi. Banyak prosedur dapat ditempuh dalam menentukan usia seseorang antara lain dari penutupan sutura tengkorak, penyatuan epifisis, dan diafisis tulang panjang, permukaan simfisis pubis serta dari gigi geligi seseorang (2,3,4,5,6,7,8,9,10,11).

Penentuan usia didasarkan pada gigi geligi seseorang menjadi sangat penting artinya terutama jika bahan lain yang diperlukan untuk identifikasi telah rusak, misalnya pada kasus kebakaran, kecelakaan pesawat terbang, atau telah terjadi proses pembusukan tubuh seseorang (7, 12). Pada keadaan tersebut biasanya gigi geligi merupakan jaringan satu-satunya yang relatif masih utuh (7,8,9), sehingga struktur maupun morfologinya tidak berbeda dengan orang hidup. Hal ini dapat terjadi karena gigi geligi dilapisi oleh email, yang merupakan jaringan tubuh yang paling keras (13,14,15). Oleh karena itu, perkiraan usia dan gigi geligi dapat merupakan sumbangan informasi yang amat berguna dalam hal penentuan usia tersebut, sehingga akan lebih memudahkan para ahli forensik melakukan identifikasi usia secara tepat (16).

Untuk menentukan atau memperkirakan usia didasarkan pada gigi geligi , ternyata gambaran radiografis memegang peranan penting (15,17, 18,19). Dengan foto radiografis dapat diketahui antara lain gambaran pertumbuhan gigi, urutan erupsi dan kalsifikasi gigi, yang semuanya berguna selain di bidang kedokteran gigi forensik, juga antropologi dan arkeologi, dalam kaitannya dengan identifikasi usia. Di bidang arkeologi ini biasanya gambaran radiografis digunakan untuk perkiraan usia pada penemuan sejumlah besar rangka, meskipun hal ini umumnya jarang digunakan untuk dasar pemeriksaan rutin (16). Selain itu, dengan foto radiografis identifikasi dapat dilakukan dengan mudah, cepat dan tepat (18,19). Dan berbagai jenis foto radiografis, yang banyak digunakan adalah foto panoramik, karena dengan foto tersebut akan diperoleh seluruh gambaran gigi sulung maupun gigi tetap pada rahang atas dan bawah dengan jelas.

Beberapa penelitian tentang perkiraan usia berdasarkan gambaran radiografis pertumbuhan gigi telah dilakukan, namun penelitian gigi molar 3 rahang bawah masih langka. Beberapa kemungkinan langkanya penelitian ini disebabkan karena waktu erupsi gigi molar 3 sangat bervariasi dibandingkan dengan gigi lainnya (20,21). Penelitian tentang perkiraan usia berdasarkan pertumbuhan gigi molar 3 rahang bawah saja, akan mendapatkan kisaran usia yang pendek yaitu antara 14 - 20 tahun, sehingga hubungannya dengan identifikasi usia sangat terbatas.

Pembentukan akar gigi molar 2 rahang bawah sudah dimulai pada usia antara 7-8 tahun (22,23). Oleh karena itu gabungan penelitian tentang pembentukan akar gigi molar 2 dan molar 3 rahang bawah akan mempunyai kisaran usia yang lebih lebar, sehingga penggunaannya untuk identifikasi usia seseorang lebih luas.

Pada saat ini di Indonesia belum banyak acuan untuk memperkirakan usia dari gambaran radiografis gigi geligi. Yang menjadi masalah sekarang adalah bagaimana mendapatkan data dasar untuk pedoman memperkirakan usia berdasarkan gambaran radiografis gigi geligi. Sehubungan dengan hal itu, dilakukan penelitian perkiraan usia dari gambaran panoramik radiografis dengan metode pengukuran panjang dan stadium pertumbuhan gigi molar 2 dan molar 3 rahang bawah. Dengan mengukur panjang gigi dan mengetahui stadium pertumbuhan gigi tersebut di atas, dapat diketahui perkiraan usia seseorang. Penelitian ini dilakukan bertitik tolak dari landasan pemikiran bahwa :

Gambaran radiografis merupakan cara yang tepat untuk mengetahui pertumbuhan gigi (1,16,17,21,24). Dengan membuat foto panoramik radiografis bisa diperoleh gambaran gigi geligi pada seluruh rahang. Selain itu prosedur pembuatannya cepat dan murah.

