Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 30 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Reno Grivaldi Dwangga Ampanagara
"Penelitian ingin mengetahui penerapan manajemen konflik manajer Jepang dan Indonesia serta mengetahui perbedaan penerapan gaya manajemen konflik. Manajemen konflik yang terdiri dari integrating, obliging, avoiding, dominating dan compromising. Responden adalah pegawai di perusahaan manufaktur PT.X dan PT. Z. Penelitian menggunakan kuesioner sesuai Rahim Organization Conflict Inventory II (ROCI-II), lalu diolah dengan menggunakan analisis deskriptif dan t-test.
Hasil penelitian menemukan bahwa manajer Jepang menerapkan manajemen konflik dengan urutan integrating, compromising, obliging, dominating dan avoding. Sedangkan manajer Indonesia menerapkan manajemen konflik dengan urutan integrating, compromising, dominating, obliging dan avoiding. Ditemukan juga bahwa perbedaan penerapan manajemen konflik antara manajer Jepang dan Indonesia terdapat dalam gaya avoiding dan dominating.

This research is conducted to discover the application of conflict management between Japanese and Indonesian managers and the applied distinction of conflict management. Conflict management consists of integrating, obliging, avoiding, dominating, and compromising. The respondents are employees from PT. X and PT. Z. The research uses questionnaire based on Rahim Organization Conflict Inventory II (ROCI-II) and is processed by using descriptive analysis and t-test.
The result of this research finds out that Japanese manager applies conflict management by sequence of integrating compromising, obliging, dominating, and avoiding while Indonesian manager applies conflict management by sequence of integrating, compromising, dominating, obliging, and avoiding. There is also applied distinction of conflict management between Japanese and Indonesian managers in avoiding and dominating manners."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2012
T32221
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Butar-butar, Herbert Wibert
"Pada dua dekade terakhir ini, telah dikembangkan suatu metode deteksi infeksi HPV yang memiliki tingkat akurasi sensitifitas yang jauh lebih tinggi dibandingkan Pap Smear, yaitu Hybrid Capture. Peneihian ini bertujuan untuk mendapatkan rancangan primer secara in silica sebagai pengganti probe untuk memodifikasi Hybrid Capture. Sekuens DNA HPV didapat dari database Los Alamos National Laboratory. Sekuens genom HPV hanya difokuskan pada daerah Late Gene (L 1 dan L2) yang berfungsi untuk menyandi protein kapsid (pembungkus) HPV. Sequence alignment dilakukan masing-masing untuk sekuens L 1 dan L2 HPV dari database yang bertujuan untuk mencari kesamaan antar sekuens.
Hasil yang diperoleh adalah conserved region antar sekuens nukleotida sebagai template pelekatan primer. Agar hasil analisis conserved region dapat dipertanggung jawabkan, maka perlu dilakukan database similiarity searching melalui Basic Local Alignment Search Tool (BLA?T). Diperoleh 7 region terbaik, yaitu region 1 dari hasil alignment daerah gen L 1 tipe HPV 16; 18; 31; 45. Region 21, 31,43,45, 46 dari hasil alignment daerah gen L 1 tipe HPV 11; 16; 18; 31; 35; 68 Regi?n 52 dari hasil alignment daerah gen L2 tipe HPV 16; 18; 52."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2005
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abdul Latif Abu Bakar
Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka, 1984
920.5 ABD a
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Vika Anggraeni
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
S26776
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Indi Susanti
"Kanker leher rahim merupakan kanker yang sering terjadi pada wanita, meliputi 12% dari seluruh kanker di dunia. Insiden yang tertinggi terjadi di Amerika Selatan dan Karibian, Sub Sahara Afrika, Asia Selatan dan Asia Tenggara. Di Indonesia menurut Kementerian Kesehatan RI, insiden kanker leher rahim di perkirakan 100 per 100.000. Ketahanan hidup 5 tahun penderita kanker leher rahim bila ditemukan pada stadium yang lebih awal, probabilitasnya semakin tinggi. Untuk stadium I (95,1-80,1%), II (66,3-63,5%), III (38,7-33,3%), IV (17,1-9,4%) dan pada masa pra invasif mencapai 100%. Di negara maju insidens dan kematian akibat kanker leher rahim turun 50-60% dalam 20 tahun karena 40-50% wanitanya pernah menjalani screening. Di negara berkembang sebaliknya terus naik karena hanya 5% wanitanya yang pernah menjalani screening.
Metode Inspeksi Visual dengan Asam Asetat (IVA) telah diakui WHO efektif digunakan di negara berkembang dengan alasan sederhana, murah, nyaman, praktis dan mudah. Mempunyai sensitifitas 66-96% dan spesifisitas (64-98%). Kabupaten Karawang terpilih sebagai lokasi penelitian karena merupakan salah satu daerah pilot proyek deteksi dini kanker leher rahim. Dari bulan Juli 2007 - Maret 2010 ditemukan 2,3% kasus IVA positif. Kasus kanker leher rahim di Kabupaten Karawang tergolong tinggi dimana pada tahun 2005 dilaporkan 217 kasus dan tahun 2006 sampai dengan bulan September ditemukan 180 kasus. Sesuai etiologinya dua faktor risiko utama terjadinya kanker leher rahim adalah usia pertama kali berhubungan seksual dan jumlah pasangan seksual.
Terkait faktor risiko berganti pasangan seksual, kasus kawin cerai di Karawang tinggi. Tahun 2008 tercatat 508 kawin, 259 cerai talak dan 424 cerai gugat. Tahun 2009 tercatat 270 talak dan 562 gugat. Terkait faktor risiko usia hubungan seksual, pernikahan muda di Karawang juga tinggi. Tahun 2007 42,8% pernikahan usia muda di Indonesia terjadi di pantai utara Jabar. Pernikahan di Jabar 35% dilakukan wanita dibawah usia 16 tahun.
Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan usia pertama kali berhubungan seksual dan jumlah pasangan seksual dengan kejadian lesi pra kanker leher rahim pada wanita yang melakukan deteksi dini menggunakan metode Inspeksi Visual dengan Asam Asetat (IVA) di Puskesmas Cikampek, Pedes dan Kota Baru Kabupaten Karawang tahun 2009 ? 2010. Metode penelitian yang digunakan adalah studi analitik observasional dengan desain kasus kontrol. Faktor yang diteliti didapat melalui wawancara terstruktur dengan kuesioner. Sedangkan data kasus kontrol diambil dari buku register dan catatan medik di Puskesmas Cikampek, Pedes dan Kota Baru dalam 2 tahun terakhir 2009 ? 2010. Total sampel yang diambil adalah 357 yang terdiri dari 119 kasus dan 238 kontrol.
Variabel independen yang diteliti adalah usia pertama kali berhubungan seksual dan jumlah pasangan seksual. Variabel kovariat terdiri dari umur, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, riwayat kanker keluarga, jarak haid pertama kali dengan hubungan seksual pertama, kebiasaan merokok, jumlah batang rokok per hari, lama merokok, riwayat partus, riwayat abortus, penggunaan kontrasepsi, lama penggunaan kontrasepsi, riwayat deteksi dini sebelumnya, kebiasaan merokok pasangan, jumlah batang rokok per hari pasangan, lama merokok pasangan, riwayat perkawinan pasangan dan sirkumsisi. Analisis data dilakukan dengan soft ware SPSS versi 17.0 yang meliputi analisis univariat, bivariat, stratifikasi dan multivariat.
Hasil penelitian mendapatkan ada hubungan yang bermakna antara usia pertama kali berhubungan seksual dengan kejadian lesi pra kanker leher rahim setelah di kontrol dengan variabel lain dengan p value 0,001 dan OR 2,539 (CI 95% 1,444 - 4,464) sedangkan dampak potensialnya AR% 60,61%. Untuk jumlah pasangan dengan kejadian lesi pra kanker leher rahim setelah di kontrol dengan variabel umur juga memiliki hubungan yang bermakna dengan p value 0,002 dan OR 3,441 (CI 95% 1,598 ? 7,410) sedangkan dampak potensialnya AR% 70,94%.