Gambaran radiografis gigi molar rahang bawah biasanya lebih jelas dibandingkan dengan gigi molar rahang alas . Hal ini disebabkan tidak adanya struktur lain di rahang bawah dibandingkan dengan rahang atas. Karena itu dengan memilih pertumbuhan gigi molar 2 dan molar 3 rahang bawah untuk perkiraan usia, diharapkan akan mendapatkan gambaran yang lebih jelas, sehingga perkiraan usia diharapkan bisa lebih akurat.
1991
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andi Syafina Fithri Fakhirah
Abstrak :
Latar Belakang: Berkurangnya kepadatan tulang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti usia dan jenis kelamin dan memiliki pengaruh terhadap perawatan kedokteran gigi. Radiograf panoramik digital dapat menjadi salah satu cara untuk memperkirakan penurunan densitas radiografik tulang. Tujuan: Memperoleh nilai rerata densitas radiografik tulang kortikal tepi bawah mandibula pada individu pria dan wanita yang berusia 20 – 60 tahun di RSKGM FKG UI dari radiograf panoramik digital. Metode: Menggunakan studi potong lintang dengan 300 sampel radiograf panoramik digital yang terbagi menjadi 150 sampel wanita dan 150 sampel pria dan dikategorikan berdasarkan kelompok usia berjumlah 75 sampel untuk setiap kelompok usia. Rerata densitas radiografik diperoleh di region of interest tulang kortikal tepi bawah mandibula menggunakan software I-Dixel Morita. Hasil: Hasil analisis statistik menunjukkan nilai rerata densitas radiografik tulang pada kelompok wanita sebesar 92,80 sedangkan pada kelompok pria sebesar 97,46. Berdasarkan kelompok usia, kelompok usia 31- 40 memiliki rerata densitas radiografik paling besar yaitu 101,99 sedangkan nilai terendah pada kelompok usia 51-60 sebesar 86,43. Kesimpulan: Rerata densitas radiografik tulang kortikal tepi bawah mandibula pada pria lebih tinggi dibandingkan wanita serta terus mengalami peningkatan dari usia 20 tahun dan mulai mengalami penurunan di usia lebih dari 40 tahun. ......Background: Reduced bone density can be influenced by several factors such as age and gender and has an influence on dental treatment. Digital panoramic radiographs can be used to estimate decreased bone density. Objective: To obtain the radiographic mean density of cortical bone at the inferior border of the mandible in male and female aged 20-60 years at RSKGM FKG UI using digital panoramic radiographs. Methods: A cross-sectional study with 300 digital panoramic radiograph samples divided into 150 female and 150 male samples and categorized by age group into 75 samples for each age group. The mean radiographic density was obtained in the region of interest of the cortical bone at the inferior border of the mandible using the I-Dixel Morita software. Results: the results of statistical analysis showed that the mean radiographic bone density in the female group is 92.80 while in the male group it is 97.46. Based on the age group, the 31-40 age group had the highest mean radiographic density which is 101.99, while the lowest value was in the 51-60 age group which is 86.43. Conclusion: The mean radiographic density of cortical bone at the inferior border of the mandible in men is higher than in women and continues to increase from the age of 20 and begins to decrease at the age of more than 40 years.
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Evy Savitri
Abstrak :
Impacted third mandibular molar seems as a common and easy case but actually a difficult one when the odontectomy proceeds. besides, another unpredicted problems ofte appear such as fractured lip, traumatized and damaged of the mandibular canal. To decide the odontectomy procedure, a dentist has to do the examination systematically. In this case, radiographic examination is very important to perceive the location as well as shape of the third molar, especially its position to the adjacent anatomic structure that has to be considered during operation. This whole view will help dentist to decide appropriate approach. A special radiographic examination enables dentist to predict the treatment result more accurately, since the location and shape of the tooth correctly perceived. With this more complete diagnostic information, an appropriate treatment plan could be arranged and unfavorable risk could be limited, therefore complication and failure could be avoided.
Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2003
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Heru Suryonegoro
Abstrak :
Indonesia Journal of Dentistry 2006; Edisi Khusus KPPIKG XIV: 308-311 The temporomandibular join has a very important role in the stomatognathic system. It's main function is for the opening and closing movement, mastication, and speech. It is located anterior to the ear. The temporomandibular joint connects maxilla and mandible through the articular fossa, hence the slightest change that happens would cause serious matters such as pain, eating, speech disorder, difficulty in opening and closing movement, headache, and event trismus. In a child or an adolescent, the symptoms are often vague; everything is interpreted as "pain". This is probably why temporomandibular disorder are often undetect by dentists. Therefore, patience and accuracy is needed to determine the actual disorder through means of clinical and radiographic examination. The radiographic examination suitable for child is the transcranial projection. This projection is believed to be more accurate amongst other projections for child patients.
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2006
J-pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Taty Zubaidah Cornain
Abstrak :
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perubahan secara klinis dan radiografis setelah perawatan saluran akar satu kali kunjungan dengan formokresol pada molar sulung dengan karies mencapai pulpa non. vital. Subjek penelitian adalah molar sulung bawah pada anak usia 6-7 tahun. Dilakukan perawatan saluran akar satu kali kunjungan dengan formokresol lima menit dan pengisian saluran akar dengan zink oksid engenol pasta, kemudian dilakukan evaluasi secara klinis setelah satu minggu, satu bulan, dan tiga bulan serta secara radiografis setelah tiga bulan. Hasil dari penelitian ini menunjukkan adanya perubahan bermakna secara klinis pada gingiva setelah satu bulan yang ditandai dengan hilangnya tanda-tanda keradangan (X2= 18.00; p < 0,01), dan secara radiografis setelah tiga bulan perawatan saluran akar satu kali kunjungan dengan formokresol pada molar sulung bawah dengan karies mencapai pulpa non vital (X2 = 21,65; p < 0,01). Sedangkan hasil pemeriksaan klinis lainnya tidak terdapat kegoyangan gigi dan saat palpasi, tekanan serta perkusi hasilnya adalah negatif baik setelah satu minggu, satu bulan dan tiga bulan perawatan.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Michael Christian Satrio
Abstrak :
Dalam menjamin keselamatan pasien radiologi diagnostik yang menggunakan modalitas pesawat sinar-X radiografi umum dan mobile di Indonesia diperlukan adanya kendali mutu modalitas radiologi diagnostik. Salah satu bentuk kendali mutu tersebut adalah uji kesesuaian. Pada penelitian ini, telah dilakukan analisis dan evaluasi terhadap setiap parameter pengujian yang terdapat dalam uji kesesuaian dari 1.016 data hasil uji kesesuaian pesawat sinar-X radiografi umum dan 480 data hasil uji kesesuaian pesawat sinar-X mobile dalam bentuk sertifikat hasil uji kesesuaian yang telah dihimpun Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN) dari tahun 2019 hingga 2020. Dalam proses analisis dan evaluasinya, kumpulan data tersebut dikelompokkan dan dibandingkan perbedaan hasil pengujiannya berdasarkan usia modalitas. Selain itu, dari data tersebut juga dapat ditinjau tingkat implementasi dari sistem AEC dari modalitas pesawat sinar-X radiografi umum. Berdasarkan hasil evaluasi dan analisis yang dilakukan, dari 1.016 sertifikat hasil uji kesesuaian pesawat sinar-X radiografi umum yang telah direkapitulasi, sebanyak 89,9% dari jumlah tersebut berada pada kategori andal, 5,2% berada pada kategori andal dengan perbaikan, dan 4,9% berada pada kategori tidak andal. Sedangkan, dari 480 sertifikat hasil uji kesesuaian pesawat sinar-X mobile yang telah direkapitulasi, sebanyak 84,8% dari jumlah tersebut berada pada kategori andal, 2,1% berada pada kategori andal dengan perbaikan, dan 13,1% berada pada kategori tidak andal. Dari evaluasi yang dilakukan, tidak terdapat korelasi linear antara usia modalitas dan data hasil uji kesesuaian. Namun, terdapat faktor jenis reseptor citra dan metode pengujian yang mempengaruhi data tersebut. Selain itu, hanya terdapat 9.15% dari keseluruhan sertifikat hasil uji kesesuaian pesawat sinar-X radiografi umum yang memuat data hasil uji parameter AEC. ......In