Kesimpulan penelitian adalah risiko terkena lesi pra kanker leher rahim pada wanita yang memulai hubungan seksual pada usia < 17 tahun adalah 2,539 kali lebih tinggi dibanding mereka yang memulai hubungan seksual < 17 tahun dan kejadian lesi prakanker pada seorang wanita dapat dicegah 60,61% bila dia tidak melakukan hubungan seksual pertama < 17 tahun. Sedangkan untuk risiko terkena lesi pra kanker leher rahim pada wanita yang memiliki jumlah pasangan seksual > 1 orang adalah 3,441 kali lebih tinggi dibanding mereka yang mempunyai pasangan seksual 1 orang setelah di kontrol variabel umur dan kejadian lesi pra kanker pada seorang wanita dapat dicegah 70,94% bila dia tidak mempunyai jumlah pasangan seksual > 1.

Cervical cancer is the most common cancer in women, counting for 12% of all cancers in the world. The highest incidence occurred in South America and Karibian, Sub-Saharan Africa, South Asia and Southeast Asia. In Indonesia, according to the Ministry of Health, the incidence of cervical cancer is estimated occurred 100 per 100.000. The probability of 5-year survival of patients with cervical cancer when found at an earlier stage is higher. For stage I (95.1 to 80.1%), II (66.3 to 63.5%), III (38.7 to 33.3%), IV (17.1 to 9.4%) and in the pre-invasive reaches 100%. In developed countries the incidence and death from cervical cancer are decreased by 50-60% in the last 20 years since 40-50% women of those counties had undergone screening. In developing countries on the contrary, it continues to rise because only 5% women who had undergone screening.
Method of Visual Inspection with Acetic Acid (VIA) has been recognized by WHO effectively used in developing countries by reason of simple, inexpensive, convenient, practical and easy. The specifity of VIA method is 64-98% and sensitivity is 66-96%. Karawang District was selected as research sites because it is one of the pilot projects for early detection of cervical cancer. From July 2007 - March 2010 found 2.3% positive VIA cases. The cases of cervical cancer in the Karawang regency is high, where in 2005 was reported 217 cases and as of September 2006 was found 180 cases.
According to the etiology of two major risk factors for cervical cancer is the age at first intercourse and multisexual partners. In relation to risk factors of sexual partner change, a divorce & marriage case in Karawang is high. In 2008 it was recorded 508 marriage, 259 divorces and 424 divorce claim. In 2009 there were 270 divorces and 562 divorce claim. Concerning to age-related risk factors for sexual intercourse, young marriages in Karawang are also high. In 2007 42.8% marriage of young age in Indonesia was occurred in the northern coast of West Java. Marriage in West Java which is done by women under the age of 16 years was counted as 35%.
This study is aimed to verify the relationship of age at first intercourse and multisexual partners with cervical pre-cancerous lesions in women doing early detection using Visual Inspection with Acetic Acid (VIA) in Cikampek, Pedes and Kota Baru Public Health Center of Karawang District in 2009 - 2010. The research method used was an observational analytic study with case control design. Factors studied were obtained through structured interviews with questionnaires. While the case-control data were taken from the book registers and medical records at Cikampek, Pedes and Kota Baru Public Health Center in the last two years from 2009 to 2010. Total samples taken was 357 consisting of 119 cases and 238 controls.
Independent variables studied were age at first intercourse and multisexual partners. Kovariat variables consisted of age, education, occupation, income, family history of cancer, distance of first menstruation to first intercourse, smoking habits, number of cigarettes per day, duration of smoking, history of parturition, and abortion history, contraceptive use, duration of use of contraception, previous history of early detection, smoking spouse, the number of cigarettes per day couples, duration of couples smoking, history of marriage partners and circumcision. Data analysis was performed with SPSS version 17.0 software which includes univariate, bivariate, and stratification and multivariate analysis.
The results of study find significant relationship between age at first sexual intercourse with cervical pre-cancerous lesions after being controlled with other variables with p value of 0.001 and OR 2.539 (95% CI 1.444 - 4.464), while the potential impact of AR% 60.61%. For the number of sexual pairs with cervical precancerous lesions after being controlled with variables of age also have a meaningful relationship with p value of 0.002 and OR 3.441 (95% CI 1.598 - 7.410) while the potential impact of AR%, 70.94%.
The conclusion is the risk of cervical pre-cancerous lesions in women who began sexual intercourse at age <17 years is 2.539 times higher than those who start a sexual intercourse at age < 17 years and the incidence of precancerous lesions in a woman could be prevented 60.61% if she does not have first sexual intercourse before 17 years. While for the risk of cervical pre-cancerous lesions in women who have a number of sexual partners more than 1 person is 3.441 times higher than those who have only one sexual partners after being controlled by variables of age and the incidence of precancerous lesions in a woman can be prevented 70.94 % if she does not have the number of sexual partners more than 1.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
T30824
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rangkuti, Muhammad Bal`an Kamali
"Pada dasarnya komunikasi risiko adalah segala bentuk pertukaran informasi tentang risiko antara seluruh pihak yang berkepentingan, mencangkup precaution advocacy, outrage management dan crisis communication. Komunikasi risiko dilakukan sebelum, saat, dan sesudah krisis terjadi, bertujuan mencegah perilaku masyarakat yang menghambat penanggulangan atau bahkan merusak.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesiapan RSPAD Gatot Soebroto dalam melakukan komunikasi risiko dalam menghadapi pandemic influenza. Penelitian dilakukan terhadap komponen dukungan pimpinan rumah sakit dan komponen-komponen kesiapan lainnya antara lain SDM, Dana, Metode, Alat dan Mesin yang telah dimiliki oleh RSPAD Gatot Soebroto. Penelitian ini menggunakan desain kualtatif yang bersifat deskriptif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa RSPAD Gatot Soebroto secara umum sudah dan dapat melakukan komunikasi risiko baik kepada pihak internal rumah sakit maupun kepada pihak eksternal rumah sakit. Pimpinan RSPAD Gatot Soebroto pun sudah memberikan dukungan terhadap pelaksanaan komunikasi risiko ini. Seluruh petugas di RSPAD Gatot Soebroto sudah diberikan sosialisasi juga diberikan pelatihan guna meningkatkan pengetahuan dan kemampuan petugas dalam menghadapi pandemic influenza. Namun dalam melakukan komunikasi risiko masih belum maksimal. Metode pengkomunikasian dan alat komunikasi yang dimiliki oleh RSPAD Gatot Soebroto sudah cukup baik, namun pihak manajemen rumah sakit belum bias mengalokasikan dana yang khusus untuk mendukung kelancaran komunikasi dalam menghadapi pandemic influenza.
Saran yang diajukan adalah memberikann pelatihan khusus mengenai komunikasi risiko dalam menghadapi pandemic influenza setidaknya kepada petugas yang tergabung dalam Tim Flu Burung yang telah dibentuk oleh rumah sakit. Penambahan alat komunikasi juga diperlukan dalam menjamin kelancaran proses komunikasi risiko, lebih lanjut disarankan kepada pihak manajemen rumah sakit untuk dapat mengalokasikan dana taktis untuk mendukung proses komunikasi risiko pada saat terjadinya pandemic influenza nantinya.
......Basically, risk communication can be interpreted as all forms of risk information exchange among all stakeholders concerned, which covered of precaution advocacy, outrage management and crisis communication. Risk communications is conducted before, during, and after the crisis occurs, which aims to prevent of people behaviors that inhibit the crisis rehabilitation activities or even to prevent the destructive behavior.