ensuring the safety of diagnostic radiology patients using general and mobile radiography X-ray modalities in Indonesia, it is necessary to have quality control of diagnostic radiology modalities. One form of quality control is a compliance test. In this study, analysis and evaluation have been carried out on each test parameter contained in the compliance test from 1,016 data from the compliance test results for general radiographic X-ray modality and 480 data from the compliance test results for mobile X-ray modality in the form of a certificate of compliance test results that have been collected by Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN) from 2019 to 2020. In the process of analysis and evaluation, the data sets are grouped and compared with differences in test results based on the age of modality and type of image receptor. In addition, from these data, it can also be seen the level of implementation of the AEC system from the general radiographic X-ray modality. Based on the results of the evaluation and analysis that have been carried out, from the 1,016 certificates of compliance test results for general radiographic X-rays that have been recapitulated, as many as 89.9% of these are in the reliable category, 5.2% are in the reliable category with repairs, and 4,9% are in the unreliable category. Meanwhile, from the 480 certificates of compliance test results for mobile X-ray modality that have been recapitulated, 84.8% of them are in the reliable category, 2.1% are in the reliable category with repairs, and 13.1% are in the unreliable category. From the evaluation have been carried out, there is no linear correlation between the age of the modality and the data from the compliance test. However, there are types of image receptors and test methods that affect the data. In addition, there are only 9.15% of the overall certificates of compliance test results for general radiographic X-ray modality contain data on the results of the AEC parameter tests.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Takenaka, Hiroto
Abstrak :
The purpose of this study was to compare the lumbar lordotic angle (LL) and pelvic tilt angle (PT) in the simple modified Thomas test (SMTT) position with LL and PT in the Thomas test (TT) position. Participants (n = 20) were between the ages of 23 and 39 and had no history of trauma. LL and PT were measured by X-ray radiographs under three conditions: the SMTT position, TT position, and supine position. At the same time, the distance between the examination table and the popliteal fossa was measured with a ruler. These measurements were compared by one-way analysis of variance. LL (14.6 ± 6.7 degrees [°]) in the SMTT posi¬tion was significantly lower than in the TT position (18.6 ± 6.6 °) (p < 0.01). PT (33.5 ± 7.6 °) in the SMTT position was significantly higher than in the TT position (31.3 ± 6.9 °) (p < 0.05). The distance between the examination table and the popliteal fossa in the SMTT position (100 ± 37.7 mm) was significantly higher than in the TT position (73.5 ± 21A mm) (p < 0.01). These results suggest that LL and PT in the SMTT position are easier to assess than those in the TT position.
Tokyo: The Japanese Society of Physical Fitness and Sports Medicine, 2017
610 JPFSM 6:5 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Christ Ryan Lima
Abstrak :
Latar belakang: Karies merupakan penyakit dengan prevalensi paling tinggi di seluruh dunia. Terdapat beberapa metode untuk melakukan deteksi karies, metode yang paling sering digunakan adalah pemeriksaan klinis dan pemeriksaan radiografik. Namun salah satu kesulitan terbesar dalam melakukan deteksi karies dini menggunakan pemeriksaan radiografik adalah mendeteksi demineralisasi tahap awal yang hanya berdampak kepada enamel. Banyak kemajuan di bidang teknologi deteksi karies yang berfokus pada kemampuan mendeteksi perubahan sekecil apapun pada proses demineralisasi lesi. Salah satu teknik tersebut adalah teknik radiografi digital subtraksi. Saat ini sudah banyak piranti lunak digital yang dapat digunakan untuk melakukan teknik subtraksi tetapi dengan tingkat akurasi yang berbeda. Dari berbagai penelitian yang telah dilakukan, tingkat subjektifitas dan pengalaman pembaca termasuk faktor yang mempengaruhi akurasi dalam deteksi lesi karies. Oleh karena itu pada pengujian alat uji diagnostik baru sangat diperlukan pembuktian validitas melalui uji intra dan inter pembaca. Tujuan: Penelitian ini bertujuan mengetahui tingkat kesepakatan intra dan inter pembaca pada deteksi lesi karies dini menggunakan teknik radiografi digital subtraksi. Metode: Penelitian dilakukan menggunakan desain laboratorik eksperimen dengan metode uji intra dan inter pembaca. Penelitian dilakukan menggunakan data sekunder dalam bentuk radiograf sebelum dan sesudah pembuatan lesi karies menggunakan teknik radiografi digital subtraksi dengan piranti lunak Image Registration v2.0. Seluruh gambaran subtraksi dinilai oleh 4 observer yang menyatakan ada atau tidak ada lesi karies dini pada gambaran subtraksi tersebut. Hasil: Penilaian hasil subtraksi dilakukan pada 36 permukaan gigi yang memiliki lesi karies dini dan 42 permukaan gigi yang tidak memiliki lesi karies dini. Tingkat kesepakatan intra pembaca berada pada kisaran moderate (0.41 hingga 0.53) dan kesepakatan keseluruhan berkisar antara 62% hingga 70%. Tingkat kesepakatan inter pembaca berada pada kisaran rendah (0.15 dan 0.16), kisaran fair (0.22, 0.28, dan 0.37), dan kisaran moderate (0.46). Kesepakatan inter pembaca untuk permukaan gigi yang tidak memiliki lesi karies dini pada penilaian pertama (0.2) dan penilaian kedua (0.18). Kesepakatan inter pembaca untuk permukaan gigi yang memiliki lesi karies dini pada penilaian pertama (0.23) dan penilaian kedua (0.31). Pembaca mendeteksi dan menentukan lokasi lesi karies dengan benar pada 212 dari 312 permukaan gigi yang dibaca. Kesimpulan: Nilai indeks Kappa intra dan inter pembaca berada di kisaran rendah hingga moderate, akan tetapi didapatkan nilai rerata tingkat kesepakatan keseluruhan yang cukup baik pada deteksi lesi karies dini menggunakan teknik radiografi digital subtraksi. ......Background: Caries is still by far the most prevalent disease in the world. Early diagnosis of caries is noticeably assisted by clinical and radiographic examination. The greatest difficulty in caries detection involves early demineralization, which is confined only to the enamel. There are many advances in caries detection technology, for example is the ability to perform detailed monitoring of the caries process and the ability to detect and quantify small changes in lesion mineralization. One such technique is the digital subtraction radiography. Currently, there are many software that can be used to perform subtraction but with different levels of accuracy. From various studies that have been conducted, the level of subjectivity and observer experience are among the factors that influence the accuracy in detection of caries lesions. Therefore, in testing new diagnostic tools, it is necessary to prove its validity through intra and inter observer tests. Objective: This study aims to determine the level of intra and inter observer agreement on early caries lesion detection using digital subtraction radiography. Methods: This study was conducted using an experimental laboratory design with intra and inter observer test methods. The study was conducted using secondary data in the form of radiographic images (before and after caries lesions were made) using digital subtraction radiography using Image Registration v2.0 software. All subtraction images were assessed by 4 observers who indicated the presence or absence of early caries lesions in the subtraction images. Observer’s assessment data were analyzed to obtain an intra and inter observer agreement level. Results: Assessment of the results of the subtraction was carried out on 36 tooth surfaces with early caries lesions and 42 surfaces without early caries lesions. Intra-observer agreement levels are moderate (0.41 to 0.53) and overall agreement ranged from 62% to 70%. Inter- observer agreements level are in the low range (0.15 and 0.16), the fair range (0.22, 0.28, and 0.37), and the moderate range (0.46). Inter-observer agreement for tooth surfaces without early caries lesions in the first (0.2) and second (0.18) assessments. Inter-observer agreement for tooth surfaces that had early caries lesions in the first (0.23) and second (0.31) assessments. The observer detected and correctly located the caries lesion on 212 of the 312 tooth surfaces. Conclusion: The intra and inter- observer Kappa index scores are in the low to moderate range, however, the overall agreement level average is quite good for early caries lesion detection using digital subtraction radiography.
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library