The objective of this study is to determine the readiness of RSPAD Gatot Subroto to conduct the risk communication in dealing with pandemic influenza which was held in June 2010. The study is conducted toward the supportive component of the hospital executive management and other preparedness components include human resources, funds, methods, tools and machines that have been owned by RSPAD Gatot Subroto. This study applies the descriptive of qualitative design method which means as a Technique to obtain data with in-depth interviews, observation and document review.
The result of the study shows that in general the RSPAD Gatot Subroto has conducted the risk communication and shows the capability in enhancing the risk communication program to its both the internal part and external part. The risk communication program is also fully supported by the chief management of the RSPAD Gatot Subroto. All the employee of the RSPAD Gatot Subroto has been socialized and trained in order to improve their knowledge and skills in dealing with pandemic influenza. However the risk communication program is not maximal implemented. The communication method and tools which are owned by RSPAD Gatot Subroto are fairly well. However the hospital management still has not the ability to allocate the special budget to support the communication in dealing with pandemic influenza.
Some suggestions to increase the risk communication implementation are to conduct special training at least for the hospital officer merged to the Avian Influenza Team which was formed by the hospital management in dealing with pandemic influenza. Additional communication tools are needed to ensure the continuity of the risk communication process. Furthermore, it?s suggested for the hospital management to allocate special budget to support the risk communication process at the time of the pandemic influenza occurrence."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
T33244
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Faisal Yatim
Jakarta: Pustaka Populer Obor, 2008
618.14 FAI p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Asrul Aminullah, Author
Jakarta: UI-Press, 2004
PGB 0161
UI - Pidato  Universitas Indonesia Library
cover
Feni Elda Fitri
"Penyintas kanker leher rahim masih mengalami ketakutan sepanjang hidupnya. Salah satu sumber ketakutan adalah kemungkinan mengalami kekambuhan walaupun sudah dinyatakan sembuh. Penelitian ini bertujuan mengeksplorasi kisah penyintas kanker leher rahim yang mengalami kekambuhan dengan menggunakan pendekatan kualitatif "life history". Pengambilan data dilakukan dengan wawancara mendalam pada dua penyintas kanker, analisa dengan menceritakan kembali kisah penyintas dalam bentuk tema.
Hasil penelitian ini menemukan bahwa penyintas kanker leher rahim saat mengalami kekambuhan menerima kondisi kekambuhannya dengan berbagai proses kehidupan yang dialami yaitu terpenuhinya rasa aman setelah terapi dinyatakan selesai, kembalinya tanda gejala awal dan lanjutan, menjalani terapi kembali, penolakan terhadap kondisi kekambuhan, menghindari kontak sosial saat mengalami kekambuhan, memperoleh dukungan saat mengalami kekambuhan, sampai menerima kondisi kekambuhan. Oleh karena itu pentingnya pemahaman tenaga kesehatan khususnya perawat untuk mengetahui kisah hidup penyintas kanker leher rahim dengan kekambuhan sehingga dapat memberikan tindakan dan dukungan yang tepat pada setiap periode kekambuhan yang dilalui dalam meningkatkan kualitas hidupnya.
......
Cervical cancer survivors are still experiencing fear throughout her life. One source of fear is likely to experience a recurrence despite being declared cured. This study aims to explore the story of cervical cancer survivors who experienced recurrence by using a qualitative approach life history. Data were collected by indepth interviews in two cancer survivors, analysied by retelling the story of the survivors in the form of theme.
The results of this study found that cervical cancer survivors experienced a recurrence while receiving recurrence with various process conditions of life experienced, that sense of fulfillment after the treatment was complete, marks the return of the symptoms of early and advanced, come back to therapy, the rejection of recurrence conditions, avoid social contact when experiencing a recurrence, obtaining support when experiencing a recurrence, to accept the conditions of recurrence. Hence the importance of understanding health professionals, especially nurses to know the life story of cervical cancer survivors with recurrence so as to provide appropriate action and support on any recurrence period which passed in improving the quality of life."
2015
T43446
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Handri Satria
Jakarta : Salsabila, 2023
297.09 HAN s